Selasa, 22 Februari 2011

Emas, Minyak Melonjak Gara-gara Libya, Bursa Saham Terpukul

London - Harga minyak mentah dunia melonjak ke titik tertingginya dalam 2,5 tahun terakhir dipicu kerusuhan di Libya yang semakin memanas. Kondisi tersebut langsung memukul indeks saham di berbagai belahan dunia, sementara emas makin berkilau.

Pada perdagangan Senin (21/2/2011), minyak Brent tercatat melonjak hingga 2,50 dolar menjadi US$ 105 per barel, yang merupakan titik tertinggi dalam 2,5 tahun terakhir.

Bursa-bursa Eropa pun langsung berguguran.
  • Indeks FTSE 100 London merosot 1,12% ke level 6.014,8.
  • Indeks DAX Frankfurt merosot 1,41% ke level 7.321,81.
  • Indeks CAC Paris turun 0,44% ke level 4.097,41.
Bursa Wall Street tercatat masih libur perdagangan pada Senin kemarin.

Saham-saham di Eropa merosot dipicu oleh kombinasi masalah lonjakan harga minyak dan tanda-tanda terus naiknya suku bunga serta bukti-bukti laporan keuangan yang tidak terlalu baik.

Melonjaknya harga minyak mentah dunia akan memicu inflasi, yang saat ini menjadi perhatian utama investor global.

"Situasi di Libya sepertinya cukup buruk dan kita melihat aliran dana ke investasi safe-haven karena itu," ujar ALan McQuaid, kepala ekonomi Bloxham Stockbrokers seperti dikutip dari Reuters, Selasa (22/2/2011).

Selain harga minyak, komoditas lain yang melonjak adalah emas. Harga logam mulia ini tercatat melonjak hingga 1% menembus lagi US$ 1.400 per ounce. Investor berlomba-lomba mengalihkan investasinya ke tempat yang aman dari inflasi seperti emas.

Di pasar Spot, harga emas melonjak hingga US$ 1.408,20 per ounce dan sempat menemus US$ 1.405,23. Harga emas naik 16,65 dolar (1,2%) dibandingkan penutupan sebelumnya. Hraga emas berjangka pengiriman April naik hingga 18,40 dilar ke level US$ 1.407,10.

"Aksi demonstrasi dan kekhawatiran di negara tersebut (Libya) meningkat. Lihat betapa mudahnya emas menembus US$ 1.300, US$ 1.395 dan sekarang level psikologis US$ 1.400. Sepertinya tidak ada orang yang mencari harga emas yang lebih rendah," ujar Bayram Dincer, analis dari LGT Capital Management.

Seperti diketahui, situasi di Libya saat ini semakin tak terkendali. Para demonstran telah menguasai sejumlah pangkalan militer, senjata dan tank-tank tempur. Putra pemimpin Libya, Muammar Khadafi, Saif al-Islam Gaddafi pun mengingatkan, perang saudara di negeri itu akan menghancurkan kekayaan minyak Libya. Puluhan orang dikabarkan tewas karena situasi yang semakin memanas itu.
(qom/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar