Selasa, 14 Juni 2011

UNSP dapat pinjaman US$ 250 juta

UNSP dapat pinjaman US$ 250 juta
JAKARTA. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) berniat melakukan refinancing utang obligasi dan utang bank miliknya. Untuk itu, perusahaan perkebunan ini telah mendapat komitmen pinjaman senilai US$ 250 juta.

UNSP memperoleh pinjaman tersebut dari club deal yang beranggotakan empat bank, yang terdiri dari bank lokal dan asing. Namun manajemen UNSP ogah mengungkapkan identitas keempat bank tersebut.

Utang obligasi yang akan di-refinancing ini mencapai US$ 185 juta. "Ditambah bunga dan biaya lain-lain totalnya jadi US$ 200 juta," kata Harry M. Nadir, Direktur Keuangan UNSP, Senin (13/9). Utang obligasi ini akan jatuh tempo pada November 2011 ini.

Refinancing ini akan menurunkan beban bunga UNSP. Perseroan ini sebelumnya harus membayar bunga obligasi 10,75% per tahun. Bandingkan dengan bunga dari pinjaman baru yang berkisar 7%-10% per tahun.

UNSP juga akan menggunakan dana pinjaman sebanyak US$ 50 juta untuk melunasi utang-utang bank lainnya. Namun Harry tidak bersedia merinci pinjaman ke perbankan tersebut.

Harry menjelaskan, pokok pinjaman dari club deal akan dicicil setiap tiga bulan sekali.

Besar pembayaran akan disesuaikan dengan kemampuan emiten itu. Dengan cara ini UNSP berharap debt to equity ratio (DER) perseroan tahun ini bisa turun ke bawah 1 kali, dari DER saat ini 1,1 kali.

Sebenarnya, UNSP sudah memanggil pemegang saham beberapa waktu lalu. Namun lantaran tidak kuorum, RUPSLB tersebut terpaksa dijadwal ulang. Namun begitu pinjaman club deal tersebut baru bisa dicairkan setalah ada jaminan aset dari UNSP. Perseroan berencana untuk menjaminkan aset lahan perkebunan yang masih berhubungan dengan obligasi yang akan dilunasi. Sementara untuk menjaminkan aset tersebut UNSP harus mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).

Asal tahu saja kemarin adalah kali kedua UNSP mengadakan RUPSLB. Namun jumlah pemegang saham yang datang hanya sebesar 52%, masih jauh dari persyaratan untuk persetujuan penjaminan yang mengharuskan 66% pemegang saham hadir dalam RUPSLB. “Kami Kita akan adakan lagi RUPSLB dua minggu, atau tiga minggu ke depan,” kata Harry, Senin (13/6).

Restrukturisasi utang

Pinjaman dari club deal ini baru bisa dicairkan setelah UNSP menyerahkan aset sebagai jaminan. Emiten yang dikendalikan grup Bakrie itu berencana menjaminkan lahan perkebunan yang berhubungan dengan obligasi yang akan dilunasi. Untuk itu, UNSP akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

UNSP juga berniat merestrukturisasi utang anak usahanya, yaitu Domba Mas. Utang yang akan direstrukturisasi tahun ini adalah utang kepada Credit Suisse senilai US$ 200 juta. Perseroan ini berniat memperpanjang utang selama 6,5 tahun, sehingga jatuh tempo pada 2017. Restrukturisasi utang ini ditargetkan selesai pada kuartal ketiga tahun ini.

Tahun lalu UNSP telah merestrukturisasi utang senilai US$ 45 juta ke Procter and Gamble (P&G) dan utang ke Bank Mandiri senilai US$ 78 juta. Dari restrukturisasi tersebut, jatuh tempo kedua utang diperpanjang sampai 2017. Sekadar info, Domba Mas yang diakuisisi UNSP sebelumnya memiliki utang hingga US$ 323 juta.

Penurunan beban bunga tentu akan mengilapkan kinerja emiten itu. Menurut manajamen UNSP penurunan beban bunga tersebut akan mempengaruhi terhadap kerja keuangan UNSP ditahun ini. "Pasti akan berpengaruh terhadap laba bersih perseroan," kata Harry. Manajemen UNSP menargetkan bisa meningkatkan laba bersih hingga 50% lebih tahun ini.

Sekadar catatan, sepanjang kuartal pertama 2011 laba bersih UNSP mencapai Rp 229,62 miliar. Jumlah ini naik sekitar 256,50% dibandingkan laba bersih di kuartal pertama 2010. Di periode tersebut, laba bersih UNSP hanya sebesar Rp 64,41 miliar.

Linda Lauwira, Analis Riset e-Trading Securities menilai langkah UNSP melakukan refinancing atas utangnya akan berdampak positif. Hal ini akan memperkuat penghasilan sebelum pajak, bunga, depresiasi dan amortisasi (EBITDA).

Namun Linda menilai bunga utang yang baru tidak banyak berbeda dengan bunga utang sebelumnya. Dus, "Dampaknya terhadap laba bersih juga tidak akan signifikan," kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar