Rabu, 19 Januari 2011

Saham UNVR, BBRI, dan TLKM jadi penggerus indeks

Date : Jan 19 2011, 15:18
Title : News Story
Header : Saham UNVR, BBRI, dan TLKM jadi penggerus indeks


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Saham UNVR, BBRI, dan TLKM menjadi penyeret indeks, hari ini.
Hingga pukul 14.23 WIB, IHSG terseret 0,63% ke level 3.526,16.
Adapun, saham UNVR sudah terkoreksi 2,8% ke level Rp 15.650 per saham.
Sementara, saham BBRI turun 3% Rp 4.850 per saham, dan saham TLKM turun 0,64%
ke 7.750
Analis Lauthandana Securindo, Willy Sanjaya menyebut, koreksi ketiga saham
tersebut karena pengaruh isu dari dari negeri. Menurutnya, pasar masih cemas
terhadap inflasi, suku bunga yang belum ada perubahan, dan kondisi sosial
politik yang agak memanas akhir-akhir ini karena tudingan kebohongan terhadap
pemerintah.
Sementara, kata Willy, dari sisi emiten sendiri tidak ada alasan khusus
yang menyeret saham-saham tersebut. Tapi, saat ini pasar memang menunggu
laporan keuangan 2010, sehingga indeks sulit naik dan cenderung tekanan jual.
"Pasar tidak punya pegangan, dalam posisi mencari arah, sehingga yang
ditunggu adalah rilis laporan keuangan dan rencana pembagian dividen,"
terangnya.
[ Dupla Kartini ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 14:30:43 WIB )


=======================================================================================

Penurunan harga SUN sudah diprediksi investor

Date : Jan 19 2011, 15:16
Title : News Story
Header : Penurunan harga SUN sudah diprediksi investor


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Meski Moody's Investor Service menaikkan rating credit Indonesia
dari Ba2 menjadi Ba1 beberapa hari lalu, namun dampaknya belum menjalar ke
pasar saham dan obligasi. Sebagai bukti, pasar saham masih menunjukkan koreksi
dalam dua minggu pertama tahun ini. Sementara, harga surat utang negara sempat
menyentuh titik terendah sejak Juli 2010.
Menurut Venkatraman Anantha Nageswaran, Chief Investment Officer Bank
Julius Bar, peringkat Moody's tak terlalu berdampak signifikan terhadap pasar
saham dan obligasi Indonesia. Pasalnya, "Investor sudah berspekulasi sebelumnya
tentang kenaikan peringkat tersebut," jelasnya. Dia menambahkan, saat ini,
kecemasan investor lebih tertuju pada tingkat inflasi di Asia yang semakin
membumbung.
Head of Debt Research PT Danareksa Sekuritas pun berpendapat sama.
Menurutnya, penurunan harga surat utang negara bukan sesuatu yang
mengkhawatirkan. "Harga SUN turun karena pasar sudah memprediksi ada kenaikan
rating di awal tahun. Kecuali kalau naik satu lagi ke level investment grade,
baru efeknya jadi lebih besar," ujar Budi, Rabu, (19/1).
Menurut Budi jika sudah di level investment grade, maka kondisi pasar
Indonesia akan lebih menarik.
[ Barratut Taqiyyah, Astri Karina Bangun ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 15:03:08 WIB )


=======================================================================================

JSX

Sembilan sektor melemah, indeks terkoreksi 0,61%

Date : Jan 19 2011, 13:18
Title : News Story
Header : Sembilan sektor melemah, indeks terkoreksi 0,61%


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Penguatan bursa di menit-menit awal perdagangan ternyata tidak
berlangsung lama. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) malah melemah karena 9
sektor masuk ke zona merah. IHSG pada sesi pagi ditutup melemah 0,61% ke level
3.526,95..
Sebanyak 105 saham turun, dan hanya 63 saham yang berhasil menguat,
sementara 77 saham diam ditempat.
Sektor yang melemah paling dalam adalah sektor industri dasar yang
terkoreksi 1,43%, disusul sektor consumer good yang melorot 1,34%. Sektor
perdagangan juga masih terkoreksi 1,12%. Sektor lainnya rata-rata melemah di
bawah 0,1%. Tercatat hanya sektor aneka industri yang berhasil maju ke zona
hijau dengan penguatan tipis 0,90%.
Pemimpin top losers masih Bhakti Capital Indonesia (BCAP) dengan koreksi
25% ke Rp 300, disusul oleh Suryamas Duta Makmur (SMDM) yang tergelincir 9,09%
ke Rp 120. Sumber Alfaria (AMRT) turun 8,33% ke Rp 2.750. Saham MSCI yang
terkoreksi adalah SMGR atau Semen Gresik dengan penurunan 2,82% ke Rp 8.600,
dan saham Unilever (UNVR) yang melemah 2,80% ke Rp 15.650.
Penghuni top gainers adalah Pudjiadi& Sons Estate yang naik 21,50% ke Rp
2.300, disusul Bank Capital (BACA) Indonesia yang menguat 9,82% ke Rp 123.
Anggota MSCI indeks yang melesat paling tajam adalah Bank Internasional
Indonesia (BNII) dengan penguatan 4,62% ke Rp 680, disusul Bank Mandiri (BMRI)
yang naik tipis 1,79% ke Rp 5.700. Saham ASII dan INCO juga berhasil menguat
1,06% dan 1,04%.
[ Dian Pitaloka Saraswati ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 12:32:04 WIB )


=======================================================================================

Inflasi tinggi dan ekonomi China akan pengaruhi Asia tahun ini

Date : Jan 19 2011, 13:17
Title : News Story
Header : Inflasi tinggi dan ekonomi China akan pengaruhi Asia tahun ini


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Outlook perekonomian Asia di 2011 masih akan dibayangi kenaikan
inflasi yang cukup tinggi. Venkatraman Anantha Nageswaran, Investment Officer
Bank Julius Bar mengingatkan, kondisi perekonomian dunia pada paruh pertama
2010 sangat sulit. Sejumlah faktor yang mempengaruhi antara lain pengetatan
kebijakan China, krisis utang Eropa, dan melorotnya perekonomian AS.
"Namun kondisi tersebut membaik di paruh kedua 2010 karena AS banyak
mencetak uang, data perekonomian AS yang positif, dan langkah bank sentral
Eropa yang menggelontorkan banyak dana segar ke sistem finansial," jelasnya.
Nah, bagaimana dengan outlook Asia tahun ini? Secara umum, lanjut
Venkatraman, kondisi ekonomi Asia cukup positif. "Hanya saja ada kecemasan
inflasi yang membayangi," imbuhnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi antara lain kenaikan harga
makanan dan harga komoditas. Khusus komoditas, pergerakan harga minyak akan
berpengaruh besar. "Kami memprediksi, harga minyak dunia bisa menyentuh di atas
level US$ 100 sebarel," paparnya. Kondisi itu tidak akan bagus bagi Asia.
Nageswaran menambahkan, China sebagai salah satu poros ekonomi Asia akan
berpengaruh besar atas kondisi ekonomi Asia secara keseluruhan.
Dia memprediksi, dalam jangka pendek, China akan terus melakukan
pengetatan kebijakan moneter. Selain itu, tingkat inflasi China juga akan naik
sehingga membuka kemungkinan bank sentral China menaikkan suku bunga acuan.
"Pada semester I ini, pasar saham China akan mendapat sejumlah tantangan. Hal
ini akan membayangi Asia," urainya.
[ Barratut Taqiyyah ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 12:00:43 WIB )


=======================================================================================

Harga jagung terus terkerek naik akibat seretnya pasokan

Date : Jan 19 2011, 13:17
Title : News Story
Header : Harga jagung terus terkerek naik akibat seretnya pasokan


Story
=======================================================================================

CHICAGO. Harga jagung terus melanjutkan reli menuju harga tertingginya
dalam 30 bulan, sebagai akibat dari kecemasan investor karena pasokan global
yang menyusut.
Produksi jagung di AS melorot sebesar 4,9% tahun lalu. Pemerintah AS pun
memotong prediksi pasokan jagung global menjadi 127 juta metrik ton, menjadi
yang terendah sejak 2007. "Saat ini harga jagung belum cukup tinggi untuk bisa
menurunkan permintaan," kata Greg Grow Direktur Agribisnis Archer Financial
Services di Chicago.
Harga komditas jagung di Chicago Board of Trade (CBOT) untuk pengiriman
Maret 2011 melompat 8,5 sen atau 1,3% menjadi US$ 6,572 per bushel pada 10:24
waktu setempat. Sebelumnya, harga jagung menyentuh angka US$ 6,577 per bushel
yang menjadi harga tertinggi sejak Juli 2008.
[ Ragil Nugroho ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 11:32:30 WIB )


=======================================================================================

Kenaikan inflasi menahan pertumbuhan UNVR

Date : Jan 19 2011, 13:15
Title : News Story
Header : Kenaikan inflasi menahan pertumbuhan UNVR


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Ancaman inflasi tinggi sudah di depan mata. Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat, inflasi sepanjang tahun lalu mencapai 6,96%. Kenaikan harga
bahan pangan menyumbang inflasi terbesar, yakni 3,5%.
Kenaikan harga pangan tentu berpotensi menahan laju pertumbuhan penjualan
barang-barang konsumsi (consumer goods), termasuk produk PT Unilever Indonesia
Tbk (UNVR).
Analis NISP Sekuritas, Lyana Margareth, memprediksi, kenaikan harga pangan
masih akan terjadi hingga beberapa bulan ke depan. Melonjaknya harga pangan,
terutama beras, bakal mengganjal pertumbuhan UNVR. Pasalnya, segmen yang rentan
terhadap kenaikan harga pangan adalah masyarakat ekonomi kelas menengah dan
bawah.
Menurut Lyana, sebesar 50% pengeluaran belanja dua golongan ini dipakai
untuk konsumsi makanan. Ketika harga pangan mendaki, anggaran belanja
masyarakat menengah ke bawah mengalami penyesuaian. "Kebutuhan yang tak terlalu
mendesak akan dieliminasi, misalnya keperluan toiletries," kata dia.
Lyana memprediksi penjualan UNVR untuk kedua segmen itu sepanjang 2010 dan
2011 masing-masing hanya tumbuh 7,5% dan 8,5%.
Analis Mandiri Sekuritas Yohan Setio memperkirakan kinerja UNVR semakin
berat, mengingat harga bahan baku terus menanjak. Misalnya minyak sawit mentah
atau crude palm oil (CPO). Harga CPO untuk pengiriman April 2011 di bursa
Malaysia, Selasa (18/1) pukul 16.34 WIB, senilai US$ 1.197 per ton. Harga ini
cenderung meningkat dibandingkan tahun lalu.
Namun analis mengakui UNVR memiliki konsumen loyal yang bersedia
menanggung kenaikan harga. UNVR tidak pernah kesulitan menaikkan harga jual
produknya.
Saham sudah mahal
Yohan menghitung, pendapatan UNVR tahun ini mencapai Rp 21,1 triliun.
Jumlah ini naik 7,65% dari estimasi tahun lalu. Laba bersihnya juga diprediksi
tumbuh 11,76% menjadi Rp 3,8 triliun. "Selain kontribusi konsumen yang sudah
ada, penjualan UNVR ditopang oleh pelanggan baru," kata dia.
Lyana menaksir pendapatan UNVR sepanjang 2011 mencapai Rp 21,87 triliun,
naik 9,83% dari tahun lalu. Laba bersihnya diperkirakan naik 9,92% menjadi Rp
3,644 triliun.
Meski kinerjanya tumbuh, harga saham UNVR dinilai kemahalan. Lyana
menghitung rasio harga terhadap laba atau price to earning ratio (PER) UNVR
sebesar 32,8 kali. Hitungan Yohan, PER UNVR tahun ini 33 kali. "Sebenarnya
harga ini masih wajar mengingat UNVR selalu tepat waktu membagi dividen, tak
punya utang dan pertumbuhannya positif," tutur Yohan.
Lyana merekomendasikan jual UNVR dengan target harga Rp 13.150 per saham.
Yohan menyarankan tahan dengan target Rp 16.000 per saham. Sedang Bonny Budi
Setiawan, analis UBS Securities, merekomendasikan netral dengan target Rp
15.800 per saham. Harga saham UNVR kemarin ditutup menurun 2,13% menjadi Rp
16.100 per saham.
[ Raka Mahesa W, KONTAN ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 10:57:43 WIB )


=======================================================================================

Merger KAEF dan INAF molor lagi

Date : Jan 19 2011, 13:12
Title : News Story
Header : Merger KAEF dan INAF molor lagi


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Rencana pembentukan induk badan usaha milik negara (BUMN) farmasi
seperti berjalan di tempat. Dalam rencana semula, pemerintah berniat menggabung
PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF).
Namun, tenggat waktu pembentukan holding kembali molor. Dalam rencana
terakhir, deadline penggabungan kedua perusahaan itu adalah Februari tahun ini.
"Merger belum bisa terjadi Februari ini, karena masih proses," ungkap Irnanda
Laksanawan, Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur Kementerian
BUMN.
Ini berarti penundaan ketiga sejak rencana penggabungan digagas Maret
2009. Dalam rencana awal, deadline penggabungan adalah Agustus 2009. Jadwal
penggabungan kemudian diulur hingga pertengahan 2010, yang kemudian kembali
terlewati.
Irnanda menjelaskan, belum ada kemajuan yang signifikan dalam proses
penggabungan kedua perusahaan. Bahkan, kini belum ada yang bisa memastikan
kapan ide pembentukan holding farmasi itu bakal terwujud.
Baik manajemen INAF maupun pengelola KAEF menyatakan hanya bisa menunggu.
Direktur Keuangan INAF, Djakfarudin Junus menyatakan, produsen obat generik itu
telah menyerahkan proses merger ke pemerintah. Menurut Djakfarudin, proses
penggabungan baru sampai tahap penunjukan konsultan keuangan. Konsultan ini
yang akan merancang proses merger INAF dan KAEF.
Direktur Utama KAEF Sjamsul Arifin menuturkan, saat ini perusahaannya
tetap rencana bisnis sesuai dengan roadmap pembentuk holding. "Tapi kalau
masalah progress itu wewenang pemerintah. Kami hanya menerima saja apa yang
menjadi keputusannya," jelas Sjamsul.
INAF dan KAEF masing-masing memiliki rencana korporasi sendiri di tahun
ini. INAF ingin membangun pabrik tablet fixed dose combination (FDC) untuk
tuberkulosis. Investasi untuk membangun pabrik obat yang menyasar pasar ekspor
itu adalah Rp 27 miliar.
Sementara, KAEF dalam proses mendirikan perusahaan patungan bersama dengan
perusahaan pemerintah China dengan investasi senilai US$ 10 juta. Perusahaan
patungan itu ditargetkan beroperasi di tahun ini juga.
[ Didik Purwanto, KONTAN ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 10:49:39 WIB )


=======================================================================================

Sentimen pendapatan emiten AS topang laju bursa Asia

Date : Jan 19 2011, 13:12
Title : News Story
Header : Sentimen pendapatan emiten AS topang laju bursa Asia


Story
=======================================================================================

TOKYO. Pasar saham Asia mayoritas menghijau hari ini. Indeks bursa-bursa
utama Asia naik setelah perusahaan di AS, Apple Inc dan Internasional Business
Machines Corp merilis laporan pendapatan melebihi perkiraan pasar.
Didukung pula spekulasi langkah China untuk menahan laju inflasi yang
dinilai tidak akan memangkas laju ekspansi ekonominya. China diperkirakan besok
bakal merilis angka pertumbuhan produk domestik bruto lebih dari 9%.
Hingga pukul 10.15 WIB, indeks Nikkei 225 menguat 0,19% ke 10.538,9,
indeks Hang Seng naik 1% ke 24.395, dan indeks Kospi melaju 0,70% ke 2.111,14.
Straits Times Index juga berhasil naik tipis 0,05% ke 3.251,99, dan IHSG juga
berhasil menguat tipis 0,07% ke 3551,3.
Performa positif pasar Asia itu tercermin dari indeks MSCI Asia Pacific
yang naik 0,5% ke 139,60, hingga 10.20 a.m. waktu Tokyo.
Manajer ekuitas Nikko Cordial Securities Inc Hiroichi Nishi mengatakan
setelah perbaikan ekonomi makro di AS, faktor-faktor mikro seperti pemulihan
pendapatan mulai terlihat. "Proyeksi perekonomian yang buram mulai pudar,"
ujarnya.
[ Dupla Kartini, Bloomberg ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 10:24:46 WIB )


=======================================================================================

Delapan sektor memerah, IHSG masih terkoreksi

Date : Jan 19 2011, 13:11
Title : News Story
Header : Delapan sektor memerah, IHSG masih terkoreksi


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih betah saja di teritori
negatif. Pada pembukaan pasar pagi ini, pukul 9.52 WIB, IHSG bergerak tipis di
zona merah dan tercatat sempat turun 0,12% menyentuh level 3544,490.
Kondisi ini terjadi lantaran dari 10 sektor yang diperdagangkan, 8
diantaranya memerah, yang dipimpin sektor consumer goods. Sektor pertambangan
yang hanya menguat tipis 0,12% tak mampu memberi angin segar bagi indeks.
Meski jumlah saham yang menguat lebih banyak daripada yang melemah, yaitu
58 berbanding 50, namun tidak mampu mengangkat laju IHSG. Sementara 70 saham
lainnya memilih diam di tempat.
Top losers diisi saham-saham antara lain Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
yang anljlok 6,67% ke Rp 2.800, Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) yang turun 5,39%
ke Rp 125, dan Bakrie Telecom Tbk (BTEL) yang melemah 2,22% ke Rp 220.
Sementara, jajaran saham pengerek bursa diisi antara lain First Media Tbk
(KBLV) yang terbang 23,97% ke Rp 1.500, Intanwijaya Internasional Tbk (INCI)
yang menguat 9,09% ke Rp 360, dan Trias Sentosa Tbk (TRST) yang naik 7,69% ke
Rp 280.
[ Teddy Gumilar ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 10:03:51 WIB )


=======================================================================================

Harga batubara melonjak akibat kenaikan harga minyak dan banjir Queensland

Date : Jan 19 2011, 13:10
Title : News Story
Header : Harga batubara melonjak akibat kenaikan harga minyak dan banjir Queensland


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Banjir di Queensland Australia serta naiknya harga minyak dunia
membuat harga batubara terkerek. Saat ini, Harga batubara termal di pelabuhan
Newcastle di New South Wales, patokan untuk Asia, melonjak US$ 6,70 atau 5,1%
menjadi US$ 138,50 per metrik ton pada pekan yang berakhir 14 Januari. Angka
ini merupakan angka tertinggi sejak September 2008.
Banjir di Queensland merupakan bencana banjir paling parah sejak 50 tahun
kebelakang yang dialami Australia. Banjir ini menelan kerugian sebesar US$ 2,3
milliar. Akibatnya hanya 15% saja pabrik batubara dari total 75 tambang
batubara yang beroperasi.
Australia sendiri merupakan produsen batu bara terbesar yang menyumbang
dua per tiga kebutuhan dunia. Batubara asal Australia sekitar 90% produksinya
berasal dari Queensland. Banjir inilah yang diprediksi mengerek harga batu bara
secara global.
Queensland sebagai salah satu daerah yang terkena banjir, mampu
memproduksi batubara sebanyak 245 juta ton pada 2010. Jumlah ini menyumbang
pasokan batubara dunia sebanyak 21%. Namun karena banjir perkiraan akan
memangkas produksi hingga 15 juta ton.
Saat ini perusahaan besar yang beroperasi di Queensland adalah Rio Tinto,
BHP Biliton dan Xstrata. Kalangan industri menyatakan, meski mayoritas tambang
batu bara di kawasan itu siap beroperasi penuh maupun sebagian, namun
diperlukan waktu beberapa bulan untuk mencapai kapasitas normal.
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia Irwandi bilang kondisi
bencana ini diperkirakan segera pulih dan masa perbaikan tidak lebih dari 1
tahun. Karena itu, jika suplai mencukupi kebutuhan maka harga global akan
kembali normal.
Industri batubara dalam negeri menurut Irwandi tidak akan akan terpengaruh
dengan harga di pasar global. Pasalnya, Indonesia sendiri banyak volume
produksinya hingga mencapai 270 juta ton.
Sedangkan kebutuhan batubara dalam negeri hingga mencapai 70 hingga 90
juta ton. Pengaruh harga dalam negeri murni terpengaruh pasokan dan
permintaan."Tapi pasokan batubara saya pikir masih mencukupi," ungkapnya.
Hanya saja jika tidak diawasi produsen akan lebih memilih ekspor untuk
memenuhi kebutuhan global. Saat ini 70% dari total produksi batubara lokal
untuk pasar ekspor, dan sisa 30% untuk kebutuhan dalam negeri.
Nah, jika kebutuhan global meningkat, ada potensi produsen lebih fokus
memasok untuk kebutuhan global, dan suplai di dalam negeri bisa berkurang dan
harga pun ikut terdongkrak."Itu tanggung jawab pemerintah untuk memproteksi
kebutuhan dalam negeri dan tidak terlalu fokus ke ekspor," ungkap Irwandi.
[ Yudo Widiyanto ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 09:46:18 WIB )


=======================================================================================

13 BUMN jaga harga surat utang negara

Date : Jan 19 2011, 12:59
Title : News Story
Header : 13 BUMN jaga harga surat utang negara


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Pasar obligasi terus mengalami tekanan hebat. Sinyal ini terbaca
dari indeks harga Surat Utang Negara (SUN) yang terus merosot selama sepekan
lebih. Kemarin (18/1) indeks harga SUN kembali terjerembab ke level terendah
semenjak Juni 2010 di level 99,47.
Padahal pada akhir tahun 2010, indeks harga SUN masih perkasa di level
106,05. Penurunan cukup dalam ini memang tidak lepas dari kekhawatiran investor
terhadap ekspektasi inflasi tinggi pada bulan ini.
Beberapa SUN jangka panjang seperti FR0054 telah menyentuh harga terendah
sejak Juli 2010 di level 94,84. Tak heran yield SUN bertenor 20 tahun ini ikut
terkerek naik menjadi 10,1% per tahun.
Tak ketinggalan harga SUN seri FR0050, juga menurun cukup dalam. Kemarin
harga SUN tenor 27 tahun ini juga menyentuh level terendah sejak Juli 2010 di
99,5. Turun 12,71% dari posisi seminggu lalu. Imbal hasil SUN FR0050 pun
menanjak dan kini bertengger di 10,56%.
Naik turun harga SUN memang hal biasa. Tapi, ini menjadi sinyal waspada
bagi pemerintah. Sebab, jika harga SUN turun terus, pemerintah harus membayar
tinggi imbal hasil bunga SUN.
Wajar saja bila pemerintah berupaya menjaga supaya harga SUN tak terjun
bebas. Salah satu upayanya adalah dengan pembentukan Bond Stabilization Fund
(BSF).
Lewat mekanisme ini, pemerintah menugaskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
berkocek tebal menjadi pembeli siaga alias stand by buyer SUN ketika harganya
jatuh.
Tercatat ada 13 BUMN yang bakal mendapat tugas ekstra itu. Deputi Menteri
BUMN Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan Parikesit Suprapto menjelaskan, 13 BUMN
tersebut berasal dari sektor perbankan, asuransi, serta investasi. "Kalau
perbankan itu ada empat bank, asuransi tujuh, lalu ada Jamkrindo. Sedangkan
untuk BUMN sekuritas hanya sebagai arranger," ujar Parikesit, Selasa (18/1).
Namun, Parikesit enggan menyebutkan besaran dana yang akan disiapkan BUMN
untuk pembelian SUN. Yang jelas, tidak ada batasan bagi BUMN untuk membeli SUN
ketika harganya jeblok.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto
menjelaskan, secara teknis BUMN baru bisa melakukan pembelian ketika harga SUN
benar-benar jatuh dan sudah mencapai batas bawah.
Pemerintah sudah menyiapkan Crisis Management Protocol yang akan berfungsi
memberikan sinyal bagi BUMN untuk mulai masuk memborong SUN. "Nanti penentuan
batas bawah harga SUN ketika jatuh berdasarkan operasi pasar terbuka," kata
Rahmat.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, Sofyan Basir menyatakan
bahwa BRI siap membeli surat utang pemerintah bila memang ada krisis. "Apalagi
kalau sudah diamanatkan Menteri BUMN," ujarnya.
[ Bambang Rakhmanto, Adisti Dini, Avanty Nurdiana ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 09:34:41 WIB )


=======================================================================================

Produksi semen diprediksi 44 juta ton di 2011

Date : Jan 19 2011, 12:56
Title : News Story
Header : Produksi semen diprediksi 44 juta ton di 2011


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia, Oerip Timuryono memprediksi,
hingga akhir tahun 2011 akan ada peningkatan volume sebesar 6-8% dari tahun
2010. Pada akhir tahun 2010 lalu industri semen mencapai volume 40 juta ton,
maka hingga akhir 2011 ini diperkirakan mencapai 43 juta hingga 44 juta ton.
"Ini meningkat dengan pertumbuhan pasar, pada tahun 2009 industri semen
masih 0%," ungkap Oerip, Selasa (18/1).
Namun, ekspor semen tahun ini diprediksi hanya 2 juta ton atau turun
dibanding 2010 lalu yang mencapai 3 juta ton. Tapi, penurunan tersebut diiringi
naiknya permintaan semen di dalam negeri.
Oerip juga mengatakan, produksi semen tahun ini diperoleh dari
pabrik-pabrik yang mempunyai total kapasitas produksi 47 juta ton. "Tentu kami
fokus untuk menggarap pasar dalam negeri," katanya.
Menurut riset Credit Suisse Group AG yang dikutip Bloomberg, harga semen
global pada 2011 akan mengalami kenaikan sekitar 1,2%. Namun ia bilang pada
awal tahun ini belum ada gejala peningkatan harga semen di pasaran domesti.
Oerip bilang, kenaikan harga semen di dalam negeri lebih dipengaruhi
suplai dan permintaan. "Tahun ini ada peningkatan kapasitas hingga 1,6 juta
ton," ungkapnya.
Memang kenaikan harga batu bara pasti memberikan pengaruh terhadap
industri, terutama terhadap ongkos produksi. Saat ini penggunaan energi batu
bara pada industri semen mencapai 30% dari total biaya produksi seluruhnya.
Masing masing produsen punya kebijakan dan strategi bisnis. Oerip bilang,
meskipun harga semen global naik, tidak langsung berpengaruh kepada harga jual
semen dalam negeri. Oerip bilang selama pasokan semen dan permintaan aman, para
produsen belum ada rencana untuk menaikan harga.
[ Yudo Widiyanto ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 08:50:00 WIB )


=======================================================================================