Kamis, 08 September 2011

Pidato Obama Picu Penghindaran Aset Berisiko

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah melemah setelah IHSG hanya menguat tipis. Investor cenderung cari aman dengan menghindari aset-aset berisiko (risk aversion) jelang pidato Presiden AS Barack Obama malam ini.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh kecenderungan investor yang sejauh ini mencari aman (risk aversion) menjelang statemen kebijakan moneter baik dari Eropa maupun AS.

Sebab, menurutnya, data-data ekonomi global saat ini masih menunjukkan pelemahan. Sentimen risk aversion itu menopang penguatan dolar AS secara keseluruhan dan jadi tekanan bagi rupiah. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 8.568 dari posisi pembukaan 8.550 dan 8.548 sebagai level terkuatnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (8/9).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (8/9) ditutup melemah 90 poin (0,10%) ke level 8.559/8.569 per dolar AS dari posisi kemarin 8.550/8.560.

Christian menjelaskan, salah satu sinyal perlambatan global muncul setelah Jerman merilis data neraca perdagangannya (trade ballance). Angkanya jatuh di bawah estimasi menjadi -1,8% dari prediksi -0,8% dan angka sebelumnya -0,3%.

Kondisi itu, lanjutnya, diperburuk oleh laporan pesanan mesin dari Jepang yang turun jadi 15,3% dari sebelumnya 34,6% selama Juli 2011. "Dua data itu menambah bukti lebih lanjut tentang perlambatan pemulihan ekonomi global," ujarnya.

Perlambatan global itu, lanjut Christian, akan menambah tekanan bagi Presiden AS Barack Obama untuk mengeluarkan rencana paket stimulus yang bertujuan untuk menopang perekonomian AS dalam pidato nanti malam. "Sebab, ekonomi global sudah melambat baik Eropa maupun Jepang," tuturnya.

Obama, menurut dia, diharapkan mengeluarkan paket stimulus untuk penciptaan lapangan kerja senilai US$300 miliar ditambah dengan pemangkasan pajak (tax cut) dan stimulus untuk proyek infrastruktur. "Ini sangat berpengeruh di market karena bisa menopang pasar tenaga kerja," paparnya.

Alhasil, hari ini dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS menguat 0,07% dari 75,51 ke level 75,62. "Terhadap euro, dolar AS menguat ke level US$1,4070 dari sebelumnya US$1,4092 per euro," imbuh Christian.

Dari bursa saham, pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, bartahannya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) di teritori positif sebesar 3,96 poin (0,10%) ke level 4.005,39 salah satunya dipicu posisi indeks yang sudah sangat kuat di atas 4.000 kembali. Karena itu, pasar sudah mengabaikan kekhawatiran-kekhawatiran lainnya sehingga IHSG terus pulih dan kembali berada di zona aman setelah tembus level psikologis itu.

Kondisi itu, lanjutnya, mendapat dukungan dari investor asing yang berposisi net buy dalam dua hari terakhir. Artinya, kepercayaan asing terhadap bursa Indonesia sudah pulih. Kemarin, asing net buy sebesar Rp350 miliar dan hari sudah di atas Rp545 miliar. Karena itu, hingga penutupan indeks bertahan pada teritori positif. “Apalagi, bursa global dan regional juga berada pada teritori positif,” ujarnya.

Dari dalam negeri, penguatan indeks juga mendapat dukungan dari Bank Indonesia yang siang tadi sudah diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,75% untuk kesekian kalinya. Level ini merupakan suku bunga ideal untuk Indonesia. “Ini menjadi angin segar bagi market,” papar Willy. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar