Jumat, 10 Juni 2011

Pilih Saham di Level Support & Berdividen

INILAH.COM, Jakarta- IHSG diperkirakan bergerak varaiatif pada penutupan. Namun, investor bisa memilih saham yang berada pada level support dan akan memberikan dividen cukup besar.

Pada sesi pertama perdagangan Jumat (10/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 5,73 poin (0,15%) ke level 3.800.457. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun tipis 1,79 poin (0,27%) ke angka 671.594.
Laju indeks siang ini kurang ramai, didukung oleh volume transaksi yang tercatat hanya mencapai 2,255 miliar lembar saham, senilai Rp1,053 triliun dan frekuensi 51.563 kali. Sebanyak 90 saham menguat, sedangkan 111 saham melemah dan 210 saham stagnan.
Pelemahan indeks sesi pertama, justru diwarnai aksi beli asing yang mencatatkan transaksi nilai beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp 99,2 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp465,8 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp 366,6 miliar.
Mayoritas sektor saham mendukung pelamahan indeks. Sektor aneka industri memimpin koreksi 1,57%, disusul pertambangan 0,49%, perkebunan 0,31%, manufaktur 0,30%, properti 0,15%, dan infrastruktur 0,14%. Hanya tiga sektor yang menguat, perdagangan 0,52%, konsumsi 0,50%, dan keuangan 0,01%. Sedangkan sektor industri dasar ditutup stagnan.
Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah memperkirakan, pergerakan indeks saham domestik hingga penutupan sore nanti akan variatif (mixed). “Indeks akan bergerak dalam kisaran support 3.781 dan resistance 3.830,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (10/6).

Peluang variatifnya pergerakan market hingga sore, menurutnya, dipicu oleh pasar Asia yang tidak merespon positif technical rebound pada bursa Dow Jones. “Padahal, Dow mendapat sentiment positif setelah data ekspor AS dilaporkan naik sehingga defisitnya berkurang,” ujarnya.

Karena itu, bursa Hang Seng langsung terpukul 114,51 poin (0,51%) dan berimbas negatif pada bursa Singapura. Kondisi itu, lanjutnya dipicu oleh pertumbuhan ekspor China yang melambat dibandingkan impor. Surplus perdagangan China dirilis di bawah estimasi jadi US$13,1 miliar dari prediksi US$19,3 miliar.

Akibatnya, IHSGpun setelah dibuka dalam posisi positif bergerak variatif. Ini juga bisa dilihat dari saham-saham yang menjadi trigger di market selama ini masih tertekan dan kurang mendukung pergerakan market. Di antaranya, saham PT Astra Internasional (ASII) yang sudah tiga hari terkonsolidasi ke bawah.

Begitu juga dengna PT Telkom (TLKM) dan saham-saham di sektor perbankan. Padahal, Kamis (9/6) Bank Indonesia mempertahankan BI rate di level 6,5%. “Kebijakan BI rate itu, tak berpengaruh sama sekali ke market terutama sektor perbankan. Padahal, PT Bank Negara Indonesia (BBNI) dan PT Bank Mandiri (BMRI) akan membagikan dividen,” ucapnya.

Di menjelaskan, bahwa kondisi itu menandakan investor khawatir. Apalagi, asing pun kemarin dalalm posisi jual sekitar Rp700 miliar. Pasar secara umum masih wait and see apakan nanti malam penguatan di Wall Street masih berlanjut atau tidak. “Untuk sesi dua ini, market menunggu pembukaan bursa Eropa dan perkembangan bursa Asia terutama Hang Seng,” paparnya.

Padahal, jika dilihat dari kenaikan bursa Wall Street, saham-saham di sektor timah dan nikel, mengalami kenaikan. Begitu juga dengan harga minyak mentah dunia yang naik ke atas US$102 per barel. “Tapi, sejauh ini belum ada pergerakan pada saham-saham batu bara,” timpalnya.

Dalam situasi ini, Cece merekomendasikan positif saham-saham yang berada pada level support dan akan memberikan dividen yang cukup besar.

Saham-saham pilihannya adalah PT Tambang Bukit Asam (PTBA)dengan dividen final Rp456 per saham, PT Antam (ANTM) yang pergerakannya sudah lama tak bergeming dan juga akan bagi dividen.

Lalu, PT Adaro Energy (ADRO). Perhatikan juga PT Telkom (TLKM) yang sudah berada pada level support dan akan membagikan dividen senilai Rp300-an. “Saya rekomendasikan, saham-saham tersebut layak dikoleksi di level support. Buy on support,” imbuhnya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar