Senin, 21 Maret 2011

Saham Bank dan Konsumer Bawa IHSG Melaju 24 Poin


Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju 24 poin atas diburunya saham bank dan konsumer. Saham-saham ini diincar investor menyusul perkiraan deflasi di bulan Maret ini.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di posisi Rp 8.740 per dolar AS dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di Rp 8.755 per dolar AS.

Mengawali perdagangan di awal pekan, IHSG dibuka naik 8,192 poin (0,23%) ke level 3.502.262. Menguatnya bursa-bursa di regional membuat indeks terangkat kembali ke level 3.500.

Indeks terus bergerak di zona hijau sepanjang perdagangan sesi II dan kembali menembus level tertingginya di 3.518,246.

Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG menguat tipis 12,880 poin (0,36%) ke level 3.506,950. Indeks mampu menguat di tengah transaksi yang tidak terlalu ramai. Saham konsumer menjadi incaran investor.

Mengakhiri perdagangan awal pekan, Senin (21/3/2011), IHSG melaju 24,776 poin (0,70%) ke level 3.518,846. Sementara Indeks LQ 45 naik 6,991 poin (1,12%) ke level 628,203.

Perdagangan di lantai bursa belum bergairah meski banyak sentimen positif yang menjadi pendorong pergerakan bursa hari ini. Saham-saham bank dan konsumen menjadi incaran investor.

Saham-saham tersebut diincar menyusul perkiraan BI akan terjadinya deflasi di bulan Maret tahun ini. Sektor finansial dan konsumer masing-masing menguat 1,17% dan 1,43%.

Meski demikian, transaksi investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (foreign nett sell) tipis sebesar Rp 92,527 miliar di seluruh pasar. Asing banyak melepas saham-saham tambang.

Perdagangan berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 75.318 kali pada volume 3,364 miliar lembar saham senilai Rp 3,3 triliun. Sebanyak 122 saham naik, 75 saham turun, dan 91 saham stagnan.

Indeks masih mampu berjalan di zona positif sampai pada penutupan perdagangan seiring dengan menguatnya bursa-bursa di Asia. Bursa Hong Kong memimpin laju penguatan kali ini.

Berikut kondisi bursa-bursa regional di sore hari ini:

  • Indeks Komposit Shanghai naik tipis 2,93 poin (0,10%) ke level 2.909,81.
  • Indeks Hang Seng melesat 384,99 poin (1,73%) ke level 22.685,22.
  • Indeks Straits Times menguat 53,88 poin (1,84%) ke level 2.989,66.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Astra Internasional (ASII) naik Rp 1.150 ke Rp 55.150, Unilever (UNVR) naik Rp 450 ke Rp 16.050, Gudang Garam (GGRM) naik Rp 250 ke Rp 42.000, dan Adira Finance (ADMF) naik Rp 200 ke Rp 10.800

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Dian Swastatika (DSSA) turun Rp 6.200 ke Rp 30.000, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 350 ke Rp 47.900, Bank Tabungan Pensiunan (BTPN) turun Rp 200 ke Rp 10.800, dan Harum Energy (HRUM) turun Rp 150 ke Rp 8.900.

Saham BUMI Berkelas Internasional


INILAH.COM, Jakarta - Laju saham BUMI, Senin (21/3) diprediksi naik. Salah satu katalisnya, pasar yang mengantisipasi konversi saham Vallar Plc ke BUMI Plc di bursa London. Akumulasi beli!

Aji Martono, pengamat pasar modal dari Capital Bridge Indonesia mengatakan, potensi penguatan saham PT Bumi Resources (BUMI) awal pekan ini karena berbagai faktor. Salah satunya potensi peningkatan permintaan batu bara akibat dihentikannya beberapa reaktor nuklir di Eropa menyusul bocornya reaktor nuklir Jepang.

Lalu, ada peluang peralihan portofolio dari emerging market sekitar Jepang seperti Korea dan China ke saham ini. Lalu, BUMI juga sudah berkelas internasional pasca-masuknya Vallar Plc. “Saya rekomendasikan akumulasi beli untuk saham BUMI secara bertahap di level support 2.875,” katanya kepada INILAH.COM.

Pada perdagangan Jumat (18/3) saham BUMI ditutup menguat Rp100 (3,33%) jadi Rp3.100 dibandingkan sebelumnya di level Rp3.000. Harga tertinggi intraday-nya mencapai Rp3.100 dan terendah Rp3.025. Volume transaksi mencapai 168,9 juta unit saham senilai Rp519,5 miliar dan frekuensi 2.584 kali. Berikut wawancara lengkapnya:

Setelah menguat ke level Rp3.100, bagaimana Anda memperkirakan, laju saham BUMI awal pekan ini?

Saya melihat potensi penguatan di saham Bumi awal pekan ini. Salah satunya, karena faktor penghentian operasional beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Eropa menyusul bocornya reaktor nuklir Jepang.

Kondisi itu, memicu kebutuhan atas energi terutama batu bara semakin meningkat. Karena itu, pasokan emiten-emiten yang core business-nya di batu bara seperti BUMI, akan siap-siap kewalahan menerima order. Pada akhirnya, akan memperkuat kinerja emiten ini.

Akan bergerak di kisaran berapa?

BUMI berpeluang mengarah ke level resistance Rp3.225-3.400 dan Rp2.875 sebagai level support-nya. Sebab, BUMI berpeluang memecahkan level Rp3.175 menuju resistance Rp3.225. Kecenderungan penguatan masih cukup kencang. Bahkan, di perdagangan Senin (21/3) ini bisa tembus level resistance Rp3.225. Resistance berikutnya di level Rp3.400.

Selain faktor meningkatnya demand batu bara, apalagi yang bisa mendongkrak saham BUMI?

Faktor investor emerging market dari Jepang, Korea dan China yang memindahkan portofolionya ke saham ini. Di negerinya, pelaku pasar merasa terganggu dan terancam residu dari bocornya reaktor nuklir di Fukushima, Jepang, menyusul gempa 9 skala richter yang disusul tsunami, Jumat (11/3). Sedangkan Indonesia, dinyatakan tidak terdampak radiasi itu.

Bagaimana dengan rencana emiten yang akan listing di bursa London ?

Saham BUMI sudah berkelas internasional dan mendunia setelah masuknya Vallar Plc dalam kepemilikan emiten ini. Meskipun, pasar menunggu listing saham ini di London yang hingga saat ini belum direalisasikan. Setelah listing di London, akan tampak berapa harga wajar saham BUMI.

Sebab, pasar akan melihat harga saham BUMI di bursa London setelah konversi dari Vallar Plc. Karena itu, pasar akan mengantisipasi berapa target harganya di akhir tahun. Setelah konversi dari harga saham Valar Plc ke BUMI Plc di London, harga BUMI saat ini bisa diketahui apakah kemahalan, sedang atau murah.

Apa rekomendasi Anda?

Saya rekomendasikan akumulasi beli untuk saham BUMI secara bertahap di level support 2.875. [mdr]

Perdagangan Sepi, IHSG Menguat Tipis 12 Poin


Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mampu menguat 12 poin di tengah transaksi yang tidak terlalu ramai. Saham konsumer menjadi incaran investor pada perdagangan hari ini.

Mengawali perdagangan di awal pekan, IHSG dibuka naik 8,192 poin (0,23%) ke level 3.502.262. Menguatnya bursa-bursa di regional membuat indeks terangkat kembali ke level 3.500.

Indeks terus bergerak di zona hijau sepanjang perdagangan sesi I dan sempat menembus level tertingginya di 3.512,147.

Pada penutupan perdagangan sesi I, Senin (21/3/2011), IHSG menguat tipis 12,880 poin (0,36%) ke level 3.506,950. Sementara Indeks LQ 45 naik 3,357 poin (0,54%) ke level 624,569.

Meski banyak sentimen positif, namun transaksi di lantai bursa tidak terlalu ramai. Investor masih melakukan aksi wait and see sambil menunggu pengumuman kinerja keuangan emiten tahun 2010.

Hampir seluruh sektor industri di Bursa Efek Indonesia (BEI) menguat, hanya sektor tambang dan properti yang masih melemah akibat aksi profit taking.

Perdagangan berjalan cukup sepi dengan frekuensi transaksi mencapai 31.050 kali pada volume 1,765 miliar lembar saham senilai Rp 1,170 triliun. Sebanyak 105 saham naik, 70 saham turun, dan 78 saham stagnan.

Seluruh bursa di Asia masih menguat di teritori positif hingga siang hari ini. Sentimen positif ini disambut dengan baik oleh IHSG.

Berikut kondisi bursa-bursa regional hingga siang hari ini:

  • Indeks Komposit Shanghai naik tipis 4,62 poin (0,16%) ke level 2.911,51.
  • Indeks Hang Seng menguat 273,78 poin (1,23%) ke level 22.574,01.
  • Indeks Nikkei 225 melonjak 244,08 poin (2,72%) ke level 9.206,75.
  • Indeks Straits Times naik 27,42 poin (0,93%) ke level 2.963,20.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Gudang Garam (GGRM) naik Rp 950 ke Rp 42.700, Astra Internasional (ASII) naik Rp 700 ke Rp 54.700, Unilever (UNVR) naik Rp 400 ke Rp 16.000, dan HM Sampoerna (HMSP) naik Rp 250 ke Rp 26.200.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Bank Tabungan Pensiunan (BTPN) turun Rp 200 ke Rp 10.800, Bank Mandiri (BMRI) turun Rp 100 ke Rp 5.900, Astra Agro (AALI) turun Rp 100 ke Rp 22.000, dan Adaro (ADRO) turun 75 ke Rp 2.300.

BJBR sudah menyiapkan dana pelunasan obligasi jatuh tempo Desember


Date : Mar 21 2011, 11:35
Title : News Story
Header : BJBR sudah menyiapkan dana pelunasan obligasi jatuh tempo Desember


Story
=======================================================================================
JAKARTA. Meski masih beberapa bulan lagi utang obligasi tapi beberapa
perusahaan mengaku sudah menyiapkan dana pelunasan. Salah satunya adalah PT
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR). Bank milik Pemerintah
Daerah tersebut mengaku sudah mempersiapkan dana untuk pelunasan Obligasi V
(BJBR05) yang akan jatuh tempo pada 8 Desember 2011.
Pemimpin Divisi Corporate Secretary, Toto Susanto menuturkan, total utang
yang harus dibayarkan oleh perusahaan untuk obligasi bertenor 5 tahun itu
sebesar Rp 1 triliun ditambah bunga terakhir yang harus dibayar kepada nasabah.
Kupon untuk obligasi yang memiliki rating id A tersebut adalah sebesar 11,25%.
Menurut Toto, dana yang disiapkan untuk pelunasan obligasi yang jatuh
tempo itu berasal dari cadangan likuiditas dari emisi obligasi VII yang
diterbitkan Februari lalu.
"Namun hasil dari penerbitan Obligasi VII yang sebesar Rp 2 triliun tidak
seluruhnya digunakan untuk pelunasan obligasi", kata Toto. Dana yang telah
tersedia untuk melunasi utang obligasi V, saat ini ditempatkan dalam instrumen
money market yaitu placement di Bank lain dan dalam bentuk sertifikat Bank
Indonesia.
Ke depan, BJBR belum berencana menerbitkan obligasi baru. Tahun ini, bank
yang memiliki kode saham BJBR menargetkan pertumbuhan outstanding kredit
sekitar 30%, atau target outstanding pada akhir 2011 sebesar Rp 30,9 triliun,
naik dari Desember 2010 yang sebesar Rp 23,67 triliun.
[ Dyah Ayu Kusumaningtyas ]
KONTAN Mon, 21 Mar 2011 ( 11:31:02 WIB )
=======================================================================================

Laba BW Plantation Naik 45% ke Rp 243 Miliar


Jakarta - PT BW Plantation Tbk (BWPT) mencetak kenaikan laba 45,45% di akhir 2010 menjadi sebesar Rp 243,58 miliar. Akhir tahun sebelumnya, laba perseroan hanya sebesar Rp 167,46 miliar.

Naiknya laba itu disumbang oleh pendapatan usaha yang bertambah, dari Rp 584,11 miliar di 2009 menjadi Rp 712,17 miliar di akhir 2010.

Dengan adanya kenaikan laba bersih itu, laba bersih per saham dasar perseroan pun naik menjadi Rp 60,34 per lembar, dari sebelumnya di akhir 2009 sebesar Rp 50,67 per lembar.

Perseroan juga mencatat kenaikan aset sebanyak 63,58% di akhir 2010 menjadi sebesar Rp 2,65 triliun dari sebelumnya Rp 1,62 triliun.

Menurut Corporate Secretary BWPT Kelik Irwantono, naiknya aset perseroan karena adanya tambahan kas dan setara kas serta investasi jangka pendek berupa deposito berjangka satu tahun karena perolehan dana atas penerbitan Obligasi I BWPT di 2010.

"Selain itu ada kenaikan akun persediaan 113,3% terutama karena adanya persediaan pupuk dan pestisida serta barang jadi," ujarnya dalam keterbukaan informasi di situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (21/3/2011).

Ast juga bertambah karena peningkatan 65,4% tanaman belum menghasilkan karena adanya penambahan areal tanam baru sepanjang 2010 seluas 10.612 hektar.

Harga saham perseroan pun sudah naik 148% seiring dengan peningkatan kinerja 2010, dari Rp 520 per lembar di tahun 2009 menjadi Rp 1.290 di akhir 2010.

Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 9.52 waktu JATS, harga saham BWPT naik 20 poin (1,81%) ke level Rp 1.120 per lembar. Sahamnya sudah diperdagangkan 52 kali dengan volume 1.569 lot senilai Rp 878,27 juta.
(ang/dnl)

Naik 42%, Indofood Raup Laba Rp 2,95 Triliun



Jakarta - Laba bersih PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) baik 42,2% menjadi Rp 2,95 triliun di akhir tahun 2010, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,08 triliun.Laba bersih PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) baik 42,2% menjadi Rp 2,95 triliun di akhir tahun 2010, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,08 triliun.

Menurut Direktur Utama INDF Anthoni Salim, penjualan perseroan juga naik meski tipis. Penjualan perseroan naik 2,7% menjadi Rp 38,4 triliun di akhir 2010, dari tahun sebelumnya pada periode yang sama Rp 37,4 triliun.

"Kami akan terus berkembang dalam menghadapi tantangan setiap tahunnya guna mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan nilai perusahaan," katanya dalam situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (21/3/2011).

Ia mengatakan, kontribusi dari Grup Bogasari terhadap penjualan bersih konsolidasi turun dari 29% menjadi hanya 26% di tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh turunnya harga jual tepung terigu sejalan dengan turunnya harga gandum dunia.

Kontribusi dari Grup Produk Konsumen Bermerek naik menjadi 46% dari sebelumnya 43%. Kontribusi Grup Agribisnis stagnan di 20%, begitu juga dari distribusi stagnan 8%.

Perseroan juga mencatat laba kotor naik 19,4% jadi Rp 12,47 triliun dari sebelumnya Rp 10,44 triliun di akhir tahun 2009. Sementara laba usaha tumbuh 34,5% menjadi Rp 6,73 triliun di 2010 dari sebelumnya Rp 5 triliun.

Seiring pertumbuhan di 2010 itu, harga saham perseroan sudah naik 37%, dari harga di akhir tahun 2009 sebesar Rp 3.550 per lembar menjadi Rp 4.875 per lembar di akhir tahun 2010.

Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, harga saham INDF turun 50 poin (1,02%) ke level Rp 4.850 per lembar.

Bunga rendah, emiten beli lagi obligasi

Date : Mar 21 2011, 08:47
Title : News Story
Header : Bunga rendah, emiten beli lagi obligasi


Story
=======================================================================================
JAKARTA. Beberapa perusahaan penerbit obligasi melakukan aksi beli kembali
(buyback) obligasi mereka yang sudah beredar. Alasan emiten membeli kembali
obligasinya adalah menata ulang struktur utang masing-masing.
Analis Obligasi dan Manajer Investasi PT Batavia Prosperindo Aset
Manajemen Angky Hendra menilai langkah beberapa perusahaan melakukan buyback
obligasi wajar. "Saat ini waktu yang tepat bagi emiten untuk melakukan buyback
obligasi dan menerbitkan obligasi yang baru dengan tingkat bunga yang berlaku
sekarang," ujar Angky, akhir pekan lalu (18/3).
Tingkat bunga acuan kini relatif rendah. Sementara di masa depan ada
peluang kenaikan tingkat suku bunga.
Contoh perusahaan yang melakukan buyback adalah PT Mobile-8 Telecom Tbk
(FREN). Perusahaan telekomunikasi yang kini bernaung di bawah Grup Sinarmas
itu, berniat membeli kembali obligasi terbitan tahun 2007 senilai Rp 606,50
miliar.
Namun FREN tidak melunasi pembelian kembali obligasinya dengan dana tunai,
melainkan dengan saham seri B (debt to equity conversion).
Harga konversi utang ke saham ini sebesar Rp 50 per saham. "Total nilai
utang yang akan dikonversi menjadi saham setara dengan 105% dari nilai pokok
obligasi," ujar Chris Taufik, Sekretaris Perusahaan FREN.
PT Berau Capital Resources, anak perusahaan PT Berau Coal Energy Tbk
(BRAU), awal Maret lalu juga mengumumkan penawaran pembelian kembali guaranteed
senior secured notes yang diterbitkan perseroan tersebut. "Dalam pengumuman
ini, para pemegang surat utang diberikan waktu selama 30 hari untuk memberi
tanggapan," kata Chief Financial Officer BRAU John Ramos dalam keterbukaan
informasi pada BEI.
Arus kas lancar
Analis Obligasi Andalan Artha Advisindo (AAA) Sekuritas Helmi Therik
melihat tren buyback obligasi tersebut wajar di saat pasar menganggap bunga
yang berlaku masih rendah. Langkah seperti ini biasanya diambil oleh perusahaan
yang menerbitkan obligasi jangka panjang.
Para analis menuturkan, perusahaan yang menerbitkan obligasi saat bunga
masih tinggi bisa mengurangi beban bunga dengan membeli kembali obligasinya
saat ini. "Emiten mendapat untung dengan buyback saat bunga di pasar lebih
rendah daripada bunga di saat penerbitan obligasi. Hal ini akan memberi
kesempatan pada emiten untuk mengganti utang biaya tinggi dengan surat utang
berbiaya rendah," terang Angky.
Sekadar mengingatkan, BI rate sempat mencapai 12,75% di tahun 2006 silam.
Setelah itu, bunga acuan terus melandai hingga jadi 6,5% pada Agustus 2009. Dan
Februari 2011 naik menjadi 6,75%.
Helmi menuturkan, dengan membeli kembali obligasi yang memiliki kupon
bunga tinggi dan menerbitkan obligasi baru dengan kupon lebih rendah, arus kas
perusahaan akan lebih lancar. Ujung-ujungnya, penerbit obligasi bisa
memperkecil risiko kekeringan likuiditas.
Analis menilai tren buyback obligasi ini bisa terus berlanjut di 2011.
Perusahaan akan memanfaatkan momen sebelum suku bunga naik lagi.
[ Dyah Ayu Kusumaningtyas ]
KONTAN Mon, 21 Mar 2011 ( 08:42:15 WIB )
=======================================================================================

Laba bersih UNSP melejit hingga 218%



Date : Mar 21 2011, 08:46
Title : News Story
Header : Laba bersih UNSP melejit hingga 218%


Story
=======================================================================================
JAKARTA. PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) mencetak pertumbuhan
laba bersih yang jangkung selama tahun 2010. Berdasarkan laporan keuangan yang
telah diaudit, laba bersih UNPS meningkat 218% year-on-year menjadi Rp 805,63
miliar. Namun pertumbuhan penjualan bersih UNSP untuk 2010 hanya 29% per tahun
menjadi Rp 3 triliun.
Direktur Utama UNSP Ambono Janurianto pernah menyatakan, penyebab laba
bersih sepanjang 2010 melonjak adalah kenaikan harga minyak sawit mentah dan
karet, masing-masing sekitar 65% dan 35%.
Penjualan crude palm oil (CPO) dan berbagai produk turunannya menyumbang
Rp 2,42 triliun bagi seluruh pendapatan UNSP. Selain itu, UNSP membukukan
penjualan tandan buah segar (TBS) senilai Rp 268,15 miliar, oleokimia Rp 21,61
miliar dan toll fee Rp 5,39 miliar. Dari penjualan karet, UNSP mengantongi Rp
989,02 miliar.
Di periode yang sama, beban pokok penjualan UNSP hanya naik 3,59% menjadi
Rp 1,71 triliun. Ini yang menyebabkan laba kotor UNSP bisa melejit 92,16%
hingga Rp 1,29 triliun sepanjang 2010.
Pos beban usaha UNSP meningkat 118,78% menjadi Rp 442,31 miliar. Laba
usaha UNSP sepanjang 2010 senilai Rp 849,96 miliar atau naik 80,72% dari tahun
sebelumnya.
Laba bersih untuk 2010 melejit lebih tinggi karena UNSP menikmati
penghasilan lain-lain senilai Rp 139,18 miliar. Tahun lalu, UNSP menderita
beban lain-lain Rp 102,46 miliar.
Pendapatan lain-lain tersebut berasal dari laba atas penghapusan bunga
pinjaman senilai Rp 525,98 miliar. Di 2009, UNSP tidak mendapat penghasilan
dari pos ini.
UNSP juga menikmati keuntungan dari selisih nilai tukar untuk 2010 sebesar
Rp 207,56 miliar, atau naik 50,39% dari tahun sebelumnya. Ada pula penghasilan
bunga yang besarnya Rp 61,24 miliar, meningkat hingga 20 kali lipat daripada
2009.
Hasil akuisisi
UNSP masih memiliki kewajiban sebesar US$ 12 juta kepada Spinnaker Global
Emerging Markets Gund Ltd. Pinjaman dari lembaga keuangan asing itu mengalir ke
anak perusahaan UNSP, yaitu PT Eramitra Agrolestari senilai US$ 9 juta serta PT
Jambi Agrowijaya (US$ 3 juta). Tenor pinjaman 5 tahun dan jatuh tempo pada 2013
mendatang. Adapun bunga yang dikenakan 10,8%.
Dalam laporan keuangan hingga akhir 2010 tersebut, UNSP tidak memasukkan
akuisisi yang berlangsung sepanjang Maret-Desember 2010. Dalam catatan KONTAN,
UNSP mengakuisisi 11 perusahaan di bidang sawit maupun investasi. Total nilai
akuisisinya Rp 1,75 triliun.
Perusahaan yang diakuisisi UNSP di antaranya adalah Agri International
Resources Pte Ltd, PT Monrad Intan Barakat, PT Citalaras Cipta Indonesia, PT
Julang Oca Permana. UNSP juga mengambil alih enam perusahaan yang berinduk ke
PT Domba Mas Group. UNSP sebenarnya berpotensi menanggung beban operasional
lebih tinggi karena lima perusahaan yang diambil alih itu belum beroperasi.
Analis AM Capital Janson Nasrial menilai, seharusnya UNSP memasukkan
transaksi itu ke dalam neraca keuangannya. "Jika dimasukkan, laba bersih UNSP
bisa lebih rendah dari yang dicatatkan," ujar dia.
Dia juga menduga, kenaikan laba bersih UNSP hanya sekali terjadi dan tidak
bersifat berkelanjutan. Alasan Janson, penyebab pertumbuhan penjualan
semata-mata kenaikan harga di pasar dunia Itu sebabnya, Janson tidak
merekomendasikan pembelian saham UNSP. Bahkan, "Yang terlanjur pegang, lebih
baik menjual," kata dia. Ia menaksir harga UNSP bisa jatuh ke Rp 450 per saham.
Harga UNSP, Jumat (18/3), naik 2,94% menjadi Rp 350 per saham.
[ Amailia Putri Hasniawati ]
KONTAN Mon, 21 Mar 2011 ( 08:38:04 WIB )
=======================================================================================

Libia memanas, harga minyak terancam

Date : Mar 21 2011, 08:45
Title : News Story
Header : Libia memanas, harga minyak terancam


Story
=======================================================================================
JAKARTA. Konflik makin meruncing di Libia setelah pasukan Sekutu campur
tangan untuk melawan rezim Kaddaffi. Krisis ini kemungkinan akan menyulut lagi
gejolak harga minyak dunia yang sempat agak mereda pekan lalu.
Libia adalah negeri penghasil minyak ketiga terbesar di Afrika. Sebelum
kisruh politik mulai, Libia dapat menghasilkan minyak sekitar 1,58 juta barel
per hari. Namun, Sabtu lalu (19/3), Shokri Ghanem, Pimpinan National Oil Corp.
yang merupakan perusahaan minyak negara Libia, mengatakan produksi nasional
tinggal 400.000 barel per hari. Penyebabnya, perusahaan minyak asing telah
menarik pulang pekerjanya dari Libia.
Pengamat perminyakan Kurtubi mengatakan, lebih bahaya lagi jika konflik
meluas ke Arab Saudi. Jika sampai ke produsen minyak terbesar dunia itu, harga
minyak bisa bergejolak. Sejarah akan mencatat satu lagi krisis minyak dunia.
"Harga minyak Brent bisa menyentuh US$ 200 per barel. Tapi jika tidak dan
konflik Libia bisa selesai, harga Brent akan berkisar US$ 120 per barel,"
ujarnya.
Per Jumat (18/3), harga kontrak minyak Brent untuk pengiriman Mei 2011
mencapai US$ 113,93 per barel. Adapun harga minyak jenis WTI tercatat US$
101,07 per barel.
Gejolak harga minyak dunia ini sudah pasti akan mempengaruhi Indonesia.
Dampak langsungnya adalah kenaikan harga bahan bakar minyak non subsidi seperti
pertamax.
Kurtubi memprediksi, harga pertamax bisa menyentuh
Rp 9.000 per liter dalam waktu dekat. "Pelanggan pertamax akan berbondong
kembali pindah ke premium," ujarnya.
Sekarang pun hal ini sudah terjadi. Menteri Keuangan Agus Martowardojo
malah telah menghitung, penundaan pembatasan BBM bersubsidi akan menambah kuota
konsumsi BBM bersubsidi, yang tadinya 38,6 juta kiloliter jadi 41 juta-42 juta
kiloliter. "Ini akan mendongkrak subsidi Rp 3 triliun- Rp 6 triliun," ujarnya.
Tapi menurut ekonom Econit Hendri Saparini, kenaikan harga minyak membawa
berkah berupa naiknya penerimaan dari komoditas. "Pemerintah harus memberi
skenario penerimaan untuk menambal defisit tanpa menargetkan dari neraca
migas," ujarnya.
[ Dea Chadiza S., Bambang Rakhmanto, Rika Theo ]
KONTAN Mon, 21 Mar 2011 ( 08:34:34 WIB )
=======================================================================================

4 Syarat Redenominasi Rupiah Sukses


Jakarta - Setelah masuk dalam Undang-undang Mata Uang, redenominasi atau penyederhanaan rupiah bisa segera diberlakukan. Namun kesuksesan redenominasi rupiah itu setidaknya akan tergantung pada 4 hal. Apa saja?

Menurut Anggota Komisi XI DPR RI, Kemal Azis Stamboel, untuk bisa melakukan kebijakan redenominasi tersebut ada empat syarat yang mutlak dipenuhi yaitu: kondisi perekonomian yang stabil, inflasi yang rendah dan stabil, adanya jaminan stabilitas harga dan didasarkan atas kebutuhan riil masyarakat atau adanya dukungan pemahaman masyarakat.

"Volatilitas angka inflasi saat ini yang juga relatif masih tinggi perlu diwaspadai dalam menjalankan kebijakan ini," jelas Kemal dalam rilisnya yang dikutip detikFinance,Senin (21/3/2011).

Selain itu, lanjut dia, dukungan publik juga menjadi sangat penting karena Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar dengan sebaran geografis yang luas. Selain juga karena masyarakat juga masih trauma dengan kebijakan sanering pada masa lalu.

"Faktor-faktor tersebut tentunya tidak sama dengan negara-negara lain yang telah menjalankan kebijakan ini," tambahnya.

Selain pemenuhan berbagai prasyarat tersebut, menurutnya, waktu dan jangka waktu pelaksanaan proses redenominasi juga harus dikaji secara mendalam.

"Apakah tahun ini, tahun depan, atau kapan. Dengan mempertimbangkan dinamika sosial politik, apakah yang terbaik 10 tahun, 7 tahun, 5 tahun atau lebih cepat. Oleh karena itu harus dilakukan evaluasi secara mendalam dan objektif terkait dengan pemenuhan prasyarat, penentuantiming yang tepat dan masalah jangka waktunya," paparnya.

Selain itu, DPR kini juga memperhatikan agar redenominasi rupiah tidak menyebabkan pencetakan rupiah yang eksesif oleh otoritas. Ada kecenderungan lebih mudah mencetak rupiah dengan nilai nominal lebih tinggi. "Kalau sekarang, dengan nominal yang besar BI sudah tidak mungkin mencetak pecahan lebih besar," ujarnya.

Kemal menjelaskan, meski Pemerintah dan DPR menyetujui untuk memasukkan rencana redenominasi ke dalam RUU Mata Uang, dan redenominasi kedepan bisa dilakukan setelah RUU disahkan, redenominasi harus tetap dilakukan dengan kajian yang mendalam dan matang. RUU Mata Uang sendiri sudah selesai di tingkat Panja dan rencananya akan diajukan ke paripurna pada 30 Maret 2011.

"Nanti kita akan minta hasil kajiannya dari BI dan kitu uji dengan riset-riset atau pandangan pakar sebagai pembanding. Jadi tidak otomatis bisa jalan. Karena dampaknya luas, sebelum memberikan persetujuan, DPR akan melakukan uji publik atas kebijakan tersebut," ujarnya.

Menurut Kemal, saat ini masih terdapat dua kutub pandangan tentang redenominasi tersebut. Beberapa pihak menyatakan jika redenominasi dilakukan, transaksi jual beli di masyarakat akan cenderung kacau. Selain itu kebutuhan untuk melakukan redenominasi tersebut tidak terlalu mendesak. Sistem mata uang saat ini dianggap masih berfungsi dengan baik, dimana masyarakat dan dunia finansial dapat melakukan transaksi tanpa kendala yang berlebihan. Disisi lain, ada sebagian pihak yang melihat kebijakan redenominasi dapat mengubah citra dari rupiah menjadi lebih baik. Selain itu dengan redenominasi akan membuat nyaman karena digit nilai rupiah tidak terlalu banyak sehingga kalkulasinya akan lebih mudah.

"Kita akan dengarkan semua masukan dari yang setuju maupun tidak. Meski dalam padangan awal saya, kebijakan redenominasi secara prinsip dapat diterima karena akan meningkatkan martabat bangsa dalam fora internasional dan memperkuat nilai rupiah dalam jangka panjang. Kita tetap akan timbang-timbang secara objektif cost and benefit-nya," urainya.

Seperti diketahui, Pemerintah dan DPR menyetujui untuk memasukkan rencana redenominasi ke dalam RUU Mata Uang. Setelah RUU ini disahkan DPR, maka redenominasi bisa dilakukan kapan saja dengan persetujuan DPR. Dalam kajian sebelumnya, redenominasi akan menghilangkan 3 nol dalam nominal rupiah sekarang, namun tidak akan mengurangi nilainya. BI beberapa kali menegaskan, redenominasi bukanlah sanering karena nilai rupiah tidak akan berkurang setelah redenominasi.

Siapkah Masyarakat dengan Redenominasi Rupiah?


Jakarta - Redenominasi alias penyederhanaan nilai mata uang resmi masuk Undang-Undang Mata Uang yang akan segera disahkan oleh DPR-RI. Secara hukum, Bank Indonesia (BI) nantinya dapat melakukan proses redenominasi kapan saja.

Ekonom Dradjad Wibowo menegaskan, saat ini yang perlu dipertimbangkan adalah apakah masyarakat sudah siap menghadapi perubahan besar di sistem pembayaran ini.

"Apakah masyarakat sudah menyadari bahwa redenominasi itu memberikan manfaat kepraktisan dalam penghitungan dan nilai tambah atau brand image di dunia? BI harus menekankan hal tersebut," ujar Dradjad kepadadetikFinance di Jakarta, Senin (21/3/2011).

Hal lain yang patut dipertimbangkan, menurut Dradjad adalah apakah masyarakat bisa membedakan bahwa redenominasi itu bukan sanering atau pemotongan uang untuk menekan inflasi.

"Hal terakhir ini yakni sanering yang jadi Pekerjaan Rumah khusus untuk BI, dan juga pemerintah. Karena kalau redenominasi dianggap sanering, kegaduhan politiknya akan terlalu ramai, sehingga biaya sosial yang muncul karena redenominasi bisa-bisa mengalahkan manfaat ekonomi yang bakal diperoleh," papar Wakil Ketua Umum PAN ini.

Dradjad menyatakan, nilai tukar rupiah saat ini memang dianggap kurang berkelas dibandingkan misalnya dengan Ringgit Malaysia. Hal ini dikarenakan nilai tukar rupiah terlalu banyak nol-nya. Karenanya, rencana redenominasi ini dinilainya cukup baik namun banyak pertimbangan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan.

Hal lain yang mestinya dipertimbangkan adalah waktu pelaksanaan. Menurut mantan anggota DPR itu, tahun 2013 terutama semester kedua dan 2014 adalah tahun yang 'tabu' untuk redenominasi. Pasalnya, tahun tersebut terkait adanya pemilu dan pilpres dimana redenominasi bisa jadi isu politik yang tidak sehat.

"Untuk itu jika masyarakat siap, tahun 2012 bisa dilakukan. Ini lebih efisien karena disain dan proyek pencetakan uangnya bisa sekali jalan. Apalagi kalau nanti diputuskan ada tanda tangan Menkeu di mata uang jadi bisa sekaligus perubahannya. Hanya, apakah cukup waktu 1 tahun lebih sedikit untuk edukasi masyarakat?," kata Drajad.

"Jawabnya tergantung seberapa efektif edukasi yang dilakukan BI. Kalau tidak tahun 2012, paling cepat akhir 2015 baru bisa dilakukan," imbuhnya.

Hal ini dikarenakan setelah semua tatanan politik pasca Pemilu dan Pilpres sudah terbentuk, kemudian Dewan Gubernur BI pun bisa saja sudah orang-orang baru. Tapi, lanjut Drajad kembali lagi pada intinya yakni di kesiapan masyarakat.

Seperti diketahui, Pemerintah dan DPR menyetujui untuk memasukkan rencana redenominasi ke dalam RUU Mata Uang. Setelah RUU ini disahkan DPR, maka redenominasi bisa dilakukan kapan saja dengan persetujuan DPR. Dalam kajian sebelumnya, redenominasi akan menghilangkan 3 nol dalam nominal rupiah sekarang, namun tidak akan mengurangi nilainya. BI beberapa kali menegaskan, redenominasi bukanlah sanering karena nilai rupiah tidak akan berkurang setelah redenominasi.

IHSG Siap-siap Rebound Ikuti Nikkei


Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan lalu mengalami pukulan yang cukup berat akibat dampak gempa, tsunami dan krisis nuklir di Jepang. IHSG menutup pekan lalu di bawah level psikologis 3.500.

Mengawali perdagangan, IHSG sempat menguat meski sebagian besar bursa regional melemah merespons dampak gempa dan tsunami Jepang. Namun selanjutnya IHSG terus menerus tertekan menyusul anjloknya bursa Jepang secara tajam.

Pergerakan IHSG sepanjang pekan lalu adalah:

  • Senin (14/3/2011), IHSG menguat 27,611 poin (0,77%) ke level 3.569,839.
  • Selasa (15/3/2011), IHSG turun 45,356 poin (1,28%) ke level 3.524,483.
  • Rabu (16/3/2011), IHSG naik tipis 6,994 poin (0,19%) ke level 3.531,477.
  • Kamis (17/3/2011), IHSG melemah 47,267 poin (1,34%) ke level 3.484,210.
  • Jumat (18/3/2011), IHSG naik 9,860 poin (0,28%) ke level 3.494,070.

"IHSG berhasil masuk ke dalam teritori positif meskipun bila melihat tren pergerakannya selama perdagangan di akhir pekan kemarin mengalami penurunan. Penguatan bursa regional yang terpengaruh penguatan bursa AS dan Eropa membawa IHSG kembali masuk ke area positif," jelas Reza Priyambada Managing Research Indosurya Asset Management (ISAM).

Menguatnya bursa-bursa utama dunia akan kembali membawa sentimen positif pada gerak IHSG di awal pekan ini. Investor akan kembali mengakumulasi saham-saham sehingga IHSG pada perdagangan Senin (21/3/2011) akan bergerak di teritori positif.

Bursa Wall Street pada akhir pekan lalu berhasil menguat di tengah kepungan sentimen negatif. Pada perdagangan Jumat (18/3/2011). indeks Dow Jones naik 83,93 poin (0,71%) ke level 11.858,52. Indeks Standard & Poor's 500 menguat 5,49 poin (0,43%) ke level 1.279,21. Sementara Indeks Komposit Nasdaq bertambah 7,62 poin (0,29%) ke level 2.643,67.

Mengawali perdagangan awal pekan ini, bursa Jepang langsung menguat cukup tajam. Indeks Nikkei-225 dibuka melesat 244,08 poin (2,72%) ke level 9.206,75.

Berikut rekomendasi saham untuk hari ini:

Panin Sekuritas:

IHSG menutup perdagangan pekan lalu dengan rebound +0,28% ditutup pada 3.494,070. Kami melihat kenaikan indeks relatif dibatasi oleh kekhawatiran investor akan dampak dari bencana alam Jepang yang masih akan membayangi perekonomian dunia untuk beberapa waktu mendatang. Bencana tsunami dan kerusakan PLTN di Jepang menjadi topik utama pekan lalu dan diperkirakan masih akan menjadi fokus investor pekan ini disamping juga laporan kinerja emiten 2010. Kami perkirakan indeks pada awal pekan ini akan bergerak mixed dengan kecenderungan menguat terbatas. Kisaran support-resistance hari ini 3.470-3.516. Saham pilihan : ITMG, GJTL, CPIN, SGRO.

eTrading Securities:

Pada perdagangan Jumat lalu IHSG ditutup naik 9 point (+0.28%) ke level 3,494.07 menyusul positifny bursa AS semalam yang disebabkan oleh membaiknya data - data ekonomi serta optimisme dunia bahwa pemerintah Jepang dapat menanggulangi krisis nuklir yang sedang terjadi di negaranya.

Dibuka langsung di zona hijau, kenaikan IHSG hari ini tercatat sebanyak 133 saham naik, 73 saham turun dan 88 saham tidak mengalami perubahan. Kenaikan bursa hari ini banyak ditopang oleh sektor pertambangan dan energi. Asing pada hari tercatat melakukan net buy sebesar Rp106 miliar dengan saham - saham yang banyak keluar adalah BUMI, ITMG dan ADRO.

Secara teknikal kami melihat IHSG masih berpotensi hal ini terlihat dari pergerakan indicator yang masih kurang mendukung. Indikator MACD membentuk death cross , stocasthic begerak downtrend mencoba memasuki area oversold dan MA 5 membentuk deathcross dengan MA 60.

Pada perdagangan hari ini (21/3), IHSG diperkirakan akan bergerak dikisaran 3,45-3,546 dengan saham-saham yang dapat diperhatikan a.l. ENRG, SMGR, dan HEXA.

Indosurya:

Pada perdagangan Senin (21/3) diperkirakan IHSG akan berada pada support 3.459-3.476 dan resistance 3.511-3.529. Secara teknikal IHSG memang membentuk bullish harami dimana terdapat penguatan setelah terjadinya candle pelemahan. Apalagi didukung dengan penguatan volume. Akan tetapi, bila dikaitkan dengan fundamental yang terjadi IHSG masih rentan terhadap imbas pergerakan bursa regional yang mana bursa regional sendiri terpengaruh dari pergerakan bursa saham AS dan Eropa. MACD telah membentuk death cross dengan histogram negatif yang memanjang. RSI, William's %R, dan Stochastic semakin mendekati area oversold . Penguatan IHSG masih rentan dan kemungkinan masih akan berfluktuatif. Tetapi, IHSG bisa mendapat sentimen positif dari mulai banyaknya rilis laporan keuangan emiten yang mencatatkan kinerja lebih baik dari tahun sebelumnya.