Selasa, 03 April 2012

Data Manufaktur Topang Penguatan Wall Street

Headline
INILAH.COM, New York - Bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat padaperdagangan saham Senin (2/4/2012) didukung dari data manufaktur Amerika Serikat dan China yang membantu mendukung prospek pertumbuhan ekonomi.

Indeks Dow Jones naik 52,45 poin atau 0,40% menjadi 13.264,49. Indeks S&P500naik 10,43 poin atau 0,74% ke level 1.418,90. Indeks Nasdaq naik 28,13 poin atau0,91% ke level 3.199,70.

Penutupan saham indeks S&P tertinggi sejak pertengahan Mei 2008. Indeks Dow tertinggi sejak 31 Desember 2007. Sementara indeks Nasdaq naik sejak akhir 2.000. Indeks US Institute for Supply Management naik menjadi 53,4 atau melebihi perkiraan.Indeks purchasing managers China ke level tertinggi dalam 11 bulan. "Ada yangkhawatir bahwa data kuartal pertama hanya kuat karena cuaca musim dingin ringan.Tapi ISM menunjukkan kekuatan ini lebih sedikit daripada yang diantisipasi. Selain itu China PMI telah meredakan kekhawatiran, " ujar Mark Luschini, ChiefInvestment Strategist Janney Montgomery Scott, seperti dikutip dari yahoofinance.

Data ekonomi tersebut membantu mengangkat saham energi dan basic material karena harga minyak mentah dan komoditi naik. Saham Chevron naik 1% menjadi US$108,30. Indeks sektor saham material S&P naik 1,4%, sementara saham Alcoa Inc mendorong kenaikan Dow Jones. Saham Alcoa naik 1,5% ke level US$10,17.

Perusahaan Coty Inc menawarkan untuk membeli Avon Products Inc dengan US$23,25 per saham, dengan 20% di atas harga premium pada penutupan Jumat lalu. Saham Avon naik 17,3% ke level US$22,70. Saham Apple Inc membantu mengangkat Nasdaq naik 3,2% menjadi US$618,63. Saham Home Depot Inc turun 0,6% menjadi US$449,99.

Selain itu, sebuah laporan di Eropa menunjukkan sektor manufaktur di kawasan Eropa menyusut pada Maret. Sehingga itu menjadi sorotan kesulitan ekonomi di zona Euro. Sedangkan pasar ekuitas akan ditutup tutup untuk liburan Jumat Agung yang dapat menciptakan volume lebih ringan dan meningkatkan volatilitas minggu ini. Meskipun libur, pemerintah akan merilis laporan payroll pada Jumat ini. Sehingga membuat investor ragu-ragu untuk mengambil langkah besar menjelang pengumuman data.

Volume perdagangan saham sekitar 6,46 miliar saham yang diperdagangkan di bursa saham New York, American Stock Exchange, dan Nasdaq di bawah rata-rata harian tahun lalu sekitar 7,84 miliar saham. [cms]

Harga emas tersetir dollar AS

Harga emas tersetir dollar AS
JAKARTA. Harga emas masih fluktuatif. Setelah sempat menanjak pekan lalu, emas sempat terperosok lagi ke kisaran US$ 1.654,9 per troy ounce (toz), Kamis (29/3).
Banderol harga logam mulia itu menguat 1,02% menjadi US$ 1.671,9 per toz, menutup pekan lalu. Namun, membuka bulan April, emas kembali terkoreksi tipis ke posisi
US$ 1.667,3 per toz.

Ariston Tjendra, Kepala Riset Monex Investindo Future, melihat, dorongan kenaikan harga emas sejatinya sudah muncul saat ini kendati masih bermain di area konsolidasi. “Pergerakan dollar Amerika Serikat (AS) menjadi faktor utama penggerak harga emas,” ujar dia, seperti dikutip dalam riset mingguan yang diterima KONTAN, Senin (2/4).

Sepekan ini, harga emas dia prediksi akan bergerak di rentang US$ 1.659-US$ 1.674 per toz. Jika naik hingga menyentuh US$ 1.674, maka harga emas bisa ngebut lebih tinggi lagi hingga US$ 1.684.

Namun, jika logam mulia itu jatuh lagi ke level US$ 1.659, maka emas bisa terlempar lagi ke kisaran US$ 1.645.

Wahyu T. Laksono, pengamat komoditas dan valuta, menuturkan, harga emas beberapa pekan ini memang tengah konsolidasi. Ketika pasar meragukan kelanjutan stimulus moneter lanjutan AS, daya tarik emas langsung pudar.

Februari lalu, ketika spekulasi tersebut meruyak, harga emas jatuh hingga US$ 100. Demikian halnya ketika pernyataan The Federal Reserves 26 Maret lalu memicu spekulasi kelanjutan quantitative easing AS, emas bangkit meski tidak dramatis.

Wahyu menilai, saat ini harga emas secara teknikal cenderung melemah. “Moving Average Convergence Divergence menurun. Stochastic juga menurun, usai menyentuh level 50,” ujar dia.
Selama pekan ini, hitungan Wahyu, emas akan berkisar US$ 1.600-US$ 1.700. Emas akan sulit kembali menjadi US$ 1.800, di waktu dekat.

Dollar AS memang menjadi penyetir utama arah harga emas. Sepanjang kuartal I lalu, emas sudah menanjak 6,7%. Sedangkan dollar AS melemah 1,5% terhadap enam mata uang utama dunia.

Mengutip survei Bloomberg, 14 dari 21 dealer U.S. Treasuries, memprediksi The Fed akan membutuhkan quantitative easing untuk mempercepat pemulihan perekonomian AS. “Jika The Fed melakukan quantitative easing tahun ini, ditambah melonjaknya defisit fiskal dan tergerusnya mata uang dollar AS dibanding mata uang dunia lainnya, maka emas akan menjadi investasi pokok,” ungkap Loan Smith, Direktur Knight Capital Europe.

Indeks Manufaktur AS Siap Dongkrak Rupiah

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (3/4/2012) diprediksi menguat. Positifnya indeks manufaktur AS menjadi katalisnya.

Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi penguatan rupiah hari ini terutama didukung oleh rilis indeks manufaktur AS semalam yang sudah diprediksi membaik. Angkanya diprediksi naik 53 untuk Maret 2012 dari bulan sebelumnya 52,2.

Secara historis, lanjut Firman, jika data manufaktur dirilis positif, efek positifnya bisa berlangsung dua hari. "Karena itu, rupiah cenderung menguat dalam kisaran 9.100 hingga 9.160 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Dia menegaskan, rupiah masih memiliki ruang penguatan. Tapi, ruang penguatan tersebut sedikit tipis. "Sebab, pagi ini pasar dihadapkan pada pengumuman suku bunga Reserve Bank of Australia (RBA)," ujarnya.

Firman menjelaskan, meski Australia sudah diprediksi akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25%, pernyataan dari Bank Sentral yang akan dirilis pagi ini sudah diprediksi bersifat dovish (pro kebijakan suku bunga rendah). "Karena itu, meski suku bunga RBA dipertahankan, ada potensi penurunan suku bunga ke depannya," paparnya.

Selain itu, pasar juga mencemaskan potensi pelemahan nilai tukar dolar Australia yang berada pada level tinggi (jenuh beli). "Kondisi ini, akan memberikan sentimen negatif terhadap rupiah sehingga penguatannya jadi terbatas secara umum," imbuh Firman.

Tapi, rupiah bisa menguat tipis. Sebab, bagusnya data manufaktur mulai dari China, Jepang, Inggris, Uni Eropa, Kanada dan AS bisa memberikan sentimen positif bagi bursa saham global dan seharusnya bisa turut berimbas positif bagi rupiah. "Karena itu, kecenderungan rupiah jadi menguat tipis," paparnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (2/4/2012) ditutup menguat 9 poin (0,09%) ke level 9.130/9.145.

Dominasi yen belum akan bangkit

Dominasi yen belum akan bangkit
JAKARTA. Pamor yen Jepang (JPY) sepanjang kuartal I-2012 terpuruk. Di antara 10 valuta negara-negara maju, yen tercatat sebagai valuta dengan performa terburuk.
Pelemahan yen mencapai 10,4% dalam tiga bulan terakhir. Otot yen di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) misalnya, melemah ke level terendah setahun di level 84,18 di pertengahan Maret lalu.

Bank of Japan (BoJ) membanjiri pasar dengan stimulus hingga ¥ 10 triliun agar yen bertahan melemah. Pelemahan yen disengaja agar kinerja ekspor Jepang tidak terganggu.
Para eksportir Jepang berharap pelemahan yen tetap berlangsung. Akio Toyoda, Presiden Toyota Motor Corporation, salah satunya, meminta yen untuk diperlemah lagi untuk membantu ekspor Jepang.

"Yen yang melemah adalah hal yang baik untuk eksportir, tapi level USD/JPY sekitar 80-an masih sebuah hal yang sulit," imbuh Takashi Okuda, Presiden Sharp.
Namun, BoJ sendiri tidak ingin pemerintah terlalu bergantung pada kemampuannya mencetak uang. "Ada batasan terhadap apa yang bisa dilakukan BoJ, menuntut pelemahan kurs yen adalah harapan kosong belaka," kata Yuuki Sakurai, CEO di Fukoku Capital Management.
Para eksportir Jepang, menurut Sakurai, lebih baik menyusun strategi dan rencana bisnis, berdasarkan nilai tukar yen di saat ini.

Para analis memangkas prediksi harga yen terhadap dollar AS di kuartal ketiga hingga 6%. Harga dollar AS diperkirakan bertahan sekitar 84 yen, hingga akhir tahun ini.
"BoJ sudah memulai awal yang baik, tapi untuk melanjutkannya dibutuhkan keadaan ekonomi Amerika yang baik dan kemungkinan pelonggaran kebijakan tanpa akhir di Jepang," ujar Shahab Jalinoos, Senior Currency Strategist UBS AG, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Prediksi UBS, nilai tukar yen akan melemah, hingga USD/JPY mendekati kisaran 85-an, dalam enam bulan mendatang. Hari ini, pamor yen secara teknikal masih kalah dibandingkan valuta dunia lain.