Kamis, 28 Juli 2011

Pendapatan Bunga Naik, Laba Mandiri Capai Rp6,3 T

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan laba bersih naik 56,7% dari Rp2,3 triliun pada semester pertama 2010 menjadi Rp6,3 triliun semester pertama 2011.

Hal itu disampaikan Direktur Utama BMRI, Zulkifli Zaini, Kamis (28/7). "Kenaikan laba bersih itu diikuti dengan kenaikan pendapatan bunga dan operasional dari Rp9 triliun pada semester pertama 2010 menjadi Rp11,9 triliun pada semester pertama 2011 atau tumbuh 32,4%," ujar Zulkifli.

Lebih lanjut ia mengatakan, pendapatan bunga berasal dari premi AXA Mandiri sebesar Rp1,6 triliun. Fee based income pun naik dari Rp3,7 triliun pada triwulan kedua 2010 menjadi Rp6,2 triliun pada triwulan kedua 2011.

Kredit Bank Mandiri naik 26,9% dari Rp218 triliun pada triwulan kedua 2010 menjadi Rp276,8 triliun pada triwulan kedua 2011. Dana murah yang terdiri dari giro dan tabungan tumbuh 16,9% year on year dari Rp187 triliun menjadi Rp209,4 triliun.

Untuk NIM perseroan menjadi 5,2% pada triliun kedua 2011. Aset perseroan naik 18,1% dari Rp402,1 triliun pada triwulan kedua 2010 menjadi Rp474.9 pada triwulan kedua 2011.

Dana Pihak Ketiga (DPK) naik menjadi Rp362,6 triliun pada triwulan kedua 2011. ROA perseroan sebesar 3,67% dan ROE menjadi 24,9%. NPL gross sebesar 2,42% dan CAR operational dan risk jadi 16,7% pada triwulan kedua 2011 dari periode sama sebelumnya 14,58%. [hid]

Mandiri: Sektor Otomotif Belum Ada Gejala Bubble

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Manajemen Bank Mandiri menilai, saat ini belum ada gejala bubble di sektor otomotif. Pihaknya pun tidak mempermasalahkan apabila uang muka kredit dinaikkan.

"Kalau di Bank Mandiri belum lihat ada gejala bubble di kredit mobil tersebut. Kalau memang untuk meningkatkan kehati-hatian uang muka dinaikkan maka itu tidak menjadi masalah," ujar Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Zulkifli Zaini, Kamis (28/7).

Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya akan memberikan masukan ke Bank Indonesia (BI) terkait ada gejala bubble di sektor otomotif.

Sebelumnya pertumbuhan bisnis industri otomotif dan properti menjadi perhatian Bank Indonesia. Pasalnya kedua tersebut jika pertumbuhannya tidak diawasi akan berpotensi bubble. Jadi gejala bubble ini terlihat pada sektor otomotif. [hid]

Harga emas kian mendekati level tertinggi sepanjang sejarah

Harga emas kian mendekati level tertinggi sepanjang sejarah
LONDON. Harga emas dunia masih dalam tren menanjak. Pergerakannya kian mendekati harga rekor di London akibat kecemasan investor bahwa AS dan Eropa akan kesulitan dalam mengatasi beban utangnya. Kondisi itu mendongkrak permintaan emas sebagai lindung nilai kekayaan.

Seperti yang diketahui, hingga saat ini, Senat AS masih menemukan jalan buntu terkait batasan utangnya. Padahal, batas waktunya kian dekat. Selain itu, Standard & Poor's juga bilang, Yunanu akan mengalami default parsial tak lama setelah Eropa menggelontorkan bailout kedua yang disetujui pekan lalu.

"Emas masih menjadi investasi yang paling aman saat ini. Di AS, kita tidak mengetahui seberapa besar kerusakan yang akan tercipta. Jika Anda melihat ke Eropa, Anda masih akan melihat banyak sekali masalah," jelas Bernard Sin, head of currency and metal trading MKS Finance SA di Genewa.

Asal tahu saja, kontrak harga emas untuk pengantaran cepat naik 0,2% menjadi US$ 1.617,65 per troy ounce pada pukul 09.27 waktu London. Sementara, kontrak harga emas untuk pengantaran Desember naik 0,2% menjadi US$ 1.620,40 per troy ounce di Comex, New York.

Jika dihitung, sepanjang tahun ini, harga emas sudah naik sebesar 14%. Sementara, indeks MSCI All-Country World Index naik 2,4% di 2011.

Incar LDR 78%, BCA Targetkan Kredit Rp63 Triliun

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) BCA terbilan rendah, yaitu hanya 55,9% per Juni 2011.

"Kami juga mengadakan hitung-hitungan untuk mencapai LDR 78%. Jadi bayangkan kita harus menyalurkan pinjaman Rp63 triliun. Saat ini total pinjaman kita Rp159,7 triliun," kata Presdir BCA, Jahja Setiaatmadja di Jakarta, Kamis (28/7).

Menurut Jahja, dengan penyaluran kredit sebesar itu LDR 78% akan tercapai asalkan tidak ada dana pihak ketiga yang masuk. "Ini yang memang agak berat untuk meningkatkan LDR 78% dalam waktu cepat," tuturnya.

"Lain halnya kalau dananya apatis atau stuck di satu angka dan loannya meningkat terus itu akan cepat sekali meningkatkan LDR," tukasnya.

Saat ini, lanjutnya, BCa terus berusaha meningkatkan LDR-nya. "Jadi sekarang ini sangat mengharapkan dan secara gradual terus berusaha meningkatkan LDR. Kita aktif untuk mencairkan kredit tapi di sisi lain dana yang masuk tetap tinggi maka cukup berat untuk kita meningkatkan LDR," ujarnya.

Dijelaskan Jahja, LDR industri perbankan saat ini sebenarnya sudah lebih dari 78%. "Kalau kita lihat saat ini LDR di industri sudah mencapai 80%. Kalau angka LDR BCA dan (Bank) Mandiri dikeluarkan, LDR perbankan itu bisa mencapai 90%. Tapi kita akan terus meningkatkan portofolio perkreditan kita," jelasnya. [hid]

Rilis kinerja, saham SMGR terkikis hingga 4,5%

Rilis kinerja, saham SMGR terkikis hingga 4,5%
JAKARTA. Sahamm PT Semen Gresik (SMGR) anjlok dalam sore ini. Pada pukul 15.34, saham SMGR tercatat turun 4,5% menjadi Rp 9.550.

Penurunan saham produsen semen ini terjadi seiring dirilisnya kinerja SMGR. Berdasarkan data di Keterbukaan Informasi BEI, laba bersih SMGR pada semester I 2011 naik 14,7% menjadi Rp 1,87 triliun. Sekadar informasi, laba bersih SMGR pada periode yang sama tahun lalu hanya sebesar Rp 1,63 triliun.

Sementara itu, tingkat penjualan SMGR naik menjadi Rp 7,61 triliun dari posisi tahun lalu sebesar Rp 6,66 triliun.

Volume Kredit Naik, Laba BNLI Naik Jadi Rp659,5 M

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Bank Permata Tbk (BNLI) mengalami peningkatan laba bersih hingga 33,3% menjadi Rp695,3 miliar pada semester I dari Rp 521,3 miliar di 2010 semester I.

Demikian dikutip dari keterbukaan informasi yang diterbitkan BEI, Kamis (28/7). Pendapatan bunga pada periode tersebut mencapai Rp3,5 triliun atau naik Rp775,04 miliar atau setara dengan 27,9% dari Rp2,7 triliun.

Peningkatan kredit ini diperoleh dari kredit perseroan yang mencapai Rp59,8 triliun dari Rp43,9 triliun atau naik 36,3%. Hal ini setelah perseroan mengakuisisi GE FInance Indonesia pada Desember 2010 lalu.

Untuk pendapatan operasional mengalami kenaikan menjadi Rp522,1 miliar dari Rp503,3 miliar atau naik 3,7% atau senilai Rp18,7 miliar. Untuk laba operasional bersih meningkat Rp100,8 miliar atau 15,4% menjadi Rp752,8 miliar dari Rp651,9 miliar.

Meski pendapatan turun, laba bersih ELSA naik 59% di semester I

Meski pendapatan turun, laba bersih ELSA naik 59%  di semester I
JAKARTA. Meskipun pendapatan usaha PT Elnusa Tbk (ELSA) pada semester pertama tahun ini turun 5,1% menjadi Rp 2,15 triliun, namun laba bersih perseroan masih naik. Hingga akhir Juni 2011, laba bersih ELSA tercatat Rp 43,08 miliar atau naik 59% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Bisnis inti ELSA, yakni jasa hulu migas terintegrasi berkontribusi 39% terhadap pendapatan usaha ELSA atau sebesar Rp 845,86 miliar. Selebihnya bersumber dari kelompok jasa hilir migas sebesar Rp 1,15 triliun (53%) dan kelompok jasa penunjang hulu migas Rp 184,99 miliar (8%).

Vice President Corporate Secretary ELSA Heru Samodra mengungkapkan, perseroan tengah memantapkan strategi untuk fokus di jasa hulu migas dan memperoleh kontrak-kontrak jangka panjang. "Sepanjang semester I 2011, ELSA kembali mendapatkan kontrak dari klien-klien terkemuka seperti Pertamina, Chevron, dan Total E&P Indonesie," ujar Heru dalam keterbukaan informasi BEI, Kamis (28/7).

Memasuki semester kedua tahun ini, ELSA telah mengantongi kontrak jasa hulu migas sebanyak US$ 303 juta. Sekitar 75% dari kontrak tersebut akan dikerjakan pada 2011. ELSA juga tengah mengincar beberapa prospek kontrak jasa hulu migas, khususnya dari bisnis seismik.

"Total prospek kontrak ini sebesar US$ 64 juta dan berasal dari beberapa klien utama,” imbuh Heru.

Eropa Kembali Cemas, Rupiah Tiarap

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (28/7) ditutup melemah 10 poin (0,11%) ke level 8.492/8.502 per dolar AS dari posisi kemarin 8.482/8.492.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh kembali munculnya kecemasan terhadap kemampuan Eropa mengatasi krisis utang. Kondisi ini memberikan peluang bagi investor untuk melakukan aksi profit taking baik pada bursa saham maupun rupiah.

Pasalnya, lanjut Firman, Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schuble menyatakan, The European Financial Stability Facility (EFSF) tidak akan diberikan kekuasaan penuh untuk membeli obligasi pemerintah di pasar sekunder. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 8.509 dan 8.490 sebagai level terkuatnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (28/7).

Artinya, lanjut Firman, jika EFSF ingin membeli obligasi pemerintah di pasar sekunder, harus mendapat persetujuan dari European Central Bank (ECB).
"Yang kemungkinan dapat dana EFSF adalah Yunani, Irlandia, dan Portugal," paparnya. Sebab, menurut Firman, ketiga negara itu sudah mendapatkan bailout.

Hanya saja, imbuh Firman, ada dua negara lain yang dikhawatirkan pasar yakni Italia dan Spanyol. Pasar khawatir, jika dana EFSF tidak bisa digunakan untuk membeli obligasi Italia dan Spanyol sehingga kedua negara ini juga bakal terjebak pada krisis seperti Yunani. "Karena itu, secara perekonomian kedua negara ini lemah," ujarnya.

Tapi, menurutnya, dolar AS tetap melemah terhadap mayoritas mata uang utama. Sebab, pasar masih mencemaskan kesepakatan batas atas utang AS yang akan kembali di-voting malam ini.

Sejauh ini, Pimpinan Kongres dari Partai Republik optimistis proposal yang akan diajukannya bakal disetujui Kongres dan Senat AS. Tapi, Presiden Obama justru mengancam veto kenaikan batas atas utang AS jika proposal tersebut diloloskan.

Karena itu, proposal tersebut juga bakal buntu. "Akibatnya, meski Eropa kembali jadi fokus pasar, dolar AS masih melemah karena belum ada benang merah yang memuaskan Senat, Kongres AS dan pemerintah Obama," ungkap Firman.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama. Indeks dolar AS turun ke 74,028 dari sebelumnya 74,087. Tapi, terhadap euro(mata uang gabungan negara-negara Eropa), dolar AS menguat ke level US$1,4358 dari sebelumnya US$1,4374 per euro," imbuh Firman.

Semester I, laba bersih HMSP naik 31% menjadi Rp 3,792 triliun

Semester I, laba bersih HMSP naik 31% menjadi Rp 3,792 triliun
JAKARTA. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencetak laba bersih Rp 3,792 triliun di semester pertama tahun ini. Jumlah tersebut naik sekitar 31% dibanding periode yang sama tahun lalu senilai Rp 2,899 triliun.

Laporan keuangan HMSP (28/7) menunjukkan, pertumbuhan laba seiring naiknya penjualan bersih perseroan sebesar 19,7% menjadi Rp 24,684 triliun di akhir Juni 2011. Sedangkan, penjualan pada periode serupa tahun lalu sejumlah Rp 20,621 triliun.

Meski beban pokok penjualan bertambah 20%, namun laba kotor perseroan masih bertumbuh sebesar 18,8% di semester pertama tahun ini menjadi Rp 5,948 triliun. Laba usaha juga tercatat naik 26% menjadi Rp 3,985 triliun.

Meningkatnya kinerja keuangan HMSP juga didukung adanya tambahan penghasilan dari laba penjualan merek dagang sebesar Rp 297,234 miliar. Sedangkan, di semester satu tahun lalu, tidak ada pemasukan dari pos ini. Selain itu, laba penjualan aset tetap juga naik 58% menjadi Rp 14,875 miliar.

Seiring bertumbuhnya laba bersih, maka laba bersih per saham dasar juga naik menjadi Rp 865 per saham di semester pertama 2011, dari periode yang sama tahun lalu Rp 661 per saham.

Mantap, Laba Bersih ASII Naik 33% Jadi Rp8,59 T

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Pada semester I tahun 2011 PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba bersih Rp8,59 triliun dari semester I 2010 Rp6,4 triliun atau naik 33%.

Demikian dikutip dari keterangan resmi perseroan yang diterbitkan Kamis (28/7). Sepanjang 6 bulan pertama tahun 2011 ini, pendapatan bersih Perseroan mencapai Rp76,26 triliun, naik 24% dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebesar Rp61,51 triliun.

Sepanjang semester I tahun 2011, kinerja Grup Astra menunjukkan performa yang baik pada semua lini bisnisnya. Meskipun terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami Jepang telah mengakibatkan adanya gangguan supply pada bisnis otomotif.

"Namun demikian Grup Astra yakin bahwa situasi di Jepang tidak akan berdampak pada pencapaian akhir tahun 2011. Prospek permintaan terhadap produk dan jasa Astra di Indonesia diharapkan tetap tinggi,” ungkap Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto.

Kontribusi laba bersih Divisi Otomotif tumbuh sebesar 18% menjadi Rp3,9 triliun. Share of results dari perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities di bidang otomotif mencapai Rp2,4 triliun atau naik 17%.

Total penjualan mobil nasional sepanjang semester I tahun 2011, meningkat 13% menjadi 418.000 unit. Penjualan mobil Grup Astra mengalami kenaikan 10% menjadi 230.000 unit, mewakili pangsa pasar sebesar 55%.

Sementara itu, penjualan sepeda motor nasional sepanjang semester I tahun 2011 naik 13% menjadi 4,1 juta unit. Penjualan sepeda motor PT Astra Honda Motor (AHM) mengalami pertumbuhan 26% menjadi 2,1 juta unit dan berhasil meningkatkan pangsa pasar dari 46% menjadi 51%. Sepanjang kuartal II tahun 2011, AHM meluncurkan Honda CBR 150 dan Honda Spacy.

PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), yang 95,7% sahamnya dimiliki oleh Astra, mengalami sedikit penurunan laba bersih sebesar 16% menjadi Rp 480 miliar karena adanya peningkatan biaya.

Penjualan otomotif nasional naik, ASII kantongi laba bersih Rp 8,59 triliun

Penjualan otomotif nasional naik, ASII kantongi laba bersih Rp 8,59 triliun
JAKARTA. Kendati kondisi gempa bumi dan tsunami Jepang sempat mengganggu suplai bisnis otomotif, namun kinerja PT Astra International Tbk (ASII) pada semester pertama 2011 masih kinclong. Laporan keuangan ASII per 30 Juni 2011 menunjukkan, pendapatan bersih perseroan meningkat 24% dibandingkan semester pertama 2010 menjadi Rp 76,26 triliun.

Sejalan dengan kenaikan penjualan bersih, laba bersih ASII di semester pertama tahun ini naik 33% dibanding periode serupa tahun lalu menjadi Rp 8,59 triliun. Kontribusi laba bersih paling besar masih ditempati divisi otomotif yang mencapai Rp 3,9 triliun. Pencapaian ini ditunjang kenaikan penjualan mobil nasional sepanjang semester I 2011 sebesar 13% menjadi 418.000 unit. Sementara itu, penjualan sepeda motor nasional sepanjang semester I tahun 2011 naik 13% menjadi 4,1 juta unit.

"Penjualan mobil Grup Astra naik 10% menjadi 230.000 unit atau mewakili 55% pangsa pasar. Sedangkan penjualan sepeda motor PT Astra Honda Motor tumbuh 26% menjadi 2,1 juta unit. Pangsa pasar AHM juga naik dari 46% menjadi 51%," jelas Presiden Direktur ASII Prijono Sugiarto dalam keterangan pers, Kamis (28/7).

Berbeda dari anggota divisi otomotif lainnya, anak usaha ASII, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) justru turun laba bersihnya sebanyak 16% menjadi Rp 480. Peningkatan biaya menjadi penyebab penurunan tersebut.

Divisi Jasa Keuangan ASII mengalami peningkatan laba bersih lebih tinggi dibandingkan otomotif. Dibandingkan semester pertama 2010, divisi jasa keuangan meningkat 37% menjadi Rp 1,7 triliun. Kenaikan cukup besar juga dialami divisi alat berat dan pertambangan sebanyak 34% menjadi Rp 1,5 triliun dibandingkan semeser pertama 2010.

Pertumbuhan laba bersih paling tinggi dialami divisi agribisnis melalui anak usaha, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Divisi ini mengalami peningkatan laba bersih sebesar 100% menjadi Rp 1,3 triliun. Hal ini ditunjang kenaikan harga rata-rata CPO pada semester pertama 2011 sebesar 22% dan peningkatan produksi kelapa sawit sebesar 26% menjadi 594.000 dibandingkan semester I 2010.

Agak mendekati persentase kenaikan divisi agribisnis, divisi infrastruktur dan logistik mengalami peningkatan laba bersih sebesar 96% menjadi Rp 351 miliar. Peningkatan volume perdagangan dan pemulihan atas penyisihan beban pajak penghasilan tahun sebelumnya menjadi pendorong kenaikan tersebut.

Terakhir, laba bersih divisi teknologi informasi meningkat 20% menjadi Rp 41 miliar dibandingkan semester pertama tahun lalu.

Bursa Asia Kembali Bukukan Koreksi

Headline
INILAH.COM, Tokyo – Bursa saham Asia jatuh untuk hari ketiga pekan ini, karena anggota parlemen AS gagal memecahkan kebuntuan untuk menaikkan plafon kredit AS. Selain karena data pesanan barang tahan lama AS yang tiba-tiba anjlok.

Indeks MSCI Asia Pacific pada Kamis (28/7) turun 0,8% menjadi 137,81 pada pukul 5:56 di Tokyo. Hampir empat saham turun untuk setiap yang naik. Indikator menghadapi penurunan pekan ini, atas proyeksi pendapatan yang lebih tinggi di perusahaan-perusahaan dari Canon Inc hingga Baidu Inc. Hal ini dibayangi kekhawatiran AS mengalami default utang, jika anggota parlemen tidak mencapai kesepakatan peningkatan plafon kredit hingga 2 Agustus.

"Ada peningkatan kegugupan di pasar ekuitas karena jatuh tempo plafon kredit semakin dekat," kata Tim Schroeders pada Pengana Capital Ltd, Melbourne. "Sebuah penurunan rating utang AS dapat mengurangi likuiditas moneter, dan beberapa laba bank mungkin akan turun. Pendapatan yang dipimpin sektor eksportir semakin beresiko di tengah situasi yang labil. "

Indeks Nikkei 225 Stock Average turun 1,5%, meluncur di bawah level 10.000 yen untuk pertama kalinya dalam sepekan dan penurunan terbesar lebih dari sebulan. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,9% dan indeks S & P / ASX 200 Australia tergelincir 1,6%. Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,1%, membalikkan koreksi sebelumnya sebesar 1,4%, sementara indeks Hang Seng tergelincir 0,1%. Indeks komposit Shanghai turun 0,5%.

Kontrak pada indeks Standard & Poor 500 naik 0,4% hari ini. Indeks tenggelam 2% kemarin di New York karena anggota parlemen menunjukkan mereka akan mencapai kompromi dalam waktu dekat, sementara data menunjukkan data pesanan barang tahan lama AS pada Juni anjlok dalam tiga tahun terakhir ke 2,1%, setelah naik 1,9% pada Mei.

Penurunan S & P 500 terbesar sejak 1 Juni muncul setelah Ketua DPR John Boehner merevisi rencana pemangkasan defisit, yang memperoleh dukungan di kalangan Partai Republik. Sementara Pemimpin Mayoritas Senat Harry Reid mengatakan proposal saingannya untuk mencegah potensi gagal utang AS adalah kompromi yang benar.

Toyota Motor Corp, produsen mobil utama Jepang, yang memfaktorkan Amerika Utara sebagai pasar terbesar untuk penjualan, turun 2,2% di Tokyo. Honda, produsen otomotif yang menerima 83% pendapatan dari luar negeri, turun 1,9% di Tokyo. Samsung Electronics Co, produsen elektronik konsumen dan industri Korea Selatan yang mendapat 85% pendapatan dari luar negeri, kehilangan 1% di Seoul. Perusahaan-perusahaan itu menjadi pembeban terbesar pada indeks MSCI Asia Pasifik.

Indikator saham konsumen discretionary, termasuk eksportir seperti Toyota dan Honda Motor Co dalam indikator Asia-Pasifik turun 1% hari ini.

Mitsubishi UFJ Financial Group Inc (8306), bank publik terbesar Jepang, turun 1,5%. Westpac Banking Corp, bank terbesar kedua Australia dari nilai pasar, merosot 1,8%. Australia & New Zealand Banking Group Ltd, bank terbesar ketiga Australia, turun 1,4%.

Sektor perbankan menjadi kelompok pembeban terbesar pada indeks MSCI Asia Pacific diantara 10 kelompok industri. Perbankan China jatuh setelah bank komersial dilarang memperbarui pinjaman untuk kendaraan pembiayaan lokal. China Construction Bank turun 0,9% di Hong Kong. Industrial & Commercial Bank of China Ltd merosot 0,5%. Bank of China Ltd turun 0,7% di Shanghai.

Sektor bahan baku dan produsen energi turun terdalam di antara 10 kelompok industri pada indeks MSCI Asia Pasifik, setelah minyak mentah turun 0,6% menjadi US$ 96,80 per barel, untuk hari kedua di New York. Sementara di London Metal Exchange, indeks harga enam logam termasuk tembaga dan aluminium turun 0,2% kemarin.

BHP Billiton Ltd, perusahan tambang terbesar dunia dari nilai pasar, turun 2,3% di Sydney setelah harga minyak dan logam turun. Woodside Petroleum Ltd, produsen migas terbesar kedua Australia, merosot 1,6%. Inpex Corp, perusahaan eksplorasi energi Jepang, turun 2%.

Dari 143 perusahaan dalam indikator Asia-Pasifik yang telah melaporkan laba bersih sejak 11 Juli, sebanyak 67 telah melampaui perkiraan analis sementara 57 di bawah estimasi. Secara keseluruhan, pendapatan telah turun 17%. [mdr]

Paruh pertama 2011, laba bersih SMSM naik 35,57%

JAKARTA. PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) mencatat kenaikan laba bersih 35,57% di semester I 2011. Laporan keuangan perseroan yang dirilis hari ini menyebut, selama paruh pertama emiten onderdil ini berhasil mengumpulkan untung bersih sebesar Rp 108,03 miliar, setelah pada periode yang sama tahun lalu hanya Rp 79,69 miliar.

Dengan capaian tadi, per Juni 2011, emiten ini memberikan kenaikan laba bersih per saham dasar dari Rp 51 menjadi Rp 69. "Tahun ini target penjualan bersih Rp 1,887 triliun dan laba bersih Rp 186 miliar," kata Sekretaris Perusahaan SMSM Ang Andri Pribadi.

Pertumbuhan laba ini terjadi di tengah kenaikan pendapatan bersih dari Rp 769,26 miliar menjadi Rp 875,24 miliar, atau hanya 13,77%. Namun perseroan berhasil menggenjot laba usaha naik 33,19% mencapai Rp 147,69 miliar. Di sisi lain, akun beban lain-lain bersih juga turun 33,17% menjadi Rp 10,06 miliar.

Tapi di periode ini perseroan musti menanggung beban pajak penghasilan yang lebih besar ketimbang semester I 2010. Jumlahnya naik dari Rp 17,80 miliar menjadi Rp 29,60 miliar.

EPMT kantongi penjualan bersih Rp 4,7 triliun di semester I

JAKARTA. Penjualan bersih PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT) pada semester pertama 2011 tumbuh 6,2% menjadi Rp 4,7 triliun dibandingkan semester pertama 2010. Divisi Barang Konsumsi merupakan divisi yang berkontribusi terbesar, yakni sekitar 38,9% terhadap penjualan bersih EPMT di semester pertama 2011.

Kontribusi penjualan kedua ditempati oleh divisi resep obat yang mencapai 32,3% atau Rp 1,5 triliun. Kedua divisi tersebut masing-masing tumbuh 9% dan 9,4% dibandingkan semester pertama 2010.

Posisi berikutnya adalah divisi obat bebas yang berkontrbusi 17,5% terhadap penjualan bersih EMPT atau tumbuh 8,3% dibandingkan semester pertama 2010 menjadi Rp 840,5 miliar.

Sementara itu, divisi bahan baku mengalami penurunan 13% dibandingkan penjualan bersih semester pertama tahun lalu menjadi Rp 309,1 miliar. Pencapaian ini berkontribusi 6,6% terhadap penjualan bersih perseroan. Penurunan juga dialami divisi peralatan kesehatan sebesar 13,1% dibandingkan semester pertama 2010. Angka penjualan divisi tersebut pada semester pertama 2011 mencapai Rp 181,8 miliar.

Di sisi lain, divisi obat ternak dan hewan serta jasa pelayanan kesehatan masih mengalami peningkatan. Kendati kontribusi kedua divisi tersebut tak sebesar divisi lainnya, namun pertumbuhannya tergolong tinggi. Penjualan bersih divisi obat hewan dan ternak per 30 Juni 2011 tercatat meningkat 24,8% menjadi Rp 16,4 miliar. Adapun divisi jasa pelayanan kesehatan tumbuh 12,4% menjadi Rp 670,9 juta.

Laba bersih EPMT tumbuh sejalan kenaikan penjualan bersih perseroan di semester pertama 2011. Laporan keuangan EPMT pada tengah tahun pertama 2011 memperlihatkan peningkatan laba bersih sebesar 12,8% menjadi Rp 111,8 miliar dibandingkan periode serupa tahun lalu.

Anak usaha ASGR bentuk usaha patungan senilai US$ 2 juta

JAKARTA. Anak usaha PT Astra Graphia Tbk (ASGR), yaitu PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan perusahaan jasa telekomunikasi Monitise Asia Pacific Limited.

Nilai investasi awal yang ditanamkan untuk usaha patungan yang bergerak di layanan mobile banking ini mencapai US$ 2 juta. Jumlah tersebut bisa ditingkatkan sesuai kebutuhan dengan komposisi kepemilikan saham AGIT 51% dan Monitise Asia Pacific 49%. Nilai investasi tersebut tidak melebihi 20% dari ekuitas ASGR.

Perusahaan patungan yang diberi nama PT AGIT Monitise Indonesia ini menggunakan platform teknologi dari Monitise yang telah dibangun sejak 2006. Teknologi serupa telah dipakai untuk menyediakan layanan mobile money di Inggris, Amerika Serikat, India, dan Hongkong.

Presiden Direktur ASGR Lukito Dewandaya mengungkapkan, berdirinya PT AGIT Monitise Indonesia sesuai strategi ASGR untuk mengembangkan bisnis di sektor Dokumen, Informasi, dan Teknologi Komunikasi (DCIT).

"Mobile solution merupakan salah satu bisnis masa depan yang pasarnya sangat menjanjikan dan sudah diincar ASGR," ujar Lukito usai pendandatangan Joint Venture Agreement antara AGIS dan Monitise Asia Pacific, Kamis (28/7).

ASII, BBCA, dan BMRI jadi 3 bluechips yang bikin indeks terjungkal di sesi II

ASII, BBCA, dan BMRI jadi 3 bluechips yang bikin indeks terjungkal di sesi II
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyerah di posisi 4.145,83 setelah kehilangan 28,28 poin. Salah satu penyebab anjloknya indeks adalah aksi jual saham unggulan yang berkapitalisasi besar hari ini. Tiga diantaranya adalah:

- PT Astra International (ASII)

Saham ASII jatuh 4,33% menjadi Rp 71.750 di sesi II. Sejumlah broker yang melepas kepemilikannya atas saham ini adalah JPMorgan Securities senilai Rp 84,58 miliar, Deutsche Securities senilai Rp 66,97 miliar, dan UBS Securities senilai Rp 63,68 miliar.

- PT Bank Central Asia (BBCA)

Saham BBCA jatuh 1,80% menjadi Rp 8.200 di sesi II. Sejumlah broker yang melepas kepemilikannya atas saham ini adalah Merrill Lynch senilai Rp 15,44 miliar, JPMorgan Securities senilai Rp 13,26 miliar, dan Kim Eng Securities senilai Rp 8,41 miliar.

- PT Bank Mandiri (BMRI)

Saham BMRI jatuh 1,86% menjadi Rp 7.900 di sesi II. Sejumlah broker yang melepas kepemilikannya atas saham ini adalah Credit Suisse Securities senilai Rp 72,81 miliar, Deutsche Securities senilai Rp 40,88 miliar, dan Mandiri Sekuritas senilai Rp 21,94 miliar.

Semester I, KBLI kantongi penjualan bersih Rp 747,825 miliar

JAKARTA. Penjualan bersih PT KMI Wire & Cable Tbk (KBLI) pada semester pertama 2011 meningkat 45,52% menjadi Rp 747,825 miliar, dibandingkan periode serupa tahun lalu.

Lonjakan yang lebih tinggi terlihat pada pos keuntungan atas penjualan aset tetap. Jika per Juni 2010 KBLI mencatatkan nilai Rp 85 juta, maka per Juni 2011 angkanya melonjak 131,52% menjadi Rp 196,8 juta.

Selain itu, perseroan juga mengantongi penghasilan bunga lebih besar dibandingkan semester pertama 2010. Setengah tahun lalu penghasilan bunga yang didapatkan KBLI sebesar Rp 398,132 juta. Sementara pada periode yang sama tahun ini jumlahnya mencapai Rp 2,03 miliar atau naik sekitar 400%.

Kenaikan tersebut ikut mendongkrak laba bersih KBLI sebesar 14,48% menjadi Rp 33,906 miliar pada semester pertama 2011.

Laba Bersih Yanaprima Capai Rp9,7 Miliar

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Yanaprima Hastapersada Tbk (YPAS) pada semester 1 2011 membukukan penjualan bersih Rp193,02 miliar. Untuk laba besih perseroan meraih Rp9,7 miliar.

Demikian dikutip dari keterbukaan informasi yang diterbitkan BEI, Kamis (28/7). Untuk laba kotor naik menjadi Rp25,3 miliar dari Rp12,6 miliar pada tahun 2010 semester I. Sedangkan laba usaha mencapai Rp16,4 miliar atau naik dari Rp8,2 miliar di semester I 2010.

Untuk laba bersih per sama sebesar Rp15 per lembar dari Rp8 per lembar. Dengan jumlah aset mencapai Rp215,1 miliar dari Rp200,8 miliar.

BCA Tidak Revisi Target Kredit

Headline
INILAH.COM, Jakarta - BCA tidak merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini, yaitu tetap dalam kisaran 20%-24%.

Demikian dikatakan Preiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja di Jakarta, Kamis (28/7). "Kalau nanti realisasi melebihi target kan ngga dilarang," tukasnya.

Ditambahkan Jahja, BCA optimis target tersebut akan tercapai pada akhir tahun ini. "Jika perekonomian baik, suku bunga tetap seperti sekarang, permintaan kredit meningkat terutama dari KPR dan KKB, mudah-mudahan itu berdampak pada pertumbuhan kredit BCA," tuturnya.

Portofolio kredit BCA tumbuh 21,4% year on year (yoy) menjadi Rp159,7 triliun pada Juni 2011 didukung oleh peningkatan signifikan kredit komersil, usaha kecil dan menegah (UKM) maupun kredit konsumer. Dengan demikian, rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) meningkat menjadi 55,9% pada Juni 2011 dari 51,4% pada Juni 2010. [hid]

Kredit UKM & Komersial meningkat 30,2% yoy menjadi Rp65,7 triliun. Sedangkan kredit konsumer naik 27% yoy menjadi Rp39,9 triliun pada Juni 2011. Sementara itu, kredit korporasi tercatat Rp54,2 triliun meningkat 9% yoy.

Ekspansi kredit konsumer BCA didukung oleh tingginya permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB). KPR meningkat 36,6% yoy menjadi Rp21 triliun, sedangkan KKB Rp14,5 triliun meningkat 23,6%.

Rendahnya tingkat suku bunga serta berkembangnya masyarakat kelas menengah di Indonesia baik dari segi jumlah dan pendapatan telah menciptakan permintaan kredit yang lebih tinggi dari nasabah individu.

Inilah 10 Top Foreign Sell Saham Kamis (28/7)

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Penjualan investor asing Kamis (28/7) menekan IHSG yang ditutup turun 0,67% ke level 4.145,83.

Investor asing tercatat melakukan penjualan terhadap 941,78 juta saham atau senilai Rp1,79 triliun.

Dari data yang dihimpun INILAH.COM, 10 saham terbesar yang dijual asing pada perdagangan hari ini adalah BORN, menduduki posisi teratas sebanyak 23,13 juta saham. Urutan kedua terbesar saham yang dijual asing adalah ASRI sebanyak 17,14 juta saham.

Urutan ketiga terhadap saham BHIT yang dijual asing sebanyak 12,61 juta saham, diikuti BRMS sebanyak 12,04 juta saham, BLTA 9,94 juta saham, LPKR 9,16 juta saham, INTP 8,92 juta saham, SSIA 6,02 juta saham, BBRI 5,21 juta saham dan ANTM 5,1 juta saham.

Terkoreksi 28 Poin, IHSG Bertahan di Level 4.100

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 28,285 poin akibat tekanan jual di saham-saham unggulan. Saham-saham konsumer dan komoditas menjadi penopang jatuhnya bursa sehingga bertahan di level 4.100.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di posisi Rp 8.500 per dolar AS dibandingkan penutupan perdagangan kemarin di Rp 8.490 per dolar AS.

28,341 poin (0,68%) ke level 4.145,771. Sentimen negatif datang dari krisis utang AS yang belum juga mendapatkan kesepakatan meski tenggat waktu sudah dekat.

Indeks langsung terkena koreksi sehat akibat posisinya yang sudah sangat tinggi dan masuk area jenuh beli (overbought). Posisi terendahnya hari ini di level 4.122,001.

Pada perdagangan sesi I, IHSG terkoreksi 35,596 poin (0,86%) ke level 4.138,516 akibat koreksi yang terjadi di saham-saham blue chip. Posisi IHSG sudah sangat jenuh beli.

Sepanjang perdagangan, indeks sama sekali tak menyentuh zona hijau. Tekanan jual terus melanda saham-saham unggulan dan lapis dua.

Mengakhiri perdagangan, Kamis (28/7/2011), IHSG ditutup terkoreksi 28,285 poin (0,68%) ke level 4.145,827. Sementara Indeks LQ 45 turun 7,935 poin (1,08%) ke level 733,0,57.

Empat sektor berusaha menahan laju jatuhnya IHSG, yaitu sektor agro, tambang, konsumer dan properti. Namun usahanya sia-sia karena sisa sektor lainnnya terkena koreksi cukup dalam.

Transaksi investor asing tidak terlalu bergairah, tercatat para pemodal asing melakukan pembelian bersih (foreign net buy) sangat tipis senilai Rp 9,065 miliar di seluruh pasar.

Perdagangan hari ini berjalan cukup ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 145.065 kali pada volume 6,391 miliar lembar saham senilai Rp 5,707 triliun. Sebanyak 117 saham naik, 138 saham turun, dan 92 saham stagnan.

Bursa-bursa di Asia bergerak mixed sore hari ini atas krisis utang Eropa dan Amerika Serikat yang tak kunjung usai. Bursa saham Jepang menderita koreksi paling banyak.

Berikut situasi dan kondisi bursa-bursa di Asia sore hari ini:
  • Indeks Komposit Shanghai melemah 14,71 poin (0,54%) ke level 2.708,78.
  • Indeks Hang Seng naik tipis 29,05 poin (0,13%) ke level 22.570,74.
  • Indeks Nikkei 225 ambruk 145,84 poin (1,45%) ke level 9.901,35.
  • Indeks Straits Times menguat tipis 2,53 poin (0,08%) ke level 3.196,07.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Mayora (MYOR) naik Rp 1.200 ke Rp 17.300, Multibreeder (MBAI) naik Rp 1.000 ke Rp 30.000, Century Textile (CNTX) naik Rp 825 ke Rp 4.175, dan Unilever (UNVR) naik Rp 500 ke Rp 15.750.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Astra Internasional (ASII) turun Rp 3.250 ke Rp 71.750, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 900 ke Rp 51.500, United Tractor (UNTR) turun Rp 550 ke Rp 27.150, dan Tembaga Mulia (TBMS) turun Rp 500 ke Rp 8.200.
(ang/dnl)

Dorab Mistry: CPO bisa jatuh ke level RM 2.800 pada September 2011

Dorab Mistry: CPO bisa jatuh ke level RM 2.800 pada September 2011
KUALA LUMPUR. Godrej International Ltd memprediksi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) mungkin tumbang ke level RM 2.800 atau setara US$ 952 per metrik ton pada September mendatang. Penurunan harga minyak sawit seiring melonjaknya produksi dari Malaysia dan Indonesia.

Direktur Godrej International Ltd. Dorab Mistry menyebut, produksi Malaysia kemungkinan meningkat 2 juta ton menjadi 19 juta ton di tahun ini. Sementara, produksi Indonesia diperkirakan bertambah 3 juta ton menjadi 25,5 juta ton.

Lanjut Mistry, puncak permintaan musim panas akan berakhir pada September. Sementara, produksi biodiesel Indonesia akan melambat secara signifikan, dan produksi CPO akan meningkat tajam. "Stok Malaysia akan mencapai rekor di Desember," katanya.

"Produksi tahun ini semakin berpeluang naik, dan stok akan meningkat karena permintaan melambat mulai September," kata Sandeep Bajoria, kepala eksekutif broker Sunvin Group, di Mumbai.

Sementara, produsen CPO terbesar di dunia Sime Darby Bhd mengekspektasi, minyak sawit akan berada di sekitar RM 3.000 hingga akhir tahun ini, karena bagusnya permintaan.

Namun, Mistry memperkirakan, harganya bakal kembali reli pada tahun depan, setelah siklus produksi yang tinggi berakhir Desember. "Minyak sawit bisa rebound ke posisi RM 4.000 per metrik ton pada April 2012," prediksinya. Minyak sawit terakhir diperdagangkan di level RM 4.000, pada Maret 2008.

Hari ini, CPO untuk pengiriman Oktober di Malaysia Derivatives Exchange anjlok 1,4% ke RM 3.085 atau setara US$ 1.043 per metrik ton, dan menutup sesi perdagangan pagi di RM 3.092. Koreksi terjadi seiring spekulasi bakal melonjaknya produksi dari Malaysia dan Indonesia.

Minyak sawit sudah terkoreksi 22% sejak mencapai rekor tertinggi 35 bulan pada Februari lalu, karena adanya kekhawatiran produksi bakal melonjak. Namun, harganya tetap 24% lebih tinggi dari tahun lalu.

Ketidakpastian Utang AS masih Tekan Bursa Eropa

Headline
INILAH.COM, London - Bursa saham Eropa pada perdagangan Kamis (28/7) diprediksi masih akan melemah. Investor tetap khawatir dengan ketidakpastian pembatasan utang AS.

Pasar akan digerakan beberapa saham seperti saham Renault yang melaporkan keuntungan lebih tinggi pada semester I tahun ini. Hal ini didukugn volume penjualan dan pendapatan yang mengalami peningkatan. Sedangkan Siemens mengalami penurunan keuntungan hingga 47%, yang dikutip dari yahoofinance.com.

BASF mengalami penurunan laba dari yang diharapkan. Sanofi diprediksi mengalami kenaikan pendapatan untuk tahun ini. Volkwagen baru akan mengeluarkan laporan hari ini. Sedangkan Credit Suisse melaporkan laba semester I di bawah ekspektasi pasar.

Sementara bursa saham Asia turun seperti indeks Hang Seng turun 1,03% ke 22.308, indeks Nikkei turun 1,4% ke 9.901, indeks Shanghai turun 0,8% ke 2.700 dan indeks ASX turun 1,6% ke 4.463.

Aksi mogok dihentikan, saham GIAA kembali ke posisi awal

Aksi mogok dihentikan, saham GIAA kembali ke posisi awal
JAKARTA. Saham PT Garuda Indonesia (GIAA) bergerak volatil. Saham GIAA terlihat beberapa kali naik turun, untuk kemudian kembali ke posisi pembukaan. Pada pukul 14.16, saham maskapai penerbangan ini tak berubah posisi di level Rp 510. Padahal sebelumnya, saham GIAA sempat terjungkal 1,96% menjadi Rp 500.

Aksi jual yang melanda saham GIAA terkait dengan aksi mogok kerja pilot Garuda hari ini. Namun, belakangan, aksi tersebut dihentikan.

Setelah melakukan pertemuan dengan manajemen Garuda Indonesia dengan dimediasi oleh Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Asosiasi Pilot Garuda (APG) akhirnya menghentikan aksi mogok terbang pada pukul 12.58. Selanjutnya, antara manajemen Garuda Indonesia dan APG akan membahas permasalahan yang ada dan mencari solusi bersama.

Laba bersih melambung 68%, saham VRNA catat rekor baru

JAKARTA. saham PT Verena Multi Finance (VRNA) melaju menembus rekor baru. Pada pukul 14.07, saham VRNA melambung 9,7% menjadi Rp 158.

Aksi beli yang melanda saham VRNA ini terkait dengan kinerja perusahaan. Asal tahu saja, VRNA melaporkan, laba bersih semester I naik 68% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 15,78 miliar.

ADB: Semester I 2011, performa pasar saham Indonesia terbaik di Asia

ADB: Semester I 2011, performa pasar saham Indonesia terbaik di Asia
JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) merilis hasil risetnya bertajuk Asia Economic Monitor untuk semester I 2011. Salah satu pembahasannya mengulas mengenai pasar saham dan pergerakan mata uang Asia.

Menurut ADB, pasar saham di emerging market Asia mengalami kondisi beragam (mixed) pada paruh pertama tahun ini. Kondisi itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di kawasan regional yang moderat dan diperketatnya kebijakan moneter.

"Pada semester I 2011, pasar saham Asia tampil beragam. Bursa saham dengan performa terbaik adalah pasar saham Indonesia yang melonjak 7,4%," jelas ADB. Sementara, pasar saham dengan performa terburuk adalah Vietnam dengan penurunan nyaris 11,2%.

Kendati demikian, mengacuhkan pelemahan yang terjadi saat ini, pasar saham emerging market Asia masih tetap berada di atas level pre-crisis. Sebagai perbandingan saja, indeks Dow Jones Industrial Average dan FTSE 100 mengalami kenaikan sejauh ini. Namun, Nikkei 225 melorot.

Sementara itu, mayoritas mata uang Asia mengalami apresiasi terhadap dollar AS pada paruh pertama tahun ini. Penguatan tersebut melanjutkan tren apresiasi tahun lalu. ADB mencatat, mata uang dengan performa terbaik adalah won Korea Selatan sebesar 6,4%. Satu-satunya mata uang yang terdepresiasi adalah dong Vietnam, yang terdevaluasi hingga 9,3% pada Febuari lalu seiring tingginya defisit dan rendahnya cadangan devisa.

Kantongi dana hasil divestasi US$ 40 juta, MIRA berencana ekspansi di Kaltim

JAKARTA. PT Mitra International Resources Tbk (MIRA) telah mendivestasi anak usahanya Sabre Systems International Pte. Ltd. (SSI), pada 28 Juni 2011. Pelepasan 93,35% saham SSI kepada Tuscany Investment Group Ltd. ini bagian dari restrukturisasi utang perseroan dan anak usahanya.

Adapun, dari penjualan aset itu, MIRA mengantongi dana sebesar US$ 40 juta. Direktur sekaligus Sekretaris perusahaan MIRA Imaculata Tri Marianti dalam keterbukaan informasi menyebut, sebagian besar hasil penjualan saham itu akan digunakan untuk ekspansi usaha perseroan dan anak usahanya, di bidang pertambangan, perkebunan dan resort.

Saat ini, MIRA sedang menjajaki pengembangan usaha di bidang perkebunan sawit dan karet, bisnis resort, juga tambang non logam di Berau, Kalimantan Timur. Perusahaan berencana mengakusisi lahan seluas 9.000 hektare untuk bisnis perkebunan di kuartal ketiga tahun ini, dan memulai penanaman pada kuartal keempat ini.

Sedangkan, untuk pengembangan bisnis resort, perseroan melalui anak usahanya sedang negosiasi guna mengakusisi lahan seluas 15,6 hektare di Maratua, Berau. Perizinan dan perencanaan desain ditargetkan rampung di kuartal keempat tahun ini. Resort ini diharapkan bisa mulai beroperasi pada pertengahan 2013.

Perseroan juga masih proses pengembangan industri semen melalui anak usahanya yang berlokasi di Berau. Izin usaha penambangan bahan baku semen telah diperoleh. Sementara, pembangunan fisik industri semen diharapkan bisa dimulai pada kuartal keempat 2012, sehingga pabrik bisa mulai beroperasi di 2015.

Laba PJAA Naik Jadi Rp77,7 M Dipicu Pendapatan

Headline
INILAH.COM, Jakarta – PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatatkan laba bersih naik dari Rp49,15 miliar pada Juni 2010 menjadi Rp77,73 miliar pada Juni 2011.

Demikian seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterbitkan di Jakarta, Kamis (28/7). Kenaikan laba bersih ini diikuti kenaikan pendapatan menjadi Rp427,36 miliar pada semester pertama 2011 dari periode sama sebelumnya Rp376,85 miliar.

Beban pokok perseroan turun dari Rp37,91 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp27,88 miliar pada semester pertama 2011. Beban langsung perseroan naik dari Rp183,36 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp196,21 miliar pada semester pertama 2011. Sehingga beban pokok dan beban langsung naik dari Rp221,27 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp224,10 miliar pada semester pertama 2011.

Pendapatan usaha perseroan naik dari Rp376,85 miliar pada Juni 2010 menjadi Rp427,36 miliar pada semester pertama 2011. Laba kotor naik dari Rp155,57 miliar pada Juni 2010 menjadi Rp203,10 miliar pada Juni 2011. Laba usaha perseroan naik dari Rp71,90 miliar pada Juni 2010 menjadi Rp105,61 miliar pada Juni 2011.

Aset perseroan naik dari Rp1,56 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp1,58 triliun pada Juni 2011. Kewajiban perseroan naik turun dari Rp491,21 miliar pada Desember 2010 menjadi Rp487,42 miliar pada Juni 2011. Kas naik dari Rp328,34 miliar pada Desember 2010 menjadi Rp345,55 miliar pada Juni 2011. [hid]

Beban Penjualan Tinggi, Laba Astra Otoparts Tergerus 12%

Jakarta - PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) membukukan laba bersih Rp 524,94 miliar di semester pertama tahun ini, tergerus 12,9% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 602,38 miliar. Turunnya laba akibat tingginya beban usaha.

Seperti dikutip dari laporan kinerja keuangan perseroan, Kamis (28/7/2011), pendapatan usaha produsen komponen otomotif dari Grup Astra itu naik 17% menjadi Rp 3,56 triliun di paruh pertama tahun ini dari Rp 3,05 triliun di tahun sebelumnya.

Namun, beban usaha yang naik lebih tinggi menjadi sebesar Rp 2,96 triliun dari sebelumnya Rp 2,49 triliun di enam bulan pertama tahun lalu membuat laba kotornya hanya naik tipis. Rasio beban terhadap pendapatannya iktu naik.

Laba kotor perseroan pun tercatat Rp 601,27 miliar, naik tipis 9,3% dari laba kotor tahun sebelumnya Rp 549,89 miliar. Belum lagi beban usaha emiten berkode AUTO itu naik tinggi dari Rp 284,06 miliar di tahun lalu menjadi Rp 386,91 miliar.

Alhasil, laba usahanya terpangkas menjadi Rp 214,36 miliar di semester I-2011 dari semula Rp 265,83 miliar. Akhirnya, laba bersih per saham dasar perseoran juga ikut tergerus, menjadi Rp 125 per lembar dari sebelumnya Rp 147 per lembar.

Pada penutupan perdagangan hari ini, harga saham AUTO ditutup turun 50 poin (1,20%) ke level Rp 4.100 per lembar. Sahamnya diperdagangkan 180 kali senilai 1.121 lot senilai Rp 2,3 miliar.

(ang/qom)

Laba Bersih JMSR Naik 15%

Headline
INILAH.COM, Jakarta – PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mencatatkan laba komprehensif tahun berjalan naik 15% dari Rp653,59 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp751,74 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp751,74 miliar pada semester pertama 2011.

Demikian seperti dikutip dari laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (28/7). Kenaikan ini diikuti dengan kenaikan laba komprehensif yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk dari Rp656,78 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp753,47 miliar pada semester pertama 2011.

Pendapatan usaha perseroan naik 12% dari Rp2,10 triliun pada semester pertama 2010 menjadi Rp2,35 triliun pada semester pertama 2011. Laba usaha perseroan naik dari Rp1,09 triliun pada semester pertama 2010 menjadi Rp1,22 triliun pada semester pertama 2011.

Aset perseroan naik dari Rp18,95 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp20,46 triliun pada semester pertama 2011. Kas perseroan naik dari Rp4,01 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp4,19 triliun pada semester pertama 2011. [cms]

BTEL rampungkan akuisisi perusahaan 4G di kuartal ketiga 2011

BTEL rampungkan akuisisi perusahaan 4G di kuartal ketiga 2011
JAKARTA. Target PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) merampungkan akuisisi perusahaan 4G di kuartal ketiga tahun ini bakal segera terealisasi. "Sesuai rencana. Kita memang ingin di tahun ini," ujar Presiden Direktur BTEL Anindya Bakrie, Kamis (28/7).

Sebelumnya, Anindya pernah menyebutkan, ada beberapa perusahaan 4G lokal yang tengah dimonitor BTEL. Perusahaan telekomunikasi yang dikenal dengan merek dagang Esia ini memang berencana memperkuat basis layanan data internet.

Kebutuhan dana untuk akuisisi tersebut akan diambil dari anggaran belanja modal BTEL yang per tahunnya mencapai US$ 200 juta. Sayangnya, Anindya enggan membeberkan lebih rinci mengenai perusahaan 4G yang bakal diakuisisi serta nilai akuisisinya.

Lewat akuisisi tersebut BTEL berharap bisa memperkuat jaringan dan meningkatkan kontribusi pemasukan dari layanan data dibandingkan suara.

"Kami berharap dalam lima tahun ke depan kontribusi data bisa meningkat menjadi 80%. Saat ini masih 40%," jelas Anindya.

Visi Media Kembali Masukkan Dokumen IPO Agustus

Headline
INILAH.COM, Jakarta – PT Visi Media Asia akan memasukkan kembali dokumen penawaran umum saham perdana pada Agustus mendatang.

Hal itu disampaikan Presiden Komisaris PT Visi Media Asia Anindya Bakrie, Kamis (28/7). “Kita akan memakai buku laporan keuangan Mei 2011 untuk penawaran umum saham perdana. Kita membutuhkan approval lagi dari Bapepam-LK, kemungkinan Agustus akan serahkan berkas penawaran umum saham perdana,” ujar Anindya.

Lebih lanjut ia mengatakan, kemungkinan ada perubahan harga saham. Tetapi hal itu juga tergantung dari penjamin emisi efek. “Nanti kita lihat hasil bookbuilding dan valuasi sahamnya. Tapi itu tanya ke underwriter,” kata Anindya.

Sebelumnya, Bapepam-LK menunda proses ijin efektif PT Visi Media Asia. Hal ini terkait pembentuka harga secara online. Bapepam-LK pun meminta klarifikasi mengenai hal tersebut.

Seperti diketahui, perseroan berencana menawarkan saham perdananya (initial public offering/IPO) sebanyak 2,29 miliar lembar saham atau setara dengan 14,21 persen pada 11 Juli mendatang. Jumlah saham yang dilepas 571,5 juta waran seri I. Waran ini diberikan kepada empat saham yang tercatat dalam penjatahan. Periode pelaksanaan waran ini adalah pada 10 Januari 2012 sampai 8 Januari 2013.

Dana hasil IPO ini akan dipergunakan untuk membayar utang kepada Credit Suisse AG cabang Singapura dan Credit Suisse International. Utang perseroan kepada Credit Suisse adalah sebesar US$54 juta. Lalu, sebanyak 40 persen akan digunakan untuk belanja modal terkait pengembangan anak usaha perseroan. Dan sisanya sebesar 20 persen disiapkan untuk modal kerja perseroan dan anak usahanya. [cms]

Harga IPO Visi Media dipastikan tidak berubah

Harga IPO Visi Media dipastikan tidak berubah
JAKARTA. Harga penawaran saham perdana PT Visi Media Asia diperkirakan tidak akan berubah kendati buku yang digunakan adalah buku per Mei 2011.

Direktur Eksekutif Investment Banking Danatama Makmur Vicky Ganda Saputra mengatakan, kinerja perusahaan media milik Group Bakrie itu lebih baik ketimbang kinerja per akhir tahun 2010. Namun, ia mengindikasikan harga saham IPO Visi Media tidak berubah.

"Kami tidak akan melakukan bookbuilding, tetapi eksposur," ujarnya.

Pihaknya, selaku penjamin emisi, akan melakukan pemberitahuan kepada sejumlah investor yang sebelumnya ikut serta dalam melakukan bookbuilding. Adapun hal-hal yang diberitahu hanya perkembangan mengenai hasil kinerja serta target pencatatan saham di Bursa Efek Indoensia (BEI).

Ia memperkirakan, audit laporan keuangan akan kelar pada 15 Agustus 2011 mendatang sehingga setelah itu bisa kembali mendaftarkannya kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Eksposur akan dilakukan selama tujuh hari. Dengan demikian, pencatatan saham bisa dilaksanakan akhir September 2011 mendatang.

Sementara itu, untuk jumlah saham yang dilepas, menurut Vicky tidak ada perubahan. Visi Media menawarkan 2,28 miliar saham dengan harga hasil bookbuidling sebesar Rp 280 per saham, sehingga potensi dana yang akan diraup sekitar Rp 640 miliar. Perseroan juga menawarkan waran sebanyak 571,5 juta dengan rasio 4:1. Harga eksekusinya sebesar Rp 300 per waran.

Seperti diketahui, pekan lalu Bapepam-LK memanggil penjamin emisi Visi Media untuk meminta keterangan atas proses penawaran awal (bookbuilding) yang dilakukan secara online. Pada proses itu, ditengarai telah terjadi penawaran umum, padahal perseroan belum mendapat izin efektif.

VIVA akan masukkan berkas IPO ke Bapepam bulan Agustus

VIVA akan masukkan berkas IPO ke Bapepam bulan Agustus
JAKARTA. PT Visi Media Asia (VIVA) memantapkan kelanjutan rencana penawaran umum saham perdana (IPO) di kuartal ketiga tahun ini. Presiden Komisaris Visi Media Anindya Bakrie menuturkan perseroan akan memasukkan berkas pendaftaran IPO pada bulan Agustus 2011.

"Kami akan gunakan laporan keuangan Mei 2011," ujar Andindya, Kamis (28/7).

Ia menambahkan untuk sementara belum ada perubahan dari segi jumlah saham. Namun, karena menggunakan laporan keuangan baru kemungkinan akan ada valuasi ulang dan perubahan harga. Hal tersebut nantinya akan ditentukan oleh penjamin emisi IPO VIVA.

"Dengan IPO di bulan Agustus, kami melihat timingnya lebih bagus. IHSG sedang all time high dan kinerja VIVA di semester pertama 2011 hasilnya signifikan dibandingkan full year 2010," papar Andindya.

Sekedar mengingatkan, VIVA menawarkan sebanyak-banyaknya 2,29 miliar saham baru dalam penawaran perdana saham publik (IPO) dengan harga Rp 280 per saham. Dari IPO tersebut VIVA berpotensi meraup dana segar Rp 640,1 miliar. Sedianya, IPO dilangsungkan pada Juli 2011, namun Bapepam-LK membatalkan karena perusahaan media grup Bakrie ini melakukan penawaran saham secara online. Penjamin emisi IPO VIVA adalah PT Danatama Makmur dan PT Ciptadana Securities.

Naik 52%, Summarecon Raup Laba Rp155,34 Miliar

Headline
INILAH.COM, Jakarta PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencatatkan kenaikan laba tahun berjalan naik 52% dari Rp101,84 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp155,34 miliar pada semester pertama 2011.

Demikian seperti dikutip dari keterangan yang diterbitkan Kamis (28/7). Laba yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk dari Rp101,63miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp155,34 miliar pada semester pertama 2011. Pendapatan bersih naik 38,5% dari Rp677,63 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp938,57 miliar pada semester pertama 2011.

Beban pokok penjualan perseroan naik dari Rp334,56 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp486,93 miliar pada semester pertama 2011. Laba kotor naik 31,65% dari Rp343,06 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp451,64 miliar pada semester pertama 2011. Laba usaha naik 33,4% dari Rp176,34 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp235,37 miliar pada semester pertama 2011.

Aset perseroan naik dari Rp6,13 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp6,98 triliun pada Juni 2011. Kas perseroan naik dari Rp1,12 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp1,22 triliun pada Juni 2011. Kewajiban perseroan naik dari Rp3,98 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp4,73 triliun pada Juni 2011. [cms]

Indeks loyo setelah asing mendominasi penjualan bluechips

Indeks loyo setelah asing mendominasi penjualan bluechips
JAKARTA. Indeks tergersu di sesi I. Hingga akhirnya, indeks harus berakhir di posisi 4.138,52 setelah melorot 35,60 poin.

Aksi jual sejumlah saham bluechips turut menyeret kejatuhan indeks. Berikut adalah daftarnya:

- PT Astra International (ASII)

Saham ASII melorot 3,93% menjadi Rp 72.050 di sesi II. Sejumlah broker yang melepas kepemilikannya atas saham ini adalah: Deutsche Securities senilai Rp 40,26 miliar, JPMorgan Securities senilai Rp 38,03 miliar, dan UBS Securities senilai Rp 31,64 miliar.

- PT Bank Central Asia (BBCA)

Saham BBCA melorot 2,40% menjadi Rp 8.150 di sesi II. Sejumlah broker yang melepas kepemilikannya atas saham ini adalah: Merrill Lynch senilai Rp 3,96 miliar, Kim Eng Securities senilai Rp 3,39 miliar, dan CIMB Securities senilai Rp 2,03 miliar.

- PT Bank Mandiri (BMRI)

Saham BMRI melorot 1,86% menjadi Rp 7.900 di sesi II. Sejumlah broker yang melepas kepemilikannya atas saham ini adalah: Deutsche Securities senilai Rp 34,91 miliar, Credit Suisse senilai Rp 33 miliar, dan Mandiri Sekuritas senilai Rp 9,26 miliar.

Laba bersih MBTO naik 102% di semester pertama

Laba bersih MBTO naik 102% di semester pertama
JAKARTA. PT Martina Berto Tbk (MBTO) membukukan kenaikan laba bersih sebesar 102% di semester pertama tahun ini.

Laporan keuangan perseroan (28/7) menyebutkan, selama enam bulan pertama di 2011, perusahaan mengantongi laba bersih Rp 23,923 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 11,824 miliar.

Peningkatan laba ini ditopang pertumbuhan penjualan sekitar 13,8% menjadi Rp 293,493 miliar di akhir Juni 2011. Akibatnya, laba kotor ikut naik 15,3% menjadi Rp 158,380 miliar. Perseroan juga mencatat kenaikan laba usaha sebesar 49% menjadi Rp 25,862 miliar. Ini lantaran beban usahanya tidak naik signifikan.

Laba MBTO semakin gemuk di semester pertama tahun ini, karena mendapat tambahan penghasilan dari jasa giro dan bunga deposito, yaitu sebesar Rp 5,393 miliar. Tahun lalu pos ini, hanya memberi pemasukan Rp 305 juta.

Apalagi, di paruh pertama tahun ini, beban keuangan turun signifikan hingga 123% menjadi hanya Rp 1,845 miliar. Padahal, tahun lalu pos ini menggerus pendapatan perusahaan hingga sebesar Rp 3,849 miliar.

Tapi, meski laba bersihnya naik tajam, namun laba bersih per saham dasar turun karena adanya penambahan jumlah saham perseroan. Di akhir Juni tahun ini, laba bersih per saham dasar turun menjadi Rp 22 per saham, dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 118 per saham.

Koreksi Saham Blue Chip Pangkas IHSG 35 Poin

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas 35 poin akibat koreksi yang terjadi di saham-saham blue chip. Posisi IHSG sudah sangat jenuh beli.

Mengawali perdagangan pagi tadi, IHSG dibuka ambles 28,341 poin (0,68%) ke level 4.145,771. Sentimen negatif datang dari krisis utang AS yang belum juga mendapatkan kesepakatan meski tenggat waktu sudah dekat.

Indeks langsung terkena koreksi sehat akibat posisinya yang sudah sangat tinggi dan masuk area jenuh beli (overbought). Posisi terendahnya hari ini di level 4.122,001.

Pada perdagangan sesi I, Kamis (28/7/2011), IHSG terkoreksi 35,596 poin (0,86%) ke level 4.138,516. Sementara Indeks LQ 45 melemah 8,948 poin (1,21%) ke level 732,044.

Saham-saham blue chip yang sudah terlalu tinggi mulai terkena aksi ambil untung, sama halnya dengan saham-saham lapis dua. Hanya indeks sektor konsumer yang mampu menguat terbantu kinerja emiten di sektor tersebut.

Sektor-sektor lain di Bursa Efek Indonesia (BEI) terkena koreksi cukup dalam, dipimpin oleh sektor aneka industri yang terpangkas hingga lebih dari 3%, diikuti sektor finansial dan manufaktur.

Meski terkena tekanan jual yang cukup tinggi, investor asing justru terpantau melakukan pembelian bersih (foreign net buy) dengan nilai yang masih tipis hingga siang hari ini.

Perdagangan hari ini berjalan cukup ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 78.184 kali pada volume 2,972 miliar lembar saham senilai Rp 2,63 triliun. Sebanyak 90 saham naik, 146 saham turun, dan 86 saham stagnan.

Bursa-bursa di regional jatuh semakin dalam akibat sentimen krisis utang AS dan Uni Eropa. Aksi ambil untung pun marak terjadi sehingga tekanan jual makin tinggi di bursa Asia.

Berikut kondisi bursa-bursa di Asia hingga siang hari ini:
  • Indeks Komposit Shanghai melemah 25,21 poin (0,93%) ke level 2.698,28.
  • Indeks Hang Seng anjlok 233,25 poin (1,03%) ke level 22.308,44.
  • Indeks Nikkei 225 ambruk 143,48 poin (1,43%) ke level 9.903,71.
  • Indeks Straits Times turun 15,87 poin (0,50%) ke level 3.177,67.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Mayora (MYOR) naik Rp 400 ke Rp 16.500, Unilever (UNVR) naik Rp 250 ke Rp 15.500, Resources Alam (KKGI) naik Rp 200 ke Rp 7.150, dan Samudera Indonesia (SMDR) naik Rp 200 ke Rp 5.150.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Astra Internasional (ASII) turun Rp 3.950 ke Rp 72.050, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 700 ke Rp 51.700, United Tractor (UNTR) turun Rp 650 ke Rp 27.000, dan Tembaga Mulia (TBMS) turun Rp 500 ke Rp 8.200.

(ang/qom)

Turun 0,85%, IHSG masih tersengat sentimen negatif Asia

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tersengat sentimen dari bursa regional. Pada pukul 12.00, indeks ditutup turun 0,85% menjadi 4.138,516.

Sembilan sektor tercatat menurun. Penurunan terbesar dialami oleh sektor industri lain-lain sebesar 3,16% dan sektor keuangan yang turun 1,19%. Meski begitu, masih ada satu sektor yang menghujau, yakni sektor consumer goods yang naik 0,36%.

Dari seluruh saham yang ditransaksikan, sekitar 138 saham menurun, 81 saham naik, dan 84 saham lainnya tak berubah. Volume transaksi hari ini mencapai 2,972 saham senilai Rp 2,630 triliun.

Saham-saham yang mengalami penurunan paling dalam (top losers) diantaranya: Perdana Bangun Pusaka (KONI) turun 16,36% menjadi Rp 230, Equity Development (GSMF) turun 11,81% menjadi Rp 112, dan Bekasi Asri Pemula (BAPA) turun 7,69% menjadi Rp 168.

Sementara itu, tiga saham yang bertahan di posisi top gainers adalah: Garda Tujuh Buana (GTBO) naik 21,54% menjadi Rp 158, Capitalinc Investment (MTFN) naik 19,23% menjadi Rp 465, dan Duta Anggada Realty (DART) naik 14,63% menjadi Rp 235.

Mata uang Negeri Sakura menguat atas 16 mata uang utama dunia

Mata uang Negeri Sakura menguat atas 16 mata uang utama dunia
TOKYO. Yen kembali menunjukkan taringnya. Mata uang Negeri Sakura ini menguat terhadap 16 mata uang utama dunia. Pelaku pasar masih mencemaskan mengenai isu utang AS dan Eropa sehingga mendongkrak permintaan atas yen.

Pada pukul 12.29 waktu Tokyo, yen menguat ke level 111,67 per euro dari 112,04 per euro di New York kemarin. Yen juga menguat ke level 77,80 per dollar dari 77,98 per dollar. Bahkan kemarin, yen perkasa ke level 77,57 per dollar, yang merupakan level paling kuat sejak 17 Maret lalu.

Sementara itu, nilai tukar euro berada di posisi US$ 1,4335 dari US$ 1,4369 kemarin. Sedangkan dollar diperdagangkan pada posisi 80,19 Swiss centimes dari 80,17 kemarin.

Pelemahan euro atas yen terjadi setelah Standard & Poor's mengatakan, Yunani akan mengalami default parsial atas utangnya tak lama setelah pemimpin Eropa menggelontorkan bailout kedua bagi negara itu.

BSD Raup Penjualan Rp1,7 Triliun per Juli 2011

Headline
INILAH.COM, Jakarta PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mencatatkan marketing sales (penjualan) secara konsolidasi sebesar Rp1,7 triliun hingga Juli 2011.

Hal itu disampaikan Direktur PT Bumi Serpong Damai Tbk Hermawan Wijaya, Kamis (28/7). Marketing sales kita sudah mencapai Rp1,7 triliun hingga Juli 2011. Sebagian besar marketing sales ini didukung dari perumahan sekitar 50%, ujar Hermawan.

Perseroan menargetkan marketing sales sebesar Rp2,4 triliun hingga Rp2,5 triliun pada 2011.

Lebih lanjut Hermawan mengatakan, kinerja perseroan tumbuh 20% pada semester pertama 2011 dibandingkan semester pertama 2010. Hal ini didukung setelah perusahaan mengakuisisi tiga perusahaan pada akhir Desember 2010. Pihaknya pun optimis target laba bersih sebesar Rp700 miliar dan pendapatan Rp2,7 triliun dapat tercapai pada 2011. Kita masih inline dengan target kita, tutur Hermawan.

Seperti diketahui, induk usaha perseroan Sinarmas Land akan membangun konvensi dan exhibition besar bersama kompas gramedia di kawasan BSD dengan luas bangunan 150 ribu hektar di luas lahan 25 hektar. Investasi pembangunan konvensi dan exhibition sebesar Rp1 triliun-Rp1,5 triliun. Tapi perseroan belum ingin menjelaskan detil mengenai komposisi pendanaan dan kepemilikan. Kita masih menunggu hingga pembentukan joint venture ini yang akan selesai dalam satu bulan ke depan. Jadi kita belum tahu porsi pendanaan dan bagaimana financingnya, ujar Managing Director Corporate Strategy and Services Sinarmasland Ishak Chandra.

Sinarmas land dan kompas gramedia menandatangani nota kesepahaman pembangunan konvensi dan exhibition tersebut hari ini. Kedua grup ini akan membentuk joint venture bernama PT Indonesia Expo untuk pendirian konvensi dan exhibition di kawasan BSD. [cms]

Ditekan Regional, IHSG Sesi I Berakhir Merah

INILAH.COM, Jakarta - Pada perdagangan sesi I Kamis (28/7), IHSG ditutup melemah 0,85% ke level 4.138,52.

Pelemahan indeks siang ini dipengaruhi bursa global yang terkoreksi signifikan. Bursa AS dan Eropa terkoreksi signifikan pada perdagangan semalam, masih memfaktorkan sentimen negatif dari perdebatan kenaikan limit utang AS dan kekhawatiran dana bail-out tambahan dari Uni Eropa masih belum cukup untuk mengurangi risiko menularnya krisis utang ke Spanyol dan Italia. Tambahan sentimen negatif datang dari rilis data durable goods order di bulan Juni yang turun 2,1%, di luar ekspektasi konsensus.

Harga minyak dunia turut melemah 2,2% semalam ke level US$97,3/barel.
Bursa Asia juga ikut menekan indeks siang ini, yang terkoreksi karena memfaktorkan sentimen negatif dari bursa global semalam dan koreksi yang terjadi di bursa komoditas. Penurunan data durable goods di AS memberi sentimen negatif pada perusahaan-perusahaan berbasis manufaktur di Asia khususnya Jepang. Shanghai turun 0,93%, Hang Seng turun 1,03%, KLSE turun 0,54%, Nikkei turun 1,42%, STI turun 0,50%, dan Seoul turun 0,83%.

Sebanyak 147 saham tercatat turun siang ini, 87 saham stagnan, dan 91 saham naik. Indeks LQ45 melemah 1,2% ke level 732,04, sementara JII turun 1,07% ke level 572,49.

Volume perdagangan tercatat sebanyak 2,53 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp2,32 triliun. Namun, asing juatru masuk ke pasar dengan mencatatkan net foreign buy senilai Rp16,99 miliar.

Saham-saham yang melemah tajam pagi ini adalah ASII yang turun 3,93%, GGRM turun 1,33%, UNTR turun 2,34%, TBMS turun 5,74%, ITMG turun 0,58%, dan DSSA turun 2,02%.

SDPC teken perjanjian distribusi obat dengan Nulab Pharmaceutical

JAKARTA. PT Millenium Pharmacon International Tbk (SDPC) menambah mitra bisnisnya. Kali ini, perseroan menggandeng PT Nulab Pharmaceutical Indonesia, produsen obat-obatan yang berlokasi di Tangerang.

Perseroan telah meneken perjanjian distribusi dengan Nulab Pharmaceutical, pada pertengahan Juli 2011. SDPC akan mendistribusikan produk-produk buatan Nulab.

Direktur SDPC Ishak bin Sulaiman dalam keterbukaan informasi BEI menyebutkan, perjanjian distribusi itu akan berlaku selama 12 bulan. Kerjasama akan diperpanjang setiap 12 bulan berikutnya, jika tidak ada pemutusan hubungan kerjasama dari salah satu pihak.

Hingga perdagangan pukul 11.08 WIB, saham SDPC turun 2,60% ke level Rp 75 per saham.

Sesi Dua, Cermati Saham Lapis Dua

INILAH.COM, Jakarta- Koreksi siang ini diperkirakan berlanjut hingga penutupan. Namun, investor masih bisa buy on support untuk saham–saham lapis dua.

Pada sesi pertama perdagangan Kamis (28/7), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 35,60 poin (0,85%) ke level 4.138,516. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun 8,95 poin (1,21%) ke angka 732,044.
Laju indeks siang ini cukup ramai, didukung oleh volume transaksi yang tercatat mencapai 2,974 miliar lembar saham, senilai Rp2,618 triliun dan frekuensi 78.184 kali. Sebanyak 90 saham menguat, sedangkan 146 saham melemah dan 86 saham stagnan.
Tapi, pelemahan indeks sesi pertama justru diwarnai aksi beli asing yang mencatatkan transaksi nilai beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp16,9 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp705,4 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp688,4 miliar.
Mayoritas sektor saham mendukung pelemahan indeks. Aneka industri memimpin pelemahan 3,21%, disusul manufaktur 1,22%, keuangan 1,18%, properti 0,90%, industri dasar 0,82%, perkebunan 0,71%, perdagangan 0,62%, infrastruktur 0,36% dan pertambangan 0,02%. Hanya sektor konsumsi yang menguat 0,36%.
Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah memperkirakan, pergerakan indeks saham domestik hingga penutupan sore nanti akan melemah terbatas. “Indeks akan bergerak dalam kisaran support 4.124 dan resistance 4.212,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (28/7).

Koreksi indeks hari ini, menurut Cece, salah satunya dipicu oleh faktor teknikal yang menunjukkan indeks sudah overbought (jenuh beli). Di sisi lain, bursa global dan regional pun melemah. “Pada saat yang sama, pasar juga masih harap-harap cemas menantikan penyelesaian kemelut batas atas utang AS yang deadline-nya pada 2 Agustus 2011,” ujarnya.

Menurutnya, pasar masih wait and see apakah AS akan mencapai kesepakatan terkait pemangkasan anggaran sebagai syarat kenaikan batas atas utang AS itu. “Jika tidak, credit rating AS bakal di-downgrade dari level AAA saat ini. Karena itu, akan banyak dana-dana sosial yang akan terhenti di negara itu,” ungkap Cece.

Kondisi itu, imbuhnya, akan memicu buruknya kinerja ekonomi AS dan dunia sehingga menjadi tekanan bagi bursa saham global. “Saya sendiri memperkirakan AS akan mencapai kesepakatan di detik-detik terakhir sehingga indeks akan kembali rebound,” paparnya.

Namun demikian, Cece menegaskan, bursa saham Indonesia menjadi bursa terkuat di Asia bahkan dunia. Lihat saja , rata-rata bursa global dan regional melemah di atas 1% hari ini sedangkan IHSG hanya melemah 0,7%. “Sebab, rilis laporan keuangan berbagai emiten untuk kuartal kedua 2011, mayoritas dirilsi positif di atas ekspektasi,” ucapnya.

Kinerja keuangan saham-saham second liner juga oke. Apalagi, dengan kinerja saham-saham bluechips yang naik signifikan. Begitu juga dengan kinerja saham-saham di sektor tambang yang pada kuartal II tak lagi terganggu oleh faktor cuaca seperti yang terjadi pada kuartal I/2011. “Karena itu, pasar domestik tetap masih seksi di mata investor sehingga penurunan akan terbatas dan pada saat naik jauh lebih tinggi,” tuturnya.

Karena itu, ditegaskan Cece koreksi ini sangat wajar sambil menunggu momentum Kongres dan pemerintah Obama menyelesaikan masalah utang AS. Pasar modal Indonesia didukung oleh fundamental yang cukup baik. “Karena itu, jika hanya koreksi ke level 4.020-4.025 merupakan koreksi normal (minor). Apalagi jika bertahan di atas level tersebut,” urai Cece.

Kecuali, lanjutnya, jika tembus support psikologis 4.100. Ini merupakan level bahaya karena memberikan sinyal koreksi mayor yang bisa memicu kerawanan penurunan IHSG lebih dalam. “Selama hari ini masih bertahan di atas 4.100 tren penguatan indeks masih dalam tren bullish,” imbuh Cece.

Dalam situasi ini, Cece merekomendasikan positif saham-saham second liner di sektor infrastruktur, properti dan pertambangan energi. Saham-saham pilihannya adalah PT Citra Marga Nusaphala (CMNP) yang akan right issue, PT Modernland Realty (MDLN), PT Summarecon Agung (SMRA), PT Lippo Karawaci (LPKR) dan PT Energi Mega Persada (ENRG).

Untuk saham-saham bluechip, direkoemendasikan PT Unilever Indonesia (UNVR) yang laba bersihnya signifikan tapi harganya belum naik dan PT Adaro Energy (ADRO) karena baru tembus resistance Rp2.650. “Karena market sedang koreksi, saya rekomendasikan buy on support saham-saham tersebut,” imbuh Cece. [ast]