Kamis, 07 Juli 2011

Qtel Jual Saham Indosat?

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Perusahaan telekomunikasi asal Qatar, Qatar Telecom Group (Qtel) dikabarkan akan melepas kepemilikannya di PT Indosat (ISAT). Benarkah?

Beberapa hari terakhir beredar kabar di kalangan investor tentang penjualan kepemilikan saham Qtel di ISAT. Hal ini akibat ketatnya persaingan di bisnis telekomunikasi Indonesia.

Ketika dikonfirmasi, Humas PT Indosat Jarot Handoko membantah kabar ini. Menurutnya, sejauh ini pihaknya mengetahui bahwa Qtel melakukan investasi jangka panjang di Indosat. “Hal ini sejalan dengan misi Qtel menjadi top 20 telekomunikasi pada 2020 mendatang,” ujarnya Kamis (7/7).

Namun, mantan Dirut Indosat Djonny Swandi Syam mengatakan, dalam perjanjian kontrak investasi Qatar dan Indosat, tidak disebutkan secara spesifik klausul periode 'lock up'. “Ini berarti, bisa saja kalau Qtel lepas saham Indosat, kalau merasa tidak menguntungkan lagi investasi di emiten tersebut,”katanya kepada INILAH.COM.

Saat ini, Qtel memiliki 65% saham Indosat, dimana 41% diperoleh dari pembelian yang dilakukan oleh STT (Singapore Telecommunication Tecnologies). Sedangkan sisanya diambil dari pasar melalui tender offer. Adapun pemerintah Indonesia masih punya 15% di Indosat.

Menurut sumber di kementerian BUMN yang tidak mau disebutkan identitasnya, Qtel sebenarnya tidak mau melepas kepemilikan saham di ISAT. Namun, ada tekanan dari politisi partai tertentu yang memaksa Qtel melakukan penjualan, agar partai tersebut bisa mendapat keuntungan komisi. “Politisi ini dikabarkan mendesak Qtel lepas saham Indosat, karena mengincar komisi jual,” ujarnya.

Dijelaskan, politisi ini mungkin mencari pihak yang mau menampung saham ISAT. Kemudian diatur akan dijual berapa persen di pasar dan melibatkan berapa sekuritas. “Hal ini tampak seperti bagi-bagi rejeki, karena bagi broker atau sekuritas, mereka dapat proyek.” tukasnya.

Tawaran terbaiknya adalah, Qtel melepas saham ISAT bertahap, hanya untuk jangka pendek. Mengenai alasan pelepasan saham, lanjutnya, skenario bisa diatur, seperti bisnis telekomunikasi yang kian menurun dan tidak kondusif, akibat kompetisi ketat antar operator.

Nah, ketika sudah dilepas, paparnya, saham ISAT bisa ditampung lagi di level bawah. Jadi Qtel tidak akan kehilangan saham. “Dari transaksi ini, politisi tersebut bisa mendapat komisi jual sekaligus komisi beli,” tutupnya.

Meskipun bisnis telekomunikasi di Indonesia ketat, ISAT sebenarnya memiliki kontribusi terbesar terhadap Qtel pada 2010. Baik dari sisi laba sebelum dikurangi biaya pajak, bunga, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA), pendapatan maupun jumlah pelanggan.

Lihat saja dari sisi EBITDA, dimana ISAT menyumbang 30,08% atau 13,3 miliar real Qatar (sekitar Rp 31,13 triliun). Angka ini naik 3,19% dari tahun sebelumnya. Sedangkan pendapatan ISAT berkontribusi 28,94% terhadap total pendapatan Qtel, atau naik 27,6% dibandingkan kontribusi setahun sebelumnya. Hal ini dipicu naiknya pendapatan Indosat yang tumbuh 5,3% menjadi Rp 19,8 triliun.

Adapun dari sisi pelanggan, Indosat mengkontribusi 60,47% terhadap total pelanggan Qtel, mencapai 74,1 juta pelanggan, atau naik 5% dari tahun sebelumnya. Hal ini didukung kenaikan jumlah pelanggan Indosat yang signifikan sebesar 33% menjadi 44,8 juta pelanggan.

Sedangkan pada kuartal pertama 2011, pendapatan usaha Indosat naik 3% menjadi Rp 4,88 triliun, didukung meningkatnya layanan seluler sebesar 6,2% menjadi Rp 3,96 triliun. Kenaikan layanan seluler ini disebabkan tumbuhnya pelanggan sebanyak 1,4 juta pelanggan menjadi 45,7 juta.

Pada kuartal ini, Indosat juga membangun 1.358 BTS, sehingga perusahaan mempunyai total 18.368 unit BTS. Dari jumlah itu, 3.040 unit BTS berteknologi 3G yang berfungsi untuk mendukung layanan data. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar