Jumat, 30 Desember 2011

Tutup Tahun 2011, IHSG Lompat 0,36% ke 3.822

INILAH.COM, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir gemilang menutup perdagangan tahun ini, dengan berada pada level 3.822.

Pada perdagangan Jumat (30/12) yang juga merupakan hari terakhir perdagangan tahun 2011, IHSG ditutup ke 3.822,347 atau naik 13,575 poin (0,36%) dan indeks LQ45 naik 0,53% ke 537,03.

Kendati indeks berakhir menguat, namun tidak semua sektor hijau. Tiga sektor yang tercatat berkebalikan arah dengan indeks adalah sektor perkebunan turun 1,18%, sektor infrastruktur turun 0,29%, dan sektor aneka industri turun 0,21%.

IHSG ditutup naik 3,2% selama tahun 2011

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memberikan hadiah manis di akhir tahun 2011. Di hari terakhir transaksi tahun ini, Jumat (30/12) indeks ditutup menguat 13,22 poin atau 0,35% ke Rp 3.821,99.

Volume transaksi hari ini tercatat sebanyak 5,48 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,78 triliun dan frekuensi 76.612 saham.

Hari ini, sektor basic industry masih memimpin kenaikan karena berhasil maju 1,73%, kemudian disusul saham consumer goods 0,90% dan manufaktur 0,72%.

Sektor penggerus indeks terbesar adalah agrikultur yang amblas 1,18% dan infrastruktur yang tenggelam 0,29%.

Meski ditutup tipis dari sehari sebelumnya, secara hitungan year to date (ytd) indeks berhasil lompat 3,2% dari posisi akhir tahun lalu. IHSG mencatat rekor tertinggi di titik 4.193,44 pada 1 Agustus dan berada di level terendah 3.269,45 pada 4 Oktober.

Awalnya, banyak analis yang memprediksi indeks akan tutup di atas 4.000 bahkan menyentuh 4.500. Namun, krisis keuangan global yang terjadi, terutama Eropa terpaksa mengikis harapan. Indeks justru terengah-engah di posisi 3.700-3.800.

Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia melihat, pergerakan IHSG tahun ini bisa dikatakan mendatar atau flat. Selama satu tahun ini, 25 emiten berhasil menjadi penghuni baru lantai bursa. Ini merupakan rekor terbesar selama satu dekade terakhir. Dalam periode yang sama, lima emiten memilih hengkang.

Meski rekor dalam jumlah, total emisi IPO tahun ini cuma Rp 19,63 triliun, anjlok 51,2% dari emisi 2010 sebesar Rp 29,69 triliun. Beberapa emiten bahkan merevisi target IPO.

Ditutup Agus Marto, IHSG Akhiri Tahun 2011 di 3.821

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 13 poin dan mengakhiri perdagangan terakhir tahun ini di level 3.821. Penutupan perdagangan dilakukan oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di posisi Rp 9.080 per dolar AS dibandingkan penutupan perdagangan kemarin di Rp 9.120 per dolar AS.

Membuka perdagangan pagi tadi, IHSG menguat tipis 8,993 poin (0,24%) ke level 3.817,765. Investor cukup bersemangat di perdagangan terakhir tahun 2011 ini.

Perdagangan terakhir di tahun 2011 ini berjalan serba tipis, pergerakan indeks tak lebih dari 20 poin. Untungnya, indeks tidak sampai jatuh ke zona merah.

Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG naik tipis 9,300 poin (0,24%) ke level 3.818,072. Aksi beli selektif dibarengi dengan profit taking di saham-saham unggulan.

Laju indeks sedikit melambat di perdagangan sesi II. Bahkan, setelah sempat naik ke posisi tertingginya di 3.822,914, indeks sempat jatuh ke zona merah di 3.805,079.

Menutup perdagangan terakhir di tahun ini, Jumat (30/12/2011), IHSG menguat 13,220 poin (0,34%) ke level 3.821,992. Sementara Indeks LQ 45 naik 2,399 poin (0,35%) ke level 673,506.

Aksi ambil untung sempat menahan laju IHSG, untungnya aksi beli selektif terus berlanjut meski di tengah perdagangan yang tidak terlalu ramai. Aksi beli terjadi terutama di saham-saham industri dasar dan perdagangan.

Empat indeks sektoral melemah, yaitu sektor agribisnis, aneka industri, properti dan infrastruktur. Sementara enam sektor lainnya menguat, dipimpin industri dasar dan perdagangan.

Aksi window dressing sepertinya tidak terjadi di perdagangan tahun ini. Penguatan indeks di penghujung tahun tak setinggi seperti tahun-tahun sebelummnya.

Penutupan perdagangan bursa kali ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo, dihadiri Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati, jajaran direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

Upacara penutupan dilakukan di lantai dasar gedung BEI. Suasanya cukup meriah dengan berbagai hiasan bernuansa hitam dan ungu tua, ditambah dengan sorot lampu berwarna biru menyala.

Lokasi upacara tersebut sengaja dilakukan di lantai dasar karena trading floor baru akan diresmikan oleh Presiden SBY pada 2 Januari 2012. Seluruh peserta upacara penutupan yang hadir diberikan topi kerucut dan terompet layaknya merayakan tahun baru.

Perdagangan hari ini berjalan cukup sepi dengan frekuensi transaksi mencapai 76.612 kali pada volume 5,483 miliar lembar saham senilai Rp 2,78 triliun. Sebanyak 135 saham naik, sisanya 108 saham turun, dan 106 saham stagnan.

Investor asing punya andil besar dalam penguatan IHSG kali ini. Transaksi investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (foreign net buy) senilai Rp 417,545 miliar di seluruh pasar.

Bursa-bursa di Asia menutup perdagangan dengan menguat di zona hijau. Sayangnya, jika dilihat secara tahunan, rata-rata bursa di Asia mengalami koreksi, kecuali BEI dan bursa saham Filipina.

Berikut situasi dan kondisi bursa-bursa di regional sore ini:
  • Indeks Komposit Shanghai menanjak 25,86 poin (1,19%) ke level 2.199,42.
  • Indeks Hang Seng menguat 36.,47 poin (0,20%) ke level 18.434,39.
  • Indeks Nikkei 225 naik 56,46 poin (0,67%) ke level 8.455,35.
  • Indeks Straits Times melemah 17,81 poin (0,67%) ke level 2.654,97.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Adira Finance (ADMF) naik Rp 1.500 ke Rp 12.700, Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 750 ke Rp 38.650, United Tractor (UNTR) naik Rp 550 ke Rp 26.350, dan Multibreeder (MBAI) naik Rp 500 ke Rp 13.500.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Indomobil (IMAS) turun Rp 1.050 ke Rp 12.800, Sona Topas (SONA) turun Rp 700 ke Rp 2.200, SMART (SMAR) turun Rp 600 ke Rp 6.400, dan Lionmesh (LMSH) turun Rp 500 ke Rp 5.000.
(ang/qom)

Data Ekonomi AS Positif, Saham Eropa Bakal Flat

Headline
INILAH.COM, London - Pada perdagangan Jumat (30/12) atau kunci tahun 2011 saham Eropa diprediksi dibuka datar disebabkan data positif dari Amerika Serikat yang mengurangi kekhawatiran ekonomi global.

Reuters melaporkan indeks FTSE diprediksi akan naik 6 poin, DAX naik 7 poin, dan CAC naik 8 poin, di mana perdagangan diperkirakan kan tipis.

Media Spanyol melaporkan pemerintah Spanyol disarankan untuk memangkas pengeluaran publik sebesar 30% saat ini ke sekitar 8 miliar Euro ($ 10,4 miliar).

Koran Spanyol 'Expansion' melaporkan pemotongan juga sedang dicari dalam anggaran umum dan diperkirakan langkah-langkah penghematan pertama ini akan disahkan pada rapat kabinet Jumat.

China terus menjadi perhatian bagi investor seperti data PMI dari HSBC yang mengungkapkan bahwa aktivitas pabrik menyusut pada bulan Desember dan perekonomian berada di jalurnya, di mana terjadi perlambatan untuk empat kuartal berturut-turut. China juga mengumumkan rencana ke depan untuk berusaha meningkatkan program eksplorasi.

Enam sektor berhasil mengangkat IHSG 0,24%

JAKARTA. Pada sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan berhasil ditutup positif. Indeks maju 9,3 poin atau 0,24% ke 3.818,07. Selama perdagangan, tercatat volume transaksi mencapai 3,34 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 1,14 triliun dengan frekuensi transaksi sebanyak 34.019 saham.

Bursa terlihat sepi dari transaksi. Enam sektor berhasil mencatat kenaikan. Yang terbesar adalah basic industry sebesar 1,26% kemudian saham consumer goods 0,85% lalu di posisi tiga ada manufaktur yang naik 0,69%.

Empat sektor terekam negatif dan dipimpin oleh agrikultur yang amblas 0,63%, infrastruktur 0,4% dan konstruksi 0,21%.

Jajaran top gainers berdasarkan persentase kenaikan diisi oleh saham-saham lapis dua seperti PT Chandra Asri Tbk (TPIA) 13,65%, PT Nipress Tbk (NIPS) 13,48% dan PT Bank Himpunan Saudara tbk (SDRA) 9,52%.

Top losers juga diduduki oleh saham baris kedua seperti PT Pioneerindo Gour Tbk (PTSP) 13,04%, PT Multibreeder Adira Tbk (MBAI) 6,92% dan PT Multifiling Mitra Ind Tbk (MFMI) 6,52%.

Ikuti Regional, IHSG Sesi I Ditutup Naik 0,24%

INILAH.COM, Jakarta - Pada perdagangan sesi I Jumat (30/12) akhir tahun, IHSG ditutup naik 0,24% ke 3.818,07.

Penguatan indeks siang ini seiring penguatan saham regional dan efek window dressing yang dimulai sejak sesi ke-2 perdagangan kemarin.

Di Asia, kecuali STI yang turun 0,20%, semua saham naik. Shanghai naik 0,82%, Hang Seng naik 0,37%, KLSE naik 0,31%, Nikkei naik 0,42%, sedang pasar Korea libur. Penguatan saham Asia ini disebabkan sentimen positif dari bursa global semalam. Namun demikian, minimnya sentimen baru di bursa Asia diperkirakan akan membuat bursa Asia bergerak sideways di perdagangan akhir tahun ini.

AS berhasil ditutup menguat sekitar 1% semalam seiring rilis beberapa data ekonomi AS yang lebih baik dari ekspektasi pasar seperti data pending home sales, initial jobless claims dan Chicago business barometer membuat optimisme investor kembali pulih terkait pertumbuhan ekonomi AS. Bursa Eropa juga ditutup menguat semalam seiring keberhasilan Italia melakukan lelang surat utang jangka panjang dengan suku bunga yang lebih rendah dari yield obligasi yang telah beredar.

Sebanyak 107 saham naik siang ini, 90 saham turun, sementara 102 saham masih stagnan. Indeks LQ45 sesi I ditutup naik 0,26% ke level 672,88, sedang JII naik 0,40% ke level 536,34.

Volume perdagangan siang ini sebanyak 1,07 miliar saham dengan nilai transaksi Rp703,88 miliar. Asing tetap berada di pasar hingga siang ini dengan mencatatkan net foreign buy sebesar Rp63,91 miliar.

Saham-saham yang naik tajam siang ini adalah NIPS naik 13,47%, DSSA naik 4,09%, IMAS naik 2,88%, UNVR naik 2,16%, TPIA naik 13,64%, dan GGRM naik 0,48%.

Data Ekonomi AS Positif, Saham Asia Dibuka Naik

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Pada perdagangan akhir tahun 2011, pasar Asia diawali dengan penguatan mengikuti Wall Street setelah beberapa data ekonomi AS positif.

Tetapi perdagangan sangat tipis menjelang akhir pekan panjang. Saham AS reli pada hari Kamis, S&P 500 kembali ke wilayah positif di penghujung tahun 2011 akibat sinyal yang lebih positif pada ekonomi AS.

Reuters melaporkan benchmark Jepang Nikkei average naik pada hari Jumat setelah data ekonomi yang orpimis dari Amerika Serikat, meskipun masih pada jalur untuk kerugian dua digit tahun ini, penurunan tahun kedua berturut-turut dan yang terburuk sejak 2008. Nikkei naik 0,5 persen ke 8.440,67, sementara Topix naik 0,4 persen menjadi 724,83.

Sepanjang tahun ini, Nikkei telah kehilangan 17,5 persen dan Topix turun lebih dari 19 persen, sebagian terkena triple bencana gempa bumi, tsunami, krisis nuklir, dan penguatan yen.

Saham Australia juga terdorong lebih tinggi setelah beberapa data ekonomi AS yang positif mengangkat Wall Street, tetapi perdagangan tipis dan pasar tetap di jalur untuk akhir 2011, turun 14 persen, menandai kerugian tahunan back-to-back pertama dalam 30 tahun akibat investor menyingkir dari aset berisiko. S&P/ASX 200 indeks naik 6,2 poin atau 0,15 persen ke 4.077,3, tapi volume sangat tipis dengan kebanyakan investor bepergian minggu ini. Benchmark Selandia Baru NZX 50 indeks naik 0,3 persen ke 3.257,1.

Anehnya, sektor toko eceran discretionary Australia babak belur bukanlah pelaku terburuk tahun 2011 dengan penurunan 22,4 persen akibat konsumen melakukan lebih banyak saving ketimbang membeli. Pecundang terbesar adalah sektor bahan, yang turun 25,2 persen selama tahun ini karena harga komoditi yang surut dari puncak mereka. Bank-bank besar membantu meminimalkan kerugian dalam indeks sektor keuangan ke 9,8 persen untuk tahun ini. Pasar Australia akan tutup lebih awal pada hari Jumat, yaitu pada pukul 2 p.m (03.00 GMT) menjelang akhir pekan tiga hari libur untuk hari tahun baru.

Pasar di Korea Selatan ditutup untuk hari libur umum.

Bursa Waspada, Harga Minyak Masih Liar

INILAH.COM, Jakarta - Harga minyak, yang pekan ini kembali menguat, benar-benar membuat frustasi para pelaku di pasar modal. Betapa tidak? Gara-gara si emas hitam yang sulit dipegang buntutnya ini, banyak prediksi yang gugur di tengah jalan.

Itu sebabnya, ketika Kamis ini (29/12) indeks menguat 21,52 poin (0,57%) ke level 3.790,73, para analis pun tidak segera memberi kesimpulan bahwa pasar telah bullish. Soalnya, menurut mereka, pergerakan harga minyak bisa membalikan keadaan dalam waktu yang sangat singkat.

Seperti diketahui, Selasa kemarin Irak untuk telah mengeluarkan ancaman untuk memblokade selat Hormuz. Setiap hari, pengiriman minyak melalui selat ini mencapai 15,5 juta barel.

Ancaman yang disampaikan Wakil Presiden Iran Mohammad Reza itu keluar setelah sebelumnya Amerika dan Eropa menyatakan akan mengembargo minyak dari negara penghasil minyak kedua terbesar di dunia itu. Akibatnya, di bursa NYMEX, harga kontrak minyak jenis West Texas langsung melejit di atas US$ 100 per barel.

Bagi pelaku pasar modal, lonjakan harga minyak ini bisa dipandang dari dua sisi. Pertama, kejadian ini dapat berdampak positif terhadap emiten sektor komoditi karena harganya akan ikut terdongkrak oleh harga minyak. Tapi, di sisin lain, negara industri akan berupaya agar harga minyak di bawah US$ 100 per barel.

Kekuatan inilah yang membuat harga minyak tidak selalu berada di posisi menanjak. “Harga minyak bisa naik turun dengan cepat karena permainan para spekulan,” kata seorang analis Kresna Securities.

Tak mudak ditebak, memang. Namun, jangan dilupakan, pasar saham juga bakal dikelilingi sentimen positif. Selain didorong aksi window dressing dan January Effect, indeks juga diperkirakan akan menguat akibat ditopang kenaikan harga komoditas.

Karena itu, sejumlah analis merekomendasikan untuk mengoleksi saham seperti PT Medco Energy (MEDC), PT Gas Negara (PGAS) dan PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA). Selain itu, sektor yang berkaitan dengan penurunan tingkat suku bunga juga layak dipertimbangkan investor. Misalnya, PT Astra Internasional (ASII), PT Bakrie Development (ELTY) dan PT Holcim (SMCB).

Meski banyak pilihan, tetapi investor dianjurkan untuk tetap waspada. Alasannya, ya itu, harga minyak bisa berubah setiap saat tanpa dapat diperkirakan sebelumnya. [mdr]

Jelang Akhir Tahun, Wall Street Bertenaga Lagi

Headline
INILAH.COM, New York - Bursa saham Amerika Serikat bergerak rally pada perdagangan saham Kamis (29/12) sehingga indeks S&P 500 kembali ke area positif.

Hal itu dipengaruhi signal positif pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Indeks Dow Jones naik 135,63 poin atau 1,12% ke level 12.287,04. Indeks S&P 500 naik 13,38 poin atau 1,07% ke level 1.263,02. Indeks Nasdaq naik 23,76 poin atau 0,92% ke level 2.613,74.

Krisis utang Eropa telah menjadi perhatian pelaku pasar Amerika Serikat pada 2011. Hasil reaksi obligasi jangka panjang Italia merupakah tanda mengingatkan pasar obligasi mengenai krisis zona Euro. Dengan perdagangan kecil, hanya beberapa investor meninggalkan sementara bursa meski begitu, indeks S&P apakah ditutup positif atau tidak pada 2011. Saat ini naik 0,4% pada 2011. "Saham bergerak naik, di mana 1.260 untuk S&P agar ditutup positif tahun ini," ujar Senior Market optionsXpress.com Joe Cusick, seperti dikutip yahoofinance.com.

Sektor perbankan mencatatkan kenaikan besar. JP Morgan Chase and Co naik 2,4% ke level US$33,42. Indeks sektor keuangan S&P naik 1,6%. Sementara sektor capital goods naik 1,3%. Saham Caterpillar naik 1,4% ke level US$90,58. Saham Alcoa naik 1,3% ke level US$8,63.

Penguatan sektor saham seperti bank, material dan industri diharapkan menjadi katalis positif untuk penutupan saham pada akhir tahun 2011. Yield obligasi Italia pun memecahkan rally pada lima hari ini. Meski begitu, yield obligasi Italia hampir mendekati 7%.

Sentimen lain mempengaruhi bursa saham, setelah euro menghapuskan kerugian dari dolar AS. Euro kembali naik setelah 15 bulan. Selain itu, penundaan penjualan perumahan di Amerika Serikat menurun pada November. Hal itu menandakan ada pemulihan di perumahan. Indeks home builders naik 4,3%.

Aktifitas pabrik juga tumbuh di US Midwest pada Desember, seperti laporan pembelian meningkat seiring harga dan pegawai. Meski begitu, produksi masih rendah. Sisi lain, initial claim untuk jobless benefits naik dari lebih yang diharapkan. Data ekonomi termasuk perumahan cukup memberi sentimen positif untuk saham. Data lain yang ditunggu yaitu data payroll.

Volume perdagangan saham sekitar 4,16 miliar saham di bursa saham New York, NYSE Amex, dan Nasdaq di bawah rata-rata harian 7,9 miliar saham. [cms]

Investor Menunggu 'January Effect'

INILAH.COM, Jakarta - Tak hanya manusia, pasar modal pun tampaknya sudah terpengaruh oleh liburan akhir tahun. Menjelang tutup tahun 2011, hampir seluruh pasar modal di Asia mencatat penurunan transaksi.

Kalau pun ada, itu umumnya berupa aksi jual yang dilakukan investor asing untuk mengamankan kekayaannya. Itu sebabnya, walau pun jumlahnya tidak terlalu besar, hampir seluruh pasar modal di kawasan Asia mencatat penurunan indeks.

Namun tidak demikian dengan Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah hari Selasa dan Rabu mengalami penurunan, kali ini indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatat kenaikan 21,52 poin (0,57%) ke level 3.790,57.

Beberapa analis sependapat, aksi profit taking yang terjadi beberapa hari lalu telah berakhir. “Kini mereka mulai belanja lagi, karena akhir tahun ini dan awal tahun depan akan banyak kabar baik yang berembus ke pasar modal dalam negeri,” kata Kiswoyo Adi Joe, analis dari Askap Futures.

Lantas, apa yang akan terjadi setelah liburan akhir tahun? Sebenarnya ada beberapa faktor yang bias membuat kondisi pasar kembali bullish. Salah satunya adalah momentum Januari effect, dimana para investor akan membeli saham dalam jumlah besar. “Ini berpotensi mendorong kenaikan indeks,” kata Kiswoyo. Makanya, ia berani meramalkan indeks di pasar modal Asia lainnya akan bergerak naik selama Januari.

Tentu saja, investor asing tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Nah, dalam kondisi seperti itu, para analis menyarankan investor mengoleksi saham tambang dan properti. Meroketnya harga minyak diperkirakan bakal mendongkrak saham tambang seperti PT Medco Energy (MEDC) dan PT Bumi Resources (BUMI).

Saham properti juga diyakini akan menjadi incaran investor setelah terbitnya Undang-undang Pertanahan. Tak sedikit pula analis yang menyarankan untuk menubruk saham-saham unggulan seperti PT Telkom (TLKM). [mdr]

Pinjaman Antar Bank Eropa Ketat, Rupiah Lesu

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (30/12) diprediksi melemah. Ketatnya pinjaman antar bank di Eropa jadi pemicunya.

Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi pelemahan rupiah hari ini salah satunya dipicu oleh pudarnya optimisme pasar pada hasil lelang obligasi Italia sebelumnya di mana terjadi penurunan yield hampir setengahnya dari 6,5% ke level 3,25%. Menurutnya, pudarnya optimisme itu akibat kepanikan investor terhadap laporan dari European Central Bank (ECB) di mana perbankan enggan memberikan pinjaman antar bank.

Kondisi itu, lanjut Christian, sempat ditakutkan memicu lonjakan yield obligasi Italia ke atas 7% sehingga memicu sentimen pengalihan risiko. Karena itu, jika rupiah tembus area konsolidasinya di level 9.180 berpotensi mencetak level terlemahnya yang baru di level 9.240. "Rupiah cenderung melemah dalam kisaran 9.095-9.180 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.

Untungnya, kata dia, yield obligasi Itala hasil lelang, pada Kamis (29/12) petang WIB, dengan tenor 10 tahun melandai ke 6,98% pada Desember dari 7,56% pada November 2011. "Tapi, level ini masih tinggi sehingga tetap jadi tekanan bagi rupiah," ungkapnya.

Namun demikian, menurutnya, pelemahan rupiah hanya bersifat jangka pendek. Sebab, volatilitas rupiah masih tinggi sehingga swing ke level penguatan pun terbuka lebar. Di sisi lain, dolar AS menguat juga karena sentimen jangka pendek.

"Sebab, jika melihat prospek ekonomi Indonesia yang masih bagus dan sesuai ekspektasi akan ada up-grade rating utang seiring data makro ekonomi yang solid. Karena itu, pelemahan rupiah justru jadi kesempatan untuk beli karena ke depannya berpeluang kembali menguat," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (29/12) ditutup melemah tajam 73 poin (0,80%) ke level 9.143/9.153 per dolar AS.

'Efek Januari', Siapkan Saham Perbankan & Properti

INILAH.COM, Jakarta – IHSG pada Jumat (30/12) diprediksikan tertunda kenaikannya, meski ada indikasi terjadi January effect. Beli saham perbankan dan properti berikut, untuk dijual pada Januari mendatang.

Analis pasar modal HD Capital Yuganur Wijanarko memprediksikan, window dressing kemungkinan besar sudah tak terjadi lagi. Namun ada indikasi besar akan terjadi January effect yang berarti penundaan kenaikan bursa saham domestik.

“Kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertunda karena tidak terjadi window dressing akhir tahun yang maksimal,” ujarnya, kepada INILAH.COM.

Terutama lanjut Yuganur, biasanya karena fund manager atau investor institusi sudah mulai masuk lagi ke pasar dan menyusun portfolio baru. Di dalam portfolio tersebut termasuk saham-saham Indonesia.

“Bobotnya bisa meningkat karena rating investment grade dan kinerja kuartal empat yang baik,” tutur Yuganur.

Pada hari terakhir perdagangan ini, IHSG dijaga agar tidak terkoreksi terlalu dalam. Sehingga support terlihat kuat di level 3.750. Pada 2012, jika IHSG bertahan dalam rentang 3.750-3.830, maka bisa menembus level 4.000.

“Ini bisa terjadi, bersamaan dengan January effect,” lanjutnya.

Untuk mempertahankan pasar, akan difokuskan pada saham-saham berkapitalisasi besar seperti Astra International (ASII) yang akan menjadi semacam window dressing skala kecil. Dengan tujuan untuk mempertahankan pasar, bukan mempercantik portfolio.

Dalam kondisi seperti ini, Yuganur merekomendasikan saham perbankan seperti Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Serta sektor properti Alam Sutera (ASRI), Bukit Sentul (BKSL) dan Bakrieland (ELTY).

“Beli saham-saham di atas, untuk dijual kembali pada Januari,” tandasnya.

Inilah Menu Saham Akhir Pekan

INILAH.COM, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini. Empat saham rekomendasi analis layak untuk dikoleksi hari ini.

Analis Sinarmas Sekuritas James Wahyudi menyatakan, IHSG berpotensi menguat pada perdagangan Jumat (30/12). "Secara teknikal indeks diperkirakan akan bergerak menguat dengan kisaran 3.780-3.840," tuturnya dalam keterangan tertulis kepada INILAH.COM di Jakarta, Kamis (29/12) malam.

Ia melanjutkan, sentimen pengumuman data initial jobless claims AS dan hasil lelang obligasi jangka panjang Italia menjadi pecut terhadap pergerakan indeks.

Adapun saham-saham yang dapat diperhatikan untuk perdagangan hari ini (day trading) berdasar rekomendasinya adalah saham United Tractors (UNTR), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), saham Indosat (ISAT), dan saham Bank Jabar Banten (BJBR).

Wall Street Menguat Lebih 1% Berkat Data Positif

Jakarta - Bursa Wall Street kembali menguat dengan kenaikan sekitar 1% berkat data yang memberikan sinyal trend positif pada perekonomian. Investor melupakan sejenak perkembangan krisis Eropa yang masih tak menentu.

"Kita telah melihat trend yang cukup menggembirakan pada data perekonomian AS dalam 2 bulan terakhir," ujar Peter Jankovskis, co-chief investment officer OakBrook Investment seperti dikutip dari Reuters, Jumat (30/12/2011).

"Jika trend itu terus berlanjut, hal itu akan memberikan dukungan yang baik dan mungkin beberapa momentum untuk menguat," tambahnya lagi.

Data yang cukup menggembirakan antara lain angka penjyalan rumah AS yang naik ke titik tertingginya dala, 1,5 tahun terakhir selama November, sementara aktivitas pabrikan naik melebihi ekspektasi selama Desember.

Pada perdagangan Kamis (19/12/2011), indeks Dow Jones industrial average ditutup menguat hingga 135,63 poin (1,12%) ke level 12.287,04. Indeks Standard & Poor's 500 juga menguat 13,38 poin (1,07%) ke level 1.263,02 dan Nasdaq menguat 23,76 poin (0,92%) ke level 2.613,74.

Reli itu menyebabkan indeks S&P 500 menguat 0,4% selama tahun 2011. Perdagangan di Wall Street tersisa 1 hari lagi untuk tahun 2011 ini.

(qom/qom)