Kamis, 10 November 2011

Saham Properti di Tengah Isu Bubble

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Tingginya permintaan telah memicu pertumbuhan kredit properti dan menimbulkan kekhawatiran terjadinya bubble. Bagaimana kondisi saham di sektor ini?

Seperti diketahui, Bank Indonesia awal pekan ini meminta pasar mewaspadai terjadinya bubble di sektor properti. Pasalnya, berdasarkan data hingga September kemarin, kredit sektor properti mencapai Rp272,83 triliun, naik 25,3% ketimbang periode yang sama 2010 sebesar Rp217,69 triliun.

Kredit properti ini terdiri dari kredit konstruksi Rp 69,36 triliun, kredit real estate Rp34,28 triliun dan kredit KPR serta KPA sebesar Rp169,12 triliun. Kredit properti paling banyak disalurkan bank swasta nasional Rp132,71 triliun dan bank nasional Rp110,711 triliun.

Namun, dalam riset terbarunya, CIMB Securities menilai bubble di sektor properti Indonesia belum akan terjadi. Disebutkan, kekurangan pasokan properti memang masih akan terjadi di Jabodetabek hingga 2016, serta memicu kenaikan harga property landed house,”Namun, kebutuhan property residensial ini juga dibarengi suku bunga rendah, yang memicu pertumbuhan kredit/pembiayaan properti,” ungkapnya.

Alhasil, meski terjadi bubble property, namun jika melihat dari rasio propertyvalue to income (indikator kemampuan beli investor/consumer dibanding harga jual property), maka tingginya rasio ini lebih banyak.

Hal ini karena minimnya akses pembiayaan/kredit untuk kepemilikan properti residensial, bukan karena harga tanah yang sudah over valuasi. “Sementara tingginya pertumbuhan kredit morgage/KPR masih di bawah kapasitas pentrasi maksimal pembiayaan / kredit property yang bisa dikeluarkan bank.”

CIMB Securities pun masih memberi rekomendasi overweight pada sektor properti. Terutama pada saham Bumi Serpong Damai (BSDE), Ciputra (CTRA) dan Alam Sutera Realty (ASRI).

Sementara analis Reliance Securities Gina Novrina Nasution menilai, dengan inflasi Oktober yang terkendali, saham sektor properti masih menarik. Apalagi, dengan BI rate yang berpeluang diturunkan dari level saat ini 6,5% ke level 6% hingga akhir tahun.

Beberapa saham properti pilihan Gina adalah Bakrieland Development (ELTY), Bukit Sentul City (BKSL), Lippo Karawaci (LPKR), ASRI dan BSDE. “Saham-saham ini masih memiliki peluang penguatan lebih lanjut,”katanya.

Daya pikat saham sektor properti juga diamini oleh pengamat pasar modal Danny Eugene. Menurutnya, tren penguatan harga saham properti akan berlanjut hingga akhir 201, ditopang kinerja fundamental emiten yang terus membaik pada semester dua.

Ia memaparkan, ada tiga faktor yang menjadi pendorong naiknya saham properti. Seperti laju inflasi yang hingga akhir 2011 masih terkendali. Kemudian suku bunga yang relatif stabil, sehingga meningkatkan daya beli masyarakat untuk memiliki rumah.

Ketiga, aksi korporasi berupa ekspnasi yang dikerjakan beberapa emiten. Seperti ASRI yang membangun proyek sub-cluster di area seluas 27 hektare di Tangerang. Kemudian Agung Podomoro Land (APLN) yang mengembangkan tiga proyek di Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Karawang. “Ekspansi emiten properti ini nantinya akan terefleksi dalam kenaikan harga saham,” pungkasnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar