Kamis, 16 Juni 2011

Kinerja WIKA terangkat proyek non-konstruksi

Kinerja WIKA terangkat proyek non-konstruksi
JAKARTA. Kinerja PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) di tiga bulan pertama tahun ini tak mengecewakan. Pendapatan dan laba bersih WIKA di kuartal I-2011 tumbuh 36% year-on-year menjadi masing-masing Rp 1,54 triliun dan Rp 86 miliar.

Arief Budiman, Analis OSK Nusadana Securities, menunjuk kenaikan pendapatan bisnis non-konstruksi sebagai mesin utama pengerek laba bersih WIKA. Kenaikan pendapatan bisnis non-konstruksi membuat pajak menurun jadi 26% dari 30% di kuartal akhir tahun silam.

Jika dibandingkan dengan kuartal IV-2010, pendapatan WIKA merosot. Tapi Arief menilai hal ini wajar, mengingat sekitar hampir separuh dari total proyek WIKA terkait dengan pemerintah dan BUMN. "Tender proyek pemerintah biasanya baru berlangsung di kuartal kedua," kata Arief dalam risetnya.

Berdasarkan catatan Maria Renata, analis Mandiri Sekuritas, porsi proyek pemerintah mencapai 24,9% sedangkan proyek BUMN setara 22,1% dari total proyek yang digarap WIKA. Separuh lagi merupakan proyek milik swasta.

"Proyek pemerintah bagus untuk mendongkrak pendapatan karena umumnya nilai kontraknya besar," kata Maria, Rabu (15/6). Namun sisi negatifnya, proyek pemerintah kerap tertunda karena realisasi anggaran kerap molor.

Keterlambatan realisasi proyek pemerintah merupakan masalah klasik bagi WIKA. Dalam risetnya, Analis Samuel Sekuritas, Adrianus Bias Prasuryo, menunjuk pencairan anggaran pemerintah yang lambat plus musim hujan merupakan penghambat kinerja WIKA.

Meski begitu, analis yakin kinerja WIKA akan tetap tumbuh. Arief memprediksi kontrak WIKA akan naik bertahap mulai kuartal kedua. Apalagi total kontrak WIKA di kuartal satu 2011 ini mencapai Rp 2,5 triliun, naik 55% dari periode yang sama tahun sebelumnya. "Fundamental ekonomi yang kuat dan kenaikan peringkat investasi Indonesia akan menarik investasi asing, sehingga aktivitas konstruksi akan bertambah banyak," kata Arief.

Unggul terintegrasi

Adrianus juga optimistis tahun ini akan ada kemajuan di sektor konstruksi. Alasan Adrianus, anggaran belanja proyek pemerintah di sektor infrastruktur meningkat. Artinya, proyek WIKA punya potensi bertumbuh.

Selain itu, berdasarkan neraca keuangannya, Adrianus menilai, WIKA merupakan perusahaan konstruksi terbaik. Posisi kas per akhir 2010 mencapai Rp 865 miliar. Debt to equity ratio (DER) WIKA juga lebih baik dari perusahaan sejenis.

Emiten Badan Usaha Milik Negara ini juga mampu bersaing karena melakukan diversifikasi bisnis. "WIKA unggul sebagai perusahaan terintegrasi," kata Maria.

Dengan berbagai keunggulan tersebut, ketiga analis memasang rekomendasi beli untuk WIKA. Adrianus menargetkan harga WIKA bisa mencapai Rp 680 per saham, yang mencerminkan price to earning (PE) 15,5 kali dan EV/EBITDA sebesar 5,6 kali.

Arief dan Maria sama-sama memasang target harga WIKA di Rp 810 per saham. Target harga ini mencerminkan PE 11,8 kali berdasarkan perhitungan Arief, dan PE 11,1 kali menurut Maria.

Pada penutupan Rabu (15/6), harga WIKA tetap senilai Rp 670 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar