Selasa, 26 Juli 2011

Bursa Saham Regional Dukung IHSG Tembus 4.100

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan tembus level baru ke 4.132,77 pada perdagangan saham Selasa (26/7) atau naik 1,12%. Kenaikan IHSG didukung dari penguatan bursa saham regional dan kinerja emiten sektor properti dan alat berat cukup bagus.

Hal itu disampaikan Kepala Riset PT Sinarmas Sekuritas, Jeff Tan, saat dihubungi INILAH.COM, Selasa (26/7). "Kenaikan IHSG selain didukung oleh bursa regional Asia juga oleh kinerja emiten yang cukup memuaskan terutama di sektor properti dan sektor alat berat," ujar Jeff.

Lebih lanjut ia mengatakan, ada kecenderungan investor asing untuk melirik sektor properti dikarenakan oleh pertumbuhan KPR dan kenaikan harga real properti. Jeff memprediksikan, sektor properti akan mendorong kenaikan IHSG pada 2011.

Dengan IHSG mencatatkan level mencapai 4.100, Jeff menyarankan, investor agar lebih seletif berinvestasi. Investor disarankan memilih sektor saham dengan prospek bagus dan masih mempunyai valuasi yang wajar.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 11,59% year to date menjadi 4.132,77 di regional pada Selasa (26/7) dari level 3.703,51 pada 30 Desember 2010. Kenaikan indeks saham disusul bursa saham Thailand sebesar 8,61% ke level 1.121,630, dan bursa saham Korea naik 5,74% ke level 2.168,70.

Kapitalisasi pasar saham BEI pun naik menjadi Rp3,721 triliun pada Selasa (26/7). Rata-rata transaksi harian sebesar Rp5,04 triliun pada 2011 sedangkan rata-rata transaksi per bulan menjadi Rp5,14 triliun. [hid]

Krisis Utang AS & Eropa Jadi Berkah Terselubung

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs dan IHSG kompak mencetak rekor baru sepanjang sejarah. Kecemasan pasar atas besarnya peluang gagal bayar AS akibat buntunya negosiasi di parlemen jadi berkah terselubung bagi pasar finansial RI.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu oleh pasar yang semakin cemas akibat belum tercapainya kata sepakat antara Partai Demokrat dengan Partai Republik soal program pemangkasan defisit fiskal negara adidaya itu. Pemangkasan itu sebagai syarat kenaikan batas atas utang AS.

Karena itu, lanjutnya, pasar mulai menjauhi aset-asset dolar AS sampai mendapat kejelasan lebih lanjut mengenai kompromi kenaikan batas atas utang AS. Dolar AS pun tertekan. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.495 dan 8.524 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (26/7).

Apalagi, menurut Firman, tadi pagi pernyataan Presiden AS Barack Obama memberikan indikasi tidak adanya kesepakatan antara Kongres dengan pemerintah. Semalam, masing-masing pihak juga masih keukeuh, bahwa proposal masing-masing adalah yang paling benar.

"Jadi, pasar melihat peluang besar buntu," ujarnya. Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (26/7) ditutup menguat 18 poin (0,21%) ke level 8.500/8.510 dari posisi kemarin 8.518/8.528.

Hanya saja, Firman menggarisbawahi, melihat risiko yang mungkin terjadi jika AS tidak menaikkan batas utang, seharusnya Parlemen AS tidak akan menunda masalah ini lebih lanjut. Kesepakatan itu, akan ditunda-tunda hingga batas akhir pada 2 Agustus 2011. Karena itu, market dibuat lebih bersabar.

"Jadi, pasar kelihatannya panik meskipun kalangan analis memperkirakan pada akhirnya Kongres AS bakal menyetujui kenaikan batas atas utang pada detik-detik terakhir sebelum deadline 2 Agustus 2011," ungkapnya.

Di sisi lain, ditambahkan Firman, stabilnya harga komoditas terutama minyak mentah dunia yang nyaris di level US$100 per barel, juga turut menopang penguatan rupiah. Lalu, rekor IHSG di level 4.132,777 juga turut mendongkrak mata uang RI ini.

Menurutnya, rekor tersebut menandakan investor di negara-negara maju sudah mulai beralih ke negara-negara berkembang yang prospeknya cukup positif dan dapat menghindari pengaruh buruk dari gejolak AS dan Eropa. "Indonesia menjadi satu kandidat tempat berlabuhnya para investor asing itu," tuturnya.

Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS turun ke level 73,635 dari sebelumnya 74,064. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4481 dari posisi sebelumnya US$1,4374 per euro," imbuh Firman.

Dari bursa saham, analis Panin Securities Purwoko Sartono mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG ^JKSE ditup menguat 45,68 poin (1,12%) dan mencetak rekor tertinggi baru dalam sejarah 4.132,777 dipicu rilis beberapa laporan keuangan emiten domestik. Menurutnya, sebagian menunjukan angka di atas ekspektasi dan sebagian dirilis sesuai ekspektasi.

Sementara itu, lanjutnya, dari bursa global, pasar masih dihinggapi ketakutan potensi gagal bayar Amerika Serikat jika hingga 2 Agustus 2011, Kongres belum mencapai kata sepakat soal kenaikan batas atas utang AS. Belum lagi soal krisis utang di Eropa. “Jadi, secara global belum ada berita positif yang menopang penguatan indeks,” ujarnya.

Tapi, negatifnya sentimen AS dan Eropa itu, imbuhnya, terhalau oleh positifnya pergerakan bursa regional Asia seperti Nikkei dan Hang Seng. Kondisi itu, juga dipicu oleh positifnya laporan keuangan untuk kuartal kedua 2011. “Apalagi, beberapa perusahaan besar di Jepang seperti Canon mencatatkan kinerja yang kinclong di atas ekspektasi,” ungkap Purwoko. [mdr]

EMTK Lunasi Saham IDKM Senilai Rp1,1 Triliun

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) pada 22 Juli 2011 telah menyelesaikan pembayaran saham Indosiar Karya Mandiri (IDKM) senilai Rp1,1 triliun.

Demikian dikutip dari keterbukaan informasi yang diterbitkan BEI, Selasa (26/7). Nilai tersebut untuk membayar saham IDKM di level Rp950 per saham.

Perseroan juga menjelaskan periode penawawarn tender wajib untuk 1.473.905.135 saham IDKM atau 72,76% telah berakhir pada 13 Juli lalu. Hasilnya, jumlah saham yang diperoleh perseroan dari hasil penawaran tersebut sebanyak 1.165.335.371 saham atau 57,53% saham IDKM.

Perseroan sebelumnya sudah memiliki saham IDKM sebanyak 551.708.684 saham atau 27,24% berdasarkan transaksi akuisisi saham IDKM dari PT PRima Visualindo pada 13 Mei 2011.

Indeks Futures akan Dorong Wall Street Positif

Headline
INILAH.COM, New York - Indeks futures menunjukkan akan bergerak naik yang mendukung indeks Wal Street pada perdagangan Selasa (26/7). Presiden Obama akan mendesak parlemen untuk komporomi menaikkan batas utang.

Dalam pidato Obama di televisi untuk menggalang dukungan publik, dia memperingkatkan kegagalan untuk meningkatkan batas pinjaman AS sangat merugikan bangsa. Krisis utang akan mendominasi pemberitaan hari ini. Sebab laporan data ekonomi cukup minim untuk dapat memberikan arahan lebih lanjut bagi pasar modal, demikian dikutip dari yahoofinance.com.

Hari ini ada rilis penjualan rumahn untuk bulan Juni dan pengumuman data kepercayaan konsumen bulan Juli. Sementara emiten yang mengumumkan laba sebelum pembukaan pasar adalah Ford Motor, UPS, 3M dan Gilead Sciences.

Ford akan dicermati investor dengan ekspektasi sinyal kebangkital industri otomitif AS. Ini dinilai sebagai barometer bagi perekonomian AS.

Sementara bursa saham Eropa bergerak negatif seperti indeks FTSE turun 0,2% ke 5.912, indeks DAX turun 0,2% ke 7.328 dan indeks CAC turun 0,8% ke 3.779. Sementara bursa Asia menguat seperti indeks Hang Seng naik 1,2% ke 22.572, indeks Nikkei naik 0,4% ke 10.097, indeks Shanghai naik 0,5% ke 2.703 dan indeks ASX naik 0,9% ke 4.573.

Cemas AS Gagal Bayar, Rupiah Perkasa di 8.500

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (26/7) ditutup menguat 18 poin (0,21%) ke level 8.500/8.510 dari posisi kemarin 8.518/8.528.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu oleh pasar yang semakin cemas akibat belum tercapainya kata sepakat antara Partai Demokrat dengan Partai Republik soal program pemangkasan defisit fiskal negara adidaya itu. Pemangkasan itu sebagai syarat kenaikan batas atas utang AS.

Karena itu, lanjutnya, pasar mulai menjauhi aset-asset dolar AS sampai mendapat kejelasan lebih lanjut mengenai kompromi kenaikan batas atas utang AS. Dolar AS pun tertekan. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.495 dan 8.524 sebagai level terlemhanya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (26/7).

Apalagi, menurut Firman, tadi pagi pernyataan Presiden AS Barack Obama memberikan indikasi tidak adanya kesepakatan antara Kongres dengan pemerintah. Semalam, masing-masing pihak juga masih keukeuh, bahwa proposal masing-masing adalah yang paling benar. "Jadi, pasar melihat peluang besar buntu," ujarnya.

Hanya saja, Firman menggarisbawahi, melihat risiko yang mungkin terjadi jika AS tidak menaikkan batas utang, seharusnya Parlemen AS tidak akan menunda masalah ini lebih lanjut. Kesepakatan itu, akan ditunda-tunda hingga batas akhir pada 2 Agustus 2011. Karena itu, market dibuat lebih bersabar. "Jadi, pasar kelihatannya panik meskipun kalangan analis memperkirakan pada akhirnya Kongres AS bakal menyetujui kenaikan batas atas utang AS pada detik-detik terakhir sebelum deadline 2 Agustus 2011," ungkapnya.

Di sisi lain, ditambahkan Firman, stabilnya harga komoditas terutama minyak mentah dunia yang nyaris di level US$100 per barel, juga turut menopang penguatan rupiah.

Lalu, rekor IHSG di level 4.132,777 juga turut mendongkrak mata uang RI ini. Menurutnya, rekor tersebut menandakan investor di negara-negara maju sudah mulai beralih ke negara-negara berkembang yang prospeknya cukup positif dan dapat menghindari pengaruh buruk dari gejolak AS dan Eropa. "Indonesia menjadi satu kandidat tempat berlabuhnya para investor asing itu," tuturnya.

Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS turun ke level 73,635 dari sebelumnya 74,064. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4481 dari posisi sebelumnya US$1,4374 per euro," imbuh Firman.

SDPC Berhasil Raup Laba Rp1,55 Miliar

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Millennium Pharmacon International Tbk (SDPC) berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,55 miliar pada Semester 1-2011 setelah merugi Rp435,71 miliar pada periode serupa 2010.

Pencapaian laba bersih di Semester 1-2011 ini disebabkan kenaikan laba usaha Perseroan menjadi Rp6,79 miliar dari Rp4,07 miliar pada Semester 1-2010. Penjualan bersih Semester 1-2011 juga naik menjadi Rp465,78 miliar dibanding periode yang sama 2010 sebesar Rp411,28 miliar. Beban usaha naik dari Rp32,57 miliar menjadi Rp35,09 miliar.

Kewajiban Perseroan di Semester 1-2011 juga naik menjadi Rp217,57 miliar dari Rp181,35 miliar pada periode serupa 2010. Sementara ekuitasnya naik dari Rp270,18 miliar menjadi Rp309,89 miliar.

UNTR Jual 4.333 Unit Alat Berat

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT united Tractor Tbk (UNTR) mencatatkan penjualan alat berat mencapai 4.333 unit pada semester pertama 2011 dibandingkan periode sama sebelumnya sebesar 2.732 unit.

Demikian seperti dikutip dari situs perusahaan pada Selasa (26/7). Volume penjualan Komatsu mencapai 742 unit untuk Juni 2011. Total penjualan mencapai 4.333 unit hingga semester pertama 2011. Adapun penjualan itu antara lain alat berat untuk pertambangan sebesar 2.949 unit pada semester pertama 2011 dibandingkan periode sama sebelumnya 1.601 unit, kehutanan sebesar 265 unit pada semester pertama 2011 dibandingkan periode sama sebelumnya 268 unit, alat berta untuk konstruksi sebesar 439 unit pada semester pertama 2011 dari periode sama sebelumnya 286 unit, dan penjualan alat berat untuk perkebunan sebesar 680 unit pada semester pertama 2011 dari periode sama sebelumnya 577 unit.

Sementara itu, produksi dan overbudden batu bara sebesar 39,9 juta ton pada semester pertama 2011 dari periode sama sebelumnya 37,7 ton pada semester pertama 2010.

Untuk produksi batu bara dari DEJ dan Tuah Turangga Agung dari 1,28 juta ton pada semester pertama 2010 menjadi 2,20 juta ton pada semester pertama 2011. Adapun penjualan batu bara Tuah Turangga Agung sebesar 127 ribu dan DEJ sebesar 288 ribu ton pada Juni 2011. [cms]

Prediksi kenaikan suku bunga bikin mata uang Asia perkasa atas dollar

Prediksi kenaikan suku bunga bikin mata uang Asia perkasa atas dollar
KUALA LUMPUR. Mayoritas mata uang Asia sore ini perkasa atas dollar AS. Kali ini, ringgit Malaysia dan won Korea Selatan memimpin penguatan. Salah satu penyebabnya, pasar berspekulasi kalau bank sentral Asia akan ramai-ramai menaikkan suku bunga acuan untuk menahan laju inflasi.

"Masih ada ruang bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan. Tidak hanya di Malaysia, melainkan di hampir seluruh negara Asia karena mengalami ancaman inflasi," jelas Nik M Khairul, currency trader Asian Finance Bank Bhd di Kuala Lumpur.

Asal tahu saja, ringgit Malaysia menguat 0,6% menjadi 2,9535 per dollar pada pukul 18.00 waktu Kuala Lumpur. Sementara, won Korea Selatan menguat 0,4% menjadi 1.051,95, rupe India menguat 0,4% menjadi 44,2275, peso Filipina menguat 0,4% menjadi 42,225, dan baht Thailand menguat 0,2% menjadi 29,71.

Sekadar tambahan informasi, ringgit menguat ke level paling perkasa sejak September 1997 setelah Bank Negara Malaysia bilang pihaknya akan fokus dalam menahan laju inflasi. Sementara, penguatan rupe yang mencapai level tertinggi dalam 12 minggu terakhir terjadi setelah bank sentral India menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bps, melebihi proyeksi analis.

Fundamental Indonesia menarik dana asing, rupiah kembali perkasa

Fundamental Indonesia menarik dana asing, rupiah kembali perkasa
JAKARTA. Rupiah sudah perkasa selama tiga hari belakangan. Faktor fundamental Indonesia yang kuat menjadi daya tarik masuknya dana asing ke dalam negeri. Selain itu, kian berlarutnya pembicaraan mengenai batasan utang AS membuat posisi dollar AS kian tertekan.

"Penguatan rupiah disokong oleh masuknya dana asing ke Indonesia. Sementara, dollar melemah karena investor tengah menanti keputusan antara dua partai AS mengenai batasan utang. Kongres AS harus meningkatkan batasan utangnya sehingga AS bisa memenuhi kewajibannya," jelas Mika Martumpal, currency analyst PT Bank Commonwealth kepada Bloomberg.

Pada pukul 16.17, rupiah menguat 0,2% menjadi 8.510 per dollar. Sebelumnya, rupiah sempat bertengger di posisi 8.507, yang merupakan level tertinggi sejak 8 Juni lalu. Sementara itu, Dollar Index yang mengukur kekuatan dollar terhadap enam mata uang utama dunia, melorot ke level terendah dalam enam minggu terakhir.

Aksi beli ASII, BBCA dan BMRI giring indeks torehkan rekor baru

JAKARTA. Investor telihat getol mengoleksi saham-saham bluechips pada perdagangan hari ini. Alhasil, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membukukan rekor baru di akhir perdagangan setelah reli 1,12% ke level 4.132,777.

Adapun, tiga bluechips yang paling banyak diburu hari ini dan berkontribusi besar mengangkat indeks, yaitu Astra International Tbk (ASII), Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Hingga penutupan perdagangan sore ini, ASII reli 2,07%, sementara BBCA naik 1,84%, dan BMRI melaju 1,95%.

Data Bloomberg menunjukkan, sejumlah 2,71 juta saham ASII yang ditransaksikan hari ini. Credit Suisse Securities Indonesia menempati posisi teratas broker dengan pembelian terbesar, yaitu mencapai Rp 140 miliar. Diikuti, UBS Securities Indonesia dengan pembelian Rp 36,55 miliar, dan Mandiri Sekuritas senilai Rp 18,52 miliar.

Volume BBCA yang diperdagangkan hingga sore ini mencapai 8,70 juta saham. Tiga broker yang tercatat paling banyak mengoleksi saham ini, yaitu Bahana Securities senilai Rp 31,79 miliar, UBS Securities Indonesia Rp 19,68 miliar, dan Credit Suisse Securities Indonesia sejumlah Rp 17,36 miliar.

Sementara, 31,4 juta saham BMRI ditransaksikan pada hari ini. Deutsche Securities Indonesia sebagai broker yang paling banyak memboyong saham ini, yaitu sebesar Rp 76,71 miliar. Lalu, UBS Securities Indonesia dengan nilai pembelian Rp 59,16 miliar, dan CLSA Indonesia sejumlah Rp 31,90 miliar.

Melejit 1,12%, IHSG kembali cetak rekor baru sore ini

 Melejit 1,12%, IHSG kembali cetak rekor baru sore ini
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melenggang sepanjang hari ini. Bahkan, IHSG berhasil menutup perdagangan hari ini dengan mencetak rekor baru setelah melejit 1,12% ke level 4.132,777.

Semua sektor melaju, dengan kenaikan terbesar tejadi pada sektor aneka industri sebesar 1,63%. Diikuti reli sektor industri dasar sebesar 1,62%, dan sektor pertambangan yang maju 1,44%.

Sebanyak 151 saham berhasil naik, berbanding 79 saham yang masih bertahan di zona merah. Sementara, 84 saham lainnya masih belum beranjak dari level penutupan kemarin.

Perdagangan hari ini diramaikan transaksi sebanyak 9,172 miliar saham. Adapun, nilai transaksinya mencapai Rp 6,281 triliun.

Saham-saham pengisis top gainers sore ini, diantaranya Tifa Finance Tbk (TIFA) yang meroket 24,64% ke Rp 430. Lalu, Argha Karya Prima Inds Tbk (AKPI) yang melejit 24,33% ke Rp 2.325, dan Capitalinc Investment Tbk (MTFN) yang reli 23,53% ke Rp 315.

Sementara, di posisi top losers terdapat saham Roda Vivatex Tbk (RDTX) yang tumbang 12,15% ke Rp 3.975. Diikuti, Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO) yang jatuh 10,89% ke Rp 900, dan Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) yang turun 9,64% ke Rp 750.

WINS kantongi kontrak dengan KPC senilai US$ 18 juta

JAKARTA. PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) melalui anak usahanya PT Wintermar, mengantongi kontrak dari PT Kaltim Prima Coal (KPC) senilai US$ 18 juta.

Kontrak tersebut berupa penyediaan kapal tunda jenis Azimuth Stem drive (ASD) berkemampuan manuver tinggi dalam membantu tambat dan lepas tambat kapal dry bulk berukuran hingga 220.000 dwt.

Manajemen WINS dalam keterbukaan informasi menyebut, perusahaan jasa angkutan lepas pantai ini bakal menyediakan tiga unit kapal baru untuk menjalankan kontrak dengan KPC. KPC merupakan perusahaan tambang batubara berlokasi di Kalimantan Timur.

Kontrak ini diperkirakan mulai berjalan pada kuartal keempat tahun ini.

Ekspektasi Kinerja Dorong IHSG Cetak Rekor Lagi

Headline
INILAH.COM, Jakarta - IHSG ditutup dengan rekor baru 4.132,777 dari tertinggi penutupan sebelumnya 4.106. Positifnya ekspektasi atas laporan keuangan berbagai emiten semester I/2011 menjadi katalisnya. Industri dasar jadi leader-nya.

Pada perdagangan Selasa (26/7), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 45,68 poin (1,12%) ke level 4,132.777. Begitu juga dengan indeks saham unggulan LQ45 yang naik 9,95 poin (1,38%) ke angka 731.0380

Laju indeks siang ini sangat ramai, didukung volume transaksi yang tercatat mencapai 8,692 miliar lembar saham, senilai Rp6,280 triliun dan frekuensi 192.132 kali. Sebanyak 161 saham menguat, sedangkan 86 saham melemah dan 91 saham stagnan.

Penguatan indeks juga diwarnai aksi beli asing yang mencatatkan transaksi nilai beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp 81,5 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp1,873 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp1,792 miliar.

Semua sektor saham kompak mendukung penguatan indeks. Sektor industri dasar memimpin kenaikan 1,52%, disusul keuangan 1,29%, pertambangan 1,13%, aneka industri 0,99%, manufaktur 0,91%, konsumsi 0,40%, perkebunan 0,88%, properti 0,31% dan infrastruktur 0,41%.

Head of Research Division PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, kalau melihat posisi tadi pagi, indeks sebenarnya berpotensi terkoreksi. Sebab, Dow Jones Industrial Average (DJIA) signalnya bearish. Terus, kinerja emiten juga cuman gitu-gitu ajah.

Lihat saja PT Tambang Bukit Asam (PTBA) dan PT Astra Agro Lestari (AALI) yang kinerja sebagus itu tidak membuat harga sahamnya naik tinggi. “Memang karena kinerjanya di bawah ekspektasi,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (26/7).

Akan tetapi, lanjutnya, IHSG memang memiliki ‘kesulitan’ untuk bergerak turun seperti dugaan tadi pagi. Benar-benar sulit untuk turun rupanya. IHSG malah mencetak rekor baru. “IHSG sore hari ini sepertinya ditutup menembus resisten 4.120 ke level 4.132,777. Posisi indeks Hang Seng yang hari ini ditutup menembus dua resisten juga mendukung pendapat itu.”

Kondisi itu memberikan sinyal, besok IHSG masih bisa menguat. Menurutnya, saham-saham yang kemarin memberikan signal bearish seperti PT United Tractors (UNTR), PT Gudang Garam (GGRM) dan PT Indo Tambang Raya (ITMG), semua malah menembus resisten.

Dia menegaskan, investor berspekulasi terhadap laporan keuangan yang akan keluar. “Mungkin sepertinya bagus, kelihatannya bakal bagus. Harga lalu berkejaran naik. Saham-saham malah menembus resisten, memperlihatkan potensi kenaikan yang masih menarik,” imbuh Satrio.

Karena itu, pelaku pasar saat ini sebagai trend follower. Pasar juga bisa buy back posisi yang sudah dilepas kemarin. Perkara besok ternyata harus keluar (exit) lagi, itu urusan nanti. “Yang penting, hari ini belum terlihat alasan yang kuat untuk melakukan posisi jual. Kalau ternyata besok saya harus cut loss. Biarkan itu menjadi keputusan besok,” ucapnya. [mdr]

Pendapatan tumbuh, laba bersih AMRT naik 91% di semester I

Pendapatan tumbuh, laba bersih AMRT naik 91% di semester I
JAKARTA. Kinerja PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) di semester pertama tahun ini cukup kinclong. Hal itu tercermin dari laba bersihnya yang mencapai Rp 64,55 miliar di akhir Juni, atau naik 91% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan laba bersih ini seiring pertumbuhan pendapatan perusahaan sebesar 36% menjadi Rp 8,343 triliun di paruh pertama tahun ini. Akibatnya, laba kotor meningkat sekitar 40% menjadi Rp 1,227 triliun.

Laba usaha pun bertumbuh sebesar 92% menjadi sebesar Rp 119,247 miliar, meskipun terjadi kenaikan beban usaha selama enam bulan pertama di tahun ini. Laba perseroan juga tertopang adanya penambahan pendapatan dari sewa bangunan, serta laba penjualan aset tetap.

Tapi, beban keuangan perusahaan tercatat membengkak 97% selama semester satu tahun ini, yaitu menjadi Rp 46,264 miliar. Namun, meski laba usaha tergerus beban keuangan, AMRT berhasil mengantongi kenaikan laba bersih hingga 91% di semester pertama 2011.

Adapun, laba bersih per saham dasarnya meningkat dari Rp 9,82 per saham, menjadi Rp 18,78 per saham.

Inilah Saham Teraktif Perdagangan Selasa (26/7)

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Pada perdagangan saham Selasa (26/7), saham PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 33.404 kali senilai Rp199,55 miliar.

Demikian seperti dikutip dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (26/7). Urutan kedua yang menjadi saham teraktif antara lain PT Prima Alloy Steel Universal Tbk (PRAS) dengan frekuensi 6.173 kali senilai Rp6,82 miliar. Urutan ketiga saham teraktif yaitu saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dengan frekuensi 5.654 kali senilai Rp149,42 miliar.

Urutan keempat, saham PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 3.880 kali senilai Rp171,63 miliar. Urutan kelima, saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 3.753 kali senilai Rp108,47 miliar. Urutan keenam, saham PT Tifa Finance Tbk (TIFA) dengan frekuensi 3.136 kali senilai Rp12,64 miliar.

Urutan ketujuh, saham PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 3.057 kali senilai Rp85,99 miliar. Urutan Kedelapan, saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 3.006 kali senilai Rp85,99 miliar.

Urutan kesembilan, saham PT Sierad Produce Tbk (SIPD) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 2.788 kali senilai Rp41,12 miliar. Urutan kesepuluh, saham PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 2.451 kali senilai Rp64,88 miliar.

Sebelumnya, PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) mencatatkan penurunan laba bersih komprehensif sebesar 15,11% menjadi Rp29,76 miliar pada Semester 1-2011 dari Rp38,59 miliar pada periode serupa 2010.

Penurunan laba bersih di Semester 1-2011 ini dipicu penurunan laba usaha Perseroan menjadi Rp41,56 miliar dari Rp44,59 miliar pada Semester 1-2010. Selain itu, Perseroan juga mengalami kerugian selisih kurs sebesar Rp106,03 juta pada Semester 1-2011. [cms]

Laba Astra Agro Naik Hampir 100%

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatatkan laba bersih naik 98% dari Rp662,01 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp1,31 triliun pada semester pertama 2011.

Demikian seperti dikutip dari laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (26/7). Penjualan naik 50% menjadi Rp5,29 triliun pada semester pertama 2011 dibandingkan periode sama sebelumnya Rp3,51 triliun. Laba kotor naik dari Rp1,22 triliun pada semester pertama 2010 menjadi Rp2,05 triliun pada semester pertama 2011.

Laba usaha naik dari Rp953,92 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp1,73 triliun pada semester pertama 2011. Total aset perseroan naik dari Rp8,79 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp9,69 triliun pada Juni 2011.Kas perseroan naik dari Rp1,24 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp1,31 triliun pada Juni 2011.

Laba bersih per saham dasar dari 404,16 pada Desember 2010 menjadi 806,43 pada Juni 2011. [cms]

Inilah 10 Top Foreign Sell Saham Selasa (26/7)

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Penjualan investor asing Selasa (26/7) mengurangi penguatan IHSG yang ditutup naik 1,11% menembus level 4.132,78 atau rekor tertinggi dalam sejarah.

Investor asing tercatat melakukan penjualan terhadap 941,78 juta saham atau senilai Rp1,79 triliun.

Dari data yang dihimpun INILAH.COM, 10 saham terbesar yang dijual asing pada perdagangan hari ini adalah BNBR, menduduki posisi teratas sebanyak 63,64 juta saham. Urutan kedua terbesar saham yang dijual asing adalah ELTY sebanyak 53,73 juta saham.

Urutan ketiga terhadap saham ASRI yang dijual asing sebanyak 47,58 juta saham, diikuti SSIA sebanyak 41,34 juta saham, BORN 34,25 juta saham, BBRI 19,78 juta saham, POLY 9,67 juta saham, DEWA 7,33 juta saham, LPKR 5,59 juta saham dan DILD 4,9 juta saham.

Rekor Lagi, IHSG Ditutup Naik Tembus 4.132,78

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Pada perdagangan Selasa (26/7), IHSG ditutup naik 1,11% ke level 4.132,78 atau tertinggi dalam sejarah.

Penguatan IHSG hari ini didukung penguatan saham regional dan laporan keuangan Semester 1-2011 emiten yang cenderung membaik. Asing pun kembali melakukan aksi beli dengan mencatatkan net foreign buy sebesar Rp81,54 miliar.

Saham sektor pertanian, tambang, industri, properti, manufaktur, dan keuangan naik di atas 1%. Sebanyak 126 saham tercatat naik siang ini, 96 saham turun, dan 99 saham masih stagnan. Indeks LQ45 hari ini ditutup naik 1,38% ke level 731,42, sementara JII naik 1,36% ke level 572,05.

Volume perdagangan tercatat sebanyak 8,16 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp5,62 triliun.

Di Asia Shanghai naik 0,53%, Hang Seng naik 1,25%, KLSE naik 0,08%, Nikkei naik 0,47%, STI naik 0,34%, Seoul naik 0,85%.

Saham-saham yang naik hari ini adalah ITMG yang naik 5,07%, ASII naik 2,07%, UNTR naik 1,98%, AKPI naik 24,33%, FAST naik 4%, dan MTSM naik 14%.

Transaksi Capai Rp 6 Triliun, IHSG Tembus Rekor Baru Lagi

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menembus rekor tertingginya sepanjang sejarah di 4.132. setelah menanjak 45 poin. Transaksi di lantai bursa sangat ramai hingga menembus Rp 6 triliun.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di posisi Rp 8.510 per dolar AS dibandingkan penutupan kemarin di Rp 8.525 per dolar AS. Nilai tukar dolar jatuh ke posisi terendahnya terhadap mata uang lain akibat kekhawatiran gagal bayar utang AS.

Mengawali perdagangan pagi tadi, IHSG dibuka turun tipis 2,297 poin (0,06%) ke level 4.084,797. IHSG masih ketinggalan penguatan yang dicetak oleh bursa-bursa Asia.

Aksi beli yang terjadi di saham-saham unggulan, terutama berbasis komoditas dan finansial, membuat IHSG akhirnya kembali ke zona hijau dan mencetak rekor intraday tertingginya. Rekor intraday tertinggi yang pernah diraih IHSG yaitu di level 4.109,084 pada perdagangan akhir pekan lalu.

Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG melaju 33,418 poin (0,81%) ke level 4.120,512 ditopang positifnya kinerja emiten semester I-2011. Indeks pun kembali menembus rekor tertingginya yang baru di 4.133,689.

Perburuan saham-saham di perdagangan sesi II tak semarak pagi tadi. Namun demikian, saham-saham unggulan berbasis komoditas dan bank terus menjadi incaran.

Mengakhiri perdagangan, Selasa (26/7/2011), IHSG ditutup menanjak 45,683 poin (1,11%) ke level 4.132,777. Sementara Indeks LQ 45 ditutup melesat 9,951 poin (1,38%) ke level 731,038.

Saham-saham bank blue chip ditransaksikan paling banyak hari ini, baik oleh investor lokal maupun asing. Sama halnya dengan saham-saham berbasis komoditas, yaitu tambang dan perkebunan.

Kinerja emiten yang positif mendorong aksi borong saham di lantai bursa. Akibatnya seluruh indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun menghijau.

Rekor terakhir yang sudah ditembus IHSG terjadi pada perdagangan Jumat 22 Juni 2011 lalu di level 4.106,822 setelah menanjak 38,749 poin (0,95%). Kala itu, aksi beli sangat tinggi dan dana asing sebanyak setengah triliun masuk ke lantai bursa.

Perdagangan hari ini berjalan ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 192.132 kali pada volume 9,171 miliar lembar saham senilai Rp 6,28 triliun. Sebanyak 161 saham naik, 86 saham turun, dan 91 saham stagnan.

Investor asing pun ikut ambil bagian dalam pencetakan rekor IHSG kali ini, transaksi asing tercatat melakukan pembelian bersih (foreign net buy) tipis senilai Rp 81,404 miliar di seluruh pasar.

Kinerja positif emiten tak hanya terjadi di dalam negeri, tetapi juga di bursa-bursa regional sehingga membuat seluruhnya kompak berjalan di zona hijau. Bursa saham Hong Kong melaju paling kencang akibat profit emiten lebih tinggi dari ekspektasi para pelaku pasar.

Berikut situasi dan kondisi bursa-bursa di Asia:
  • Indeks Komposit Shanghai menguat 14,28 poin (0,53%) ke level 2.703,03.
  • Indeks Hang Seng melonjak 278,79 poin (1,25%) ke level 22.572,08.
  • Indeks Nikkei 225 naik 47,71 poin (0,47%) ke level 10.097,72.
  • Indeks Straits Times bertambah 12,88 poin (0,41%) ke level 3.184,43.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 2.500 ke Rp 51.800, Astra Internasional (ASII) naik 1.500 ke Rp 73.950, United Tractor (UNTR) naik Rp 500 ke Rp 25.750, dan Argha Prima (AKPI) naik Rp 455 ke Rp 2.325.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Roda Vivatex (RDTX) turun Rp 550 ke Rp 3.975, Bank Danamon (BDMN) turun Rp 150 ke Rp 5.350, Tifico (TFCO) turun Rp 110 ke Rp 900, dan Sari Roti (ROTI) turun Rp 100 ke Rp 3.500.

(ang/qom)

Laba Bersih Alfaria Naik 91%

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) mencatatkan laba bersih naik sebesar 91% dari Rp33,70 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp64,44 miliar pada semester pertama 2011.

Demikian seperti dikutip dari laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (26/7). Pendapatan perseroan naik 36% menjadi Rp8,34 triliun pada semester pertama 2011 dibandingkan periode sama sebelumnya Rp6,13 triliun pada semester pertama 2010.Laba bruto naik 39,76% dari Rp878,14 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp1,22 triliun pada semester pertama 2011. Laba usaha perseroan naik 92% dari Rp62,04 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp119,24 miliar pada semester pertama 2011.

Total aset perseroan naik dari Rp4,26 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp4,53 triliun pada Juni 2011. Kas perseroan turun dari Rp434,81 miliar pada Desember 2010 menjadi Rp301,41 miliar pada Juni 2011. [cms]

WINS Raih Proyek dari KPC US$18 Juta

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) melalui anak usahanya PT Wintertur telah memperoleh Letter of Intent dari PT Kaltim Prima Coal (KPC) untuk kontrak jangka waktu lima tahun dalam penyediaan tiga unit kapal tunda jenis Azimuth Stern Drive (ASD) yang memiliki kemampuan manuver sangat tinggi dalam membantu tambat dan lepas tambat kapal-kapal dry bulk dengan ukuran hingga 220.000 dwt.

KPC adalah perusahaan tambang batu bara kelas dunia yang berlokasi di Sangata, Kalimantan Timur. Memulai operasinya pada tahun 1992, KPC memproduksi batu bara yang diekspor ke wilayah Asia Pacific dan wilayah lainnya. Batu bara diekspor ke perusahaan-perusahaan penyedia energi maupun produsen baja di wilayah Asia dan Eropa.

PT Wintermar akan menyediakan tiga unit kapal baru untuk menjalankan kontrak ini. PT Wintermar telah mengoperasikan kapal tunda ASD untuk melayani beberapa terminal minyak di Indonesia sejak tahun 2000.

Kontrak lima tahun dengan KPC bernilai kurang lebih US$18 juta dan mulai berjalan di Triwulan IV tahun ini.

Kementerian BUMN dorong Pelindo II lakukan IPO

Kementerian BUMN dorong Pelindo II lakukan IPO
JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong PT Pelindo II untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) pasca dibentuknya holding BUMN pelabuhan.

"Jadi nanti kita gabungkan dulu BUMN pelabuhan, kemudian baru mereka melakukan IPO," kata Menteri BUMN, Mustafa Abubakar Selasa (26/7).

Mustafa menambahkan, proses penggabungan tersebut diharapkan akan terjadi pada tahun 2012 sampai 2013 dari empat pelabuhan menjadi satu BUMN khusus pelabuhan.

Informasi saja, Pelindo II merupakan BUMN jasa pelabuhan yang mengelola 12 pelabuhan besar di 10 provinsi di kawasan Indonesia Barat, antara lain Pelabuhan Tanjung Priok di DKI Jakarta, Pelabuhan Teluk Bayur di Sumatera Barat, Pelabuhan Pontianak di Kalimantan Selatan dan Pelabuhan Cirebon di Jawa Barat.

ALDO kaji joint venture dengan perusahaan Thailand

ALDO kaji joint venture dengan perusahaan Thailand
JAKARTA. PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) tengah menjajaki peluang membentuk usaha patungan dengan perusahaan pengolahan kertas asal Thailand. Hal ini terkait rencana ekspansi perseroan ke Negara Gajah Putih tersebut.

"Kami sedang pendekatan ke tiga perusahaan lokal di sana," ujar Direktur Utama ALDO Herwanto Sutanto, Selasa (26/7).

Perusahaan pengolahan kertas yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) 12 Juli 2011 ini berniat mendirikan pabrik baru di Thailand. Manajemen perseroan menghitung, beban transportasi pengiriman produk dari Indonesia akan lebih rendah bila mendirikan pabrik di negara tersebut.

Herwanto menghitung, selama ini beban transportasi pengiriman produk ke Thailand memakan 12%-13% dari total biaya produksi. "Dengan ada pabrik, bisa dilakukan penghematan 7%-8%," katanya.

Ia menambahkan, kemungkinan pabrik yang akan dibangun berkapasitas produksi 600-700 ton per bulan. Pembangunan pabrik baru ini akan menelan biaya sekitar US$ 1,5 juta - US$ 2 juta. "Kami masih belum memutuskan apakah akan akuisisi pabrik yang sudah ada atau set up pabrik baru. Tapi kalau dapat partner yang cocok, joint venture lebih memungkinkan," ungkap Herwanto.

Jika kajian rampung dalam waktu dekat ini, dia berharap pabrik sudah bisa beroperasi pada semester kedua 2012. Kehadiran pabrik ini bakal menaikkan porsi penjualan di Thailand yang sebelumnya 7% menjadi 26%-27% dari total pendapatan ALDO.

Penjualan HERO Naik 13,8% Jadi Rp4,08 Triliun

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Hero Supermarket Tbk (HERO) berhasil mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 13,8% menjadi Rp4,08 triliun pada Semester 1-2011 dari Rp3,59 triliun pada periode yang sama 2010.

Sementara laba bersih naik 38,7% mencapai Rp107,65 miliar pada Semester 1-2011 dibanding periode serupa 2010 sebesar Rp77,59 miliar. Kenaikan laba bersih ini disebabkan naiknya laba usaha Semester 1-2011 menjadi Rp153,93 miliar dari Rp120,92 miliar pada periode serupa 2010. Kewajiban jangka pendek juga naik menjadi Rp1,95 triliun pada Semester 1-2011 dari Rp1,77 triliun pada periode serupa 2010. Sementara ekuitasnya naik menjadi Rp1,26 triliun dari Rp1,15 triliun.

Presiden Direktur Perseroan, Philippe Broianigo mengatakan semua format bisnis berkinerja baik walaupun persaingan sengit. "Kami telah membuka 16 gerai baru pada setengah tahun pertama ini termasuk satu gerai Giant hypermarket dan tiga gerai supermarket. Menghadapi setengah tahun kedua, Perseroan akan terus berekspansi dan berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi tantangan-tantangan apa pun”.

PT Hero Supermarket Tbk dengan lebih dari 13.600 karyawan melayani pelanggannya melalui 499 gerai. Per 30 Juni 2011, Perseroan mengoperasikan 39 gerai Giant hypermarket, 43 gerai Hero supermarket, 78 gerai Giant supermarket, 209 gerai toko kesehatan dan kecantikan Guardian, dan 130 gerai Starmart minimarket.

Kedaung Rugi Rp542,12 Juta

INILAH.COM, Jakarta - PT Kedaung Indah Can Tbk (KICI) menalami kerugian konsolidasi sebesar Rp542,12 juta pada Semester 1-2011 dari periode serupa 2010 yang berhasil meraup laba Rp356,53 juta.

Kerugian bersih di Semester 1-2011 ini disebabkan kerugian pendapatan lain-lain sebesar Rp339,13 juta dari untung Rp1,68 miliar pada periode serupa 2010.

Namun, penjualan bersih Perseroan naik menjadi Rp44,59 miliar pada Semester 1-2011 dari periode serupa 2010 sebesar Rp39,63 miliar.

Kewajiban jangka pendek Perseroan di Semester 1-2011 juga naik menjadi Rp13,15 miliar dari Rp7,39 miliar pada periode serupa 2010. Sementara ekuitasnya turun dari Rp63,94 miliar menjadi Rp63,39 miliar.

Mandiri Prediksi Kredit Tumbuh 27% YoY

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memperkirakan menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar 27% hingga semester pertama 2011.

Hal itu disampaikan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Zulkifili Zaini, Selasa (26/7). “Kredit kita tumbuh 27% pada year on year, kalau bank saja kredit kita tumbuh sebesar 23%,” tutur Zulkifli.

Zulkifli menuturkan, penyaluran kredit ini sebagian besar untuk segmen UMKM dan kredit mikro. Selain itu, Bank Mandiri juga telah menyalurkan kredit untuk sektor pelabuhan dan pendukungnya sebesar Rp 5,9 triliun hingga semester pertama 2011 atau naik 31% sebesar Rp4,5 triliun pada Juni tahun lalu.

Selain itu, Bank Mandiri merevisi penyaluran kredit dari 20%-22% pada 2011, Zulkifili mengatakan, pihaknya telah memberikan revisi perusabahan penyaluran kredit kepada Bank Indonesia (BI) dari 20%-22% menjadi 23% pada 2011. Menurut Zulkifili, total kredit perseroan yang disalurkan tiap tahun sebesar Rp50 triliun.

Terkait Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengharapkan, bank BUMN dapat memberikan suku bunga kredit single digit, Zulkifli mengatakan, pihaknya mengupayakan menurunkan suku bunga terhadap debitur. Tapi penetapan suku bunga ini melihat faktor cost of fund. [cms]

Saham Eropa Dibuka Jatuh oleh Buruknya Kinerja BP

Headline
INILAH.COM, London - Saham Eropa tergelincir pada Selasa (26/7), terseret perkiraan pendapatan perusahaan minyak besar BP yang lebih rendah dari perkiraan dan bank Swiss UBS.

Investor juga berhati-hati, apakah Washington akan mencapai kesepakatan untuk menaikkan plafon utang menjelang tenggat waktu 2 Agustus. "Investor tetap khawatir tapi masih relatif tenang," Felix Parmantier, analis Close Brothers Seydler Research mengatakan seperti dikutip Reuters.

Pan-Eropa FTSEurofirst 300 Indeks saham turun 0,1 persen ke 1.104,16. Saham BP jatuh 2,5 persen dan UBS turun 2,4 persen.

Stok kedelai terancam cuaca buruk, harga CPO akhirnya rebound

Stok kedelai terancam cuaca buruk, harga CPO akhirnya rebound
KUALA LUMPUR. Minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) rebound dari level koreksi tertajamnya dalam dua pekan terakhir. Harga CPO naik seiring kekhawatiran memburuknya kondisi tanaman kedelai di AS, yang menyebabkan naiknya permintaan minyak sawit sebagai bahan makanan dan biofuel.

Kontrak CPO untuk pengiriman Oktober di Malaysia Derivatives Exchange naik 0,6% ke level RM 3.115 atau setara US$ 1.054,88 per metrik ton, hingga pukul 14.13 WIB. Kemarin, kontrak paling aktif ini tumbang hingga 1,3%.

"Rebound minyak sawit kemungkinan besar disebabkan kondisi pasar kedelai, di mana persediaan sedang terancam cuaca buruk," sebut Direktur ECM Libra Capital Sdn. Arhnue Tan, hari ini, di Kuala Lumpur. CPO dan minyak kedelai merupakan produk substitusi dalam makanan dan bahan bakar.

Kemarin, Departemen Perkebunan AS (USDA) memperkirakan 62% tanaman kedelai di AS dalam kondisi baik pada 24 Juli. Dibandingkan dengan sepekan sebelumnya yang mencapai 64%, dan sebesar 67% di tahun sebelumnya.

Kedelai untuk pengiriman November naik 0,4% menjadi US$ 13,78 per bushel di Chicago. Sementara, minyak kedelai untuk pengiriman Desember bergerak tipis ke 57,01 sen per pound.

Vice president of futures & options dari OSK Investment Bank Bhd. Ryang Long memperkirakan, hari ini, CPO akan diperdagangkan di kisaran RM 3.080 hingga RM 3.125.

Laba Duta Pertiwi Naik 13,77%

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DPNS) berhasil mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar 13,77% menjadi Rp10 miliar pada Semester 1-2011 dari Rp8,79 miliar pada periode serupa 2010.

Kenaikan laba bersih di Semester 1-2011 ini disebabkan penghasilan bunga yang naik menjadi Rp3,9 miliar dari Rp1,48 miliar pada Semester 1-2010. Selain itu, keuntungan dari penjualan bahan baku juga naik menjadi Rp3,59 miliar dari Rp1,14 miliar.

Namun, laba usaha Perseroan turun menjadi Rp4,53 miliar pada Semester 1-2011 dari periode serupa 2010 sebesar Rp6,78 miliar. Tapi penjualan bersih Semester 1-2011 naik menjadi Rp56,03 miliar dibanding periode yang sama 2010 sebesar Rp51,23 miliar. Beban usaha naik dari Rp7,12 miliar menjadi Rp9,44 miliar.

Kewajiban Perseroan di Semester 1-2011 juga naik menjadi Rp68,68 miliar dari Rp50,91 miliar pada periode serupa 2010. Sementara ekuitasnya naik dari Rp174,62 miliar menjadi Rp202,59 miliar.

Beli fasilitas produksi, saham RUIS melesat ke level tertinggi 16 bulan

Beli fasilitas produksi, saham RUIS melesat ke level tertinggi 16 bulan
JAKARTA. Saham PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) melejit ke level tertinggi 16 bulan, setelah perusahaan membeli fasilitas produksi lepas pantai.

Saham emiten penyedia jasa eksplorasi minyak ini naik melambung 7,4% ke level Rp 2.900 per saham, pada pukul 13.47 di Jakarta. Ini level penutupan tertingginya sejak 15 maret 2010.

RUIS telah meneken perjanjian jual beli offshore production unit (MOPU) senilai US$ 35 juta, pada 25 Juli 2011. Dengan pembelian fasilitas produksi tersebut, perseroan dapat mengurangi beban sewa MOPU yang selama ini harus dibayarkan perseroan.

RUIS beli fasilitas produksi lepas pantai senilai US$ 35 juta

RUIS beli fasilitas produksi lepas pantai senilai US$ 35 juta
JAKARTA. PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) melalui perusahaan afiliasi PT Supraco Lines, membeli mobile offshore production unit (MOPU) senilai US$ 35 juta. Perseroan teleh meneken akta jual beli MOPU dengan Maleo MOPU Producer Inc (MMPI), pada 25 Juli 2011.

MOPU adalah fasilitas produksi lepas pantai yang sejak 2006 silam dioperasikan perseroan untuk salah satu perusahaan minyak dan gas di Selat Madura. Selama ini, perseroan menyewa aset MOPU tersebut dari MMPI.

Sekretaris Perusahaan RUIS Coki Lubis dalam keterbukaan informasi menyebut, perusahaan akan membiayai pembelian aset itu dengan menggunakan kredit dari Bank DBS Indonesia dan Enterprise Fund Ltd. Maka, di hari yang sama, perseroan juga telah meneken perjanjian kredit dengan DBS Indonesia dan Enterprise Fund. Pinjaman tersebut akan dijamin dengan aset MOPU beserta tagihannya kepada kedua kreditur itu.

Perseroan yakin pembelian fasilitas produksi tersebut akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan. "Pasalnya, perusahaan dapat mengurangi beban sewa yang selama ini harus dibayar perseroan kepada MMPI," ujar Coki.

Manajemen RUIS memperkirakan dengan pembelian aset MOPU, laba bersih perusahaan bakal meningkat sebesar Rp 5 miliar di tahun ini, dan bertambah Rp 12 miliar di 2012.

Coki bilang, transaksi pembelian ini diharapkan terealisasi pada 29 Juli 2011, sesuai kesepakatan perseroan dan MMPI.

PER 2,5 Kali, AKRA Siap Meroket ke Rp4.500

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Valuasi saham AKRA dinilai paling murah di sektornya. Emiten juga mencatatkan kinerja yang kinclong pada semester I/2011. Target harga Rp4.500 akhir 2011. Strong buy!

Pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, saham favorit pada Selasa (26/7) hari ini adalah PT AKR Corporindo (AKRA). Salah satunya, karena pemegang saham ini akan mendapatkan dividen Rp200 per saham. Menurutnya, yield tersebut bakal didapat investor pada Agustus 2011.

Di sisi lain, lanjutnya, secara valuasi saham ini sangat murah dengan Price to Earnings Ratio (PER) di level 2,5 kali dibandingkan dengan perusahaan kimia lainnya. “Karena itu, tren pergerakan AKRA adalah bullish dan sudah memiliki support Rp2.825 dan Rp3.150 sebagai level resistance-nya yang berpeluang ditembus Selasa (26/7) ini,” katanya kepada INILAH.COM.

Pada perdagangan Senin (25/7) AKRA ditutup menguat Rp300 (11,53%) ke level Rp2.900 dari posisi sebelumnya Rp2.600. Harga intraday tertingginya mencapai Rp2.925 dan terendah Rp2.625. Volume transaksi mencapai 28,2 juta unit saham senilai Rp79,5 miliar dan frekuensi 1.967 kali.

Willy kembali menegaskan, saham AKRA sangat murah dibandingkan rata-rata industrinya. Di antaranya PT Ekadharma International (EKAD) dengan PER di atas level 10 kali dan PT Budi Acid Jaya (BUDI) di level 12-13 kali. “Rata-rata industri kimia sudah di atas 10 kali,” ungkap Willy.

Atas pertimbangan itu, menurutnya, AKRA berpeluang bermain dalam fair value-nya di level Rp4.500 untuk 2011. Itupun dengan PER di bawah 10 kali sehingga di level tersebut pun saham ini sebenarnya masih sangat murah.

Secara fundamental pun, AKRA merupakan emiten yang sangat positif dengan valuasi yang murah, laba bersih perseroan kuartal kedua 2011 yang luar biasa dan pembagian diviven. AKRA mencatat lonjakan laba bersih lebih dari 10 kali lipat menjadi Rp1,958 triliun di semester pertama tahun ini, dibandingkan perolehan laba tahun sebelumnya pada periode yang sama Rp140,78 miliar.

Menurut perseroan, Senin (25/72011), melonjaknya laba bersih ini karena adanya laba luar biasa sebanyak Rp1,684 miliar yang dibukukan dari divestasi PT Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk yang diselesaikan pada Januari 2011.

Total pendapatan konsolidasi yang didapat perseroan selama periode enam bulan pertama tahun ini naik 74% menjadi Rp9,061 triliun dibandingkan Rp5,221 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Tapi, Willy menilai AKRA, sangat adil. Dengan mendapatkan dana sebesar itu, AKRA juga membagikan dividen yang cukup besar untuk ketiga kalinya pada 2011. “Saya rekomendasikan strong buy untuk AKRA. Dengan PER yang sangat murah, untuk long term pun tidak masalah. Target 2011 di level Rp4.500,” imbuhnya. [mdr]

Semester I, penjualan ALDO capai 46% dari target

JAKARTA. Sepanjang semester pertama 2011, penjualan PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) meningkat 13% dibandingkan periode serupa tahun lalu menjadi Rp 91,9 miliar. Perolehan ini sudah mencakup 46% dari target penjualan hingga akhir tahun yang sebesar Rp 200 miliar.

Adapun laba kotor ALDO semester pertama 2011 mencapai Rp 4,7 miliar atau meningkat tujuh kali dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini ditunjang peningkatan penjualan produk olahan kertas di pasar lokal sekitar 9% dan ekspor 35%.

"Laba bersih semester pertama 2011 Rp 3,4 triliun. Ini peningkatannya jauh lebih besar dibandingkan semester pertama tahun lalu sebesar Rp 400 juta," ujar Direktur Utama ALDO Herwanto Sutanto, Selasa, (26/7).

Perhatikan Indikator ini Jelang AS Bayar Utang

Headline
INILAH.COM, New York - Pasar keuangan terus memfokuskan pandangan ke pusat kekuasaan Amerika di Washington. Sambil menunggu hasil negosiasi elit politik negara ini, ada baiknya perhatikan sejumlah indikator sebagai petunjuk bagaimana pasar bersiap-siap menghadapi kemungkinan Amerika gagal bayar utang.

Indikator yang patut diperhatikan dalam beberapa hari ke depan menjelang 2 Agustus 2011 adalah:

1. Surat utang: Perhatikan apa yang akan dilakukan China sebagai investor asing terbesar yang memegang surat utang pemerintah Amerika. Sejauh ini, negara ini masih tenang-tenang saja.

2. Harga emas: Belakangan ini harga emas naik tajam sebagai respon kekhawatiran pemodal akan kemungkinan gagal bayar Amerika. Tapi harus diingat bahwa ada sejumlah pembelian di pasar untuk kepentingan komersial, jd tidak murni kepanikan. Bagaimanapun tetaplah memeloti pergerakan harga logam mulia ini untuk beberapa hari ke depan.

3. Saham: Harga-harga saham, terutama di Wall Street, memberi respon jangka pendek. Tapi berkat kinerja Microsoft, IBM, dan Coca Cola indek Dow Jones beberapa kali naik. Analis pasar menduga kesepakatan akan dicapai tapi tetaplah berjaga-jaga dalam jangka pendek.

4. Reksa Dana: Cermati apa yang terjadi dengan investor ritel. Apakah ada yang melakukan penarikan, seperti yang terjadi beberapa hari ini di Amerika?

5. Mata Uang: nilai tukar juga memberi respon janga pendek saat ini. Penahisat investai menyarankan untuk membeli mata uang negara-negara yang bijak mengelola anggarannya. Pilihan jatuh kepada dolar Singapura, dolar Kanada, dolar Australia. real Brasil.

Cek, tiga bluechips yang mendorong IHSG cetak rekor di sesi pagi!

Cek, tiga bluechips yang mendorong IHSG cetak rekor di sesi pagi!
JAKARTA. Aksi beli saham-saham bluechips mengantarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menorehkan rekor barunya di sesi pertama hari ini.

Data Bloomberg mencatat tiga bluechips yang paling diminati, yaitu saham Bank Mandiri Tbk (BMRI), Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan Astra International Indonesia Tbk (ASII). Hingga sesi pagi berakhir, BMRI berhasil maju 2,6%. Sementara, BBNI reli 3,73%, dan ASII naik 0,90%.

Aksi beli ketiga saham ini masih didominasi broker asing. Total sebanyak 21,6 juta saham BMRI yang diperdagangkan di sesi pertama hari ini. UBS Securities Indonesia menempati posisi teratas broker dengan pembelian BMRI terbesar, yaitu Rp 44,73 miliar. Diikuti, CLSA Indonesia dengan pembelian Rp 26,14 miliar, dan Deutsche Securities Indonesia senilai Rp 24,38 miliar.

Lalu, volume BBNI yang ditransaksikan mencapai 51,5 juta saham. Tiga broker yang paling banyak memboyong saham ini, yaitu UBS Securities Indonesia dengan nilai pembelian Rp 82,33 miliar. Lalu, Credit Suisse Securities Indonesia sejumlah Rp 61,80 miliar, dan J.P. Morgan Securities Indonesia senilai Rp 22,65 miliar.

Sementara, total saham AALI yang sudah ditransaksikan di sesi pagi sekitar 1,28 juta saham. Credit Suisse Securities Indonesia menjadi broker terbanyak pengoleksi saham ini, yaitu senilai Rp 91,24 miliar. Kemudian, UBS Securities Indonesia sejumlah Rp 22,84 miliar, dan Mandiri Sekuritas sebesar Rp 17,68 miliar.

Didukung reli sembilan sektor, IHSG torehkan rekor baru siang ini

Didukung reli sembilan sektor, IHSG torehkan rekor baru siang ini
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor baru pada penutupan sesi pertama hari ini, setelah melaju 0,82% ke level 4.120,512.

Lonjakan indeks didukung menghijaunya sembilan sektor yang diperdagangkan. Kenaikan tertinggi pada sektor industri dasar yaitu sebesar 1,71%. Diikuti, sektor pertambangan dan perkebunan yang sama-sama menguat 1,12%. Hanya sektor infrastruktur yang masih tertekan.

Sebanyak 120 saham bergerak naik, berbanding 86 saham yang masih melemah. Sementara, 90 saham lainnya diam di tempat.

Selama sesi pertama perdagangan ini pasar cukup aktif, terlihat dari volume saham yang diperdagangkan mencapai 5,34 miliar. Adapun, nilai perdagangan mencapai Rp 3,27 triliun.

Beberapa saham yang berhasil menjadi penghuni top gainers seperti Capitanlinc Investment Tbk (MTFN) yang meroket 23,53% ke Rp 315. Lalu, Argha Karya Prima Unds Tbk (AKPI) yang melaju 21,66% ke Rp 2,275, dan Metro Realty Tbk (MTSM) yang naik 14,00% ke Rp 2.850.

Sedangkan, para penghuni top losers seperti Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI) yang turun 9,09% ke Rp 250, Destinasi Tirta Nusantara Tbk (PDES) yang jatuh 8,78% ke Rp 187, dan Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) yang tertekan 8,43% ke Rp Rp 760.

Bank Mandiri: Lebih Baik Akuisisi

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Manajemen Bank Mandiri Tbk menyatakan lebih baik melakukan akuisisi bank dan multifinance dibandingkan menahan obligasi rekapitulasi sebesar Rp79 triliun.

"Kita melakukan upaya untuk perkembangan unorganik yang memberikan nilai tambah dibandingkan pegang rekap bond," ujar Direktur Utama PT Bank Mandiri Zulkifli Zaini, Selasa (26/7).

Lebih lanjut ia mengatakan, perkembangan usaha unorganik lebih memberikan nilai tambah dibandingkan obligasi rekapitulasi dengan SPN 3 bulan. Penjualan obligasi rekapitulasi ini pun menunggu pasar yang bagus. Sedangkan dana akuisisi bank dan multifinance kemungkinan akan didapatkan dari dana hasil penawaran umum terbatas dan internal.

Selain itu, Pihaknya juga sedang mengkaji untuk mengambil Bank Mutiara. "Kita sambut itu dan sedang melakukan pengkajian," tutur Zulkifli.

Seperti diketahui, Bank Mandiri mencatatkan obligasi rekapitulasi sebesar Rp79 triliun. [cms]

Ups! Laba JPRS Ternyata Turun 15,11%

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) mencatatkan penurunan laba bersih komprehensif sebesar 15,11% menjadi Rp29,76 miliar pada Semester 1-2011 dari Rp38,59 miliar pada periode serupa 2010.

Penurunan laba bersih di Semester 1-2011 ini dipicu penurunan laba usaha Perseroan menjadi Rp41,56 miliar dari Rp44,59 miliar pada Semester 1-2010. Selain itu, Perseroan juga mengalami kerugian selisih kurs sebesar Rp106,03 juta pada Semester 1-2011. Beban bunga Perseroan di Semester 1-2011 juga mengalami kenaikan signifikan menjadi Rp1,43 miliar dibanding periode serupa 2010 sebesar Rp467,05 juta. Beban usaha naik dari Rp6,66 miliar menjadi Rp7,03 miliar.

Pendapatan Semester 1-2011 juga turun menjadi Rp328,25 miliar dibanding periode yang sama 2010 sebesar Rp237,03 miliar.

Inilah Saham-saham Pilihan Sesi Dua

Headline
INILAH.COM, Jakarta – IHSG diprediksi bertahan di teritori positif hingga penutupan seiring positifnya rilis kinerja keuangan berbagai emiten. Saham-saham bluechips di sektor keuangan dan tambang menjadi pengerak utama.

Pada sesi pertama perdagangan Selasa (26/7), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 33,42 poin (0,82%) ke level 4.120,512. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang naik 7,32 poin (1,01%) ke angka 728,403.

Laju indeks siang ini cukup ramai, didukung volume transaksi yang tercatat mencapai 5,360 miliar lembar saham, senilai Rp3,279 triliun dan frekuensi 112.189 kali. Sebanyak 125 saham menguat, sedangkan 95 saham melemah dan 99 saham stagnan.

Penguatan indeks sesi pertama juga diwarnai aksi beli asing yang mencatatkan transaksi nilai beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp60,02 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp821,01 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp760,9 miliar.

Mayoritas sektor saham mendukung penguatan indeks. Sektor industri dasar memimpin kenaikan 1,71%, disusul perkebunan dan pertambangan masing-masing 1,11%, keuangan 1,10%, properti 0,86%, manufaktur 0,84%, aneka industri 0,75%, perdagangan 0,42% dan konsumsi 0,32%. Hanya sektor infrastruktur yang melemah tipis 0,02%.

Analis Panin Securities Purwoko Sartono memperkirakan, pergerakan indeks domestik hingga penutupan sore nanti akan bertahan di teritori positif. “Indeks akan bergerak dalam kisaran resistance 4.115 yang di sesi pertama sudah tertembus dan 4.085 sebagai level support-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (26/7).

Penguatan indeks hari ini, menurut Purwoko dipicu oleh rilis beberapa laporan keuangan emiten domestik. Menurutnya, sebagian menunjukan angka di atas ekspektasi dan sebagian dirilis sesuai ekspektasi.

Sementara itu, lanjutnya, dari bursa global, pasar masih dihinggapi ketakutan potensi gagal bayar Amerika Serikat jika hingga 2 Agustus 2011, Kongres belum mencapai kata sepakat soal kenaikan batas atas utang AS. Belum lagi soal krisis utang di Eropa. “Jadi, secara global belum ada berita positif yang menopang penguatan indeks,” ujarnya.

Tapi, negatifnya sentimen AS dan Eropa terhalau oleh positifnya pergerakan bursa regional Asia seperti Nikkei dan Hang Seng. Kondisi itu, juga dipicu positifnya laporan keuangan kuartal kedua 2011. “Apalagi, beberapa perusahaan besar di Jepang seperti Canon mencatatkan kinerja yang kinclong di atas ekspektasi,” ungkap Purwoko.

Sektor saham penggerak indeks hari ini adalah saham-saham bluechips dan secara sektoral didominasi saham-saham di sektor keuangan dan pertambangan.

Saham-saham pilihannya adalah PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) yang mendekati Rp3.000, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Indofood Sukses Makmur (INDF) dan PT Lippo Karawaci (LPKR). “Saya rekomendasikan buy on weakness saham-saham tersebut. Sebab, meski hari ini naik, indeks secara umum tetap rawan koreksi,” imbuh Purwoko. [mdr]

'Blue Chip' Dukung IHSG Sesi I Ditutup Naik 0,81%

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Pada perdagangan sesi I Selasa (26/7), IHSG ditutup naik 0,81% ke level 4.120,51.

Penguatan IHSG siang didukung penguatan saham regional dan laporan keuangan Semester 1-2011 emiten yang cenderung membaik. Asing pun kembali melakukan aksi beli dengan mencatatkan net foreign buy sebesar Rp60,13 miliar.

Saham sektor pertanian, tambang, industri, properti, dan keuangan naik di atas 1%. Sebanyak 126 saham tercatat naik siang ini, 96 saham turun, dan 99 saham masih stagnan. Indeks LQ45 siang ini ditutup naik 1,01% ke level 728,4, sementara JII naik 0,96% ke level 569,83.

Volume perdagangan tercatat sebanyak 4,79 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp2,89 triliun.

Di Asia Shanghai naik 0,06%, Hang Seng naik 0,94%, KLSE naik 0,01%, Nikkei naik 0,67%, STI naik 0,2%, Seoul naik 0,36%.

Saham-saham yang naik siang ini adalah ITMG yang naik 4,66%, ASII naik 0,89%, FAST naik 5%, AKPI naik 21,65%, MTSM naik 14%, UNTR naik 1,18%.

Sesi I Kinerja Emiten Positif, IHSG Tembus Rekor Tertinggi

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) siang ini mampu balik arah ke zona hijau ditopang positifnya kinerja emiten semester I-2011. Indeks pun kembali menembus rekor tertingginya yang baru.

Mengawali perdagangan pagi tadi, IHSG dibuka turun tipis 2,297 poin (0,06%) ke level 4.084,797. IHSG masih ketinggalan penguatan yang dicetak oleh bursa-bursa Asia.

Aksi beli yang terjadi di saham-saham unggulan, terutama berbasis komoditas dan finansial, membuat IHSG akhirnya kembali ke zona hijau dan mencetak rekor intraday tertingginya sepanjang masa di level 4.128,529. Rekor intraday tertinggi yang pernah diraih IHSG yaitu di level 4.109,084 pada perdagangan akhir pekan lalu.

Pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa (26/7/2011), IHSG melaju 33,418 poin (0,81%) ke level 4.120,512. Sementara Indeks LQ 45 menguat 7,316 poin (1,01%) ke level 728,403.

Minat beli investor asing dan lokal kembali muncul terbawa tren penguatan bursa-bursa regional. Hampir seluruh indeks sektoral di lantai bursa mampu mencetak poin, kecuali indeks sektor infrastruktur.

Investor semakin percaya diri menanamkan modalnya setelah beberapa emiten merilis laporan kinerja keuangan di semester I-2011 yang positif. Sentimen ini cukup meredam bayang-bayang krisis utang AS dan Eropa.

Rekor terakhir yang sudah ditembus IHSG terjadi pada perdagangan Jumat 22 Juni 2011 lalu di level 4.106,822 setelah menanjak 38,749 poin (0,95%). Kala itu, aksi beli sangat tinggi dan dana asing sebanyak setengah triliun masuk ke lantai bursa.

Perdagangan hari ini berjalan ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 112.189 kali pada volume 5,347 miliar lembar saham senilai Rp 3,273 triliun. Sebanyak 125 saham naik, 95 saham turun, dan 99 saham stagnan.

Seluruh bursa di Asia masih mampu bertahan di teritori positif meski dibayangi krisis utang Eropa dan AS yang tak kunjung usai. Bursa saham Hong Kong melaju paling kencang akibat perburuan di saham-saham perbankan.

Berikut kondisi bursa-bursa regional hingga siang hari ini:
  • Indeks Komposit Shanghai naik tipis 1,58 poin (0,06%) ke level 2.690,33.
  • Indeks Hang Seng menguat 209,36 poin (0,94%) ke level 22.502,65.
  • Indeks Nikkei 225 bertambah 75,37 poin (0,75%) ke level 10.125,38.
  • Indeks Straits Times menguat tipis 6,19 poin (0,20%) ke level 3.177,74.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 2.300 ke Rp 51.600, Astra Internasional (ASII) naik 650 ke Rp 73.100, Fast Food (FAST) naik Rp 500 ke Rp 10.500, dan Argha Prima (AKPI) naik Rp 405 ke Rp 2.275.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 400 ke Rp 30.600, Dian Swastatika (DSSA) turun Rp 300 ke Rp 14.500, Bank Danamon (BDMN) turun Rp 150 ke Rp 5.350, dan Sari Roti (ROTI) turun Rp 100 ke Rp 3.500.

(ang/qom)

Dollar AS tertekan, rupiah konsisten menguat untuk hari ketiga

Dollar AS tertekan, rupiah konsisten menguat untuk hari ketiga
JAKARTA. Penguatan rupiah berlanjut untuk hari ketiga. Otot rupiah kian perkasa seiring laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tercepat sejak tahun 2004. Sentimen ini mengundang aliran dana asing masuk ke aset Indonesia.

Produk domestik bruto meningkat 6,1% di tahun lalu. Ini laju tercepatnya sejak pertumbuhan 7,16% pada 2004 silam. Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Sarwono memperkirakan, PDB akan naik 6,6% pada tahun ini.

Apresiasi rupiah juga didukung tertekannya dollar AS, akibat kegagalan parlemen AS menyepakati kenaikan batas utang. Indeks dollar jatuh ke posisi terendah enam minggu.

Mata uang Garuda sempat menguat 0,1% ke Rp 8.513 per dollar AS, pada pukul 11.40 di Jakarta. Ini level terkuatnya sejak 6 Juli.

Selama Juli ini, rupiah juga sudah terapresiasi 0,7%, seiring dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia mencapai US$ 516 juta melebihi jumlah yang mereka lepas. Sedangkan, dana asing di surat utang negara naik 25% sepanjang tahun ini menjadi Rp 243,93 triliun hingga 22 Juli.

Presiden Barack Obama memperingatkan berkembangnya utang di AS mengancam kerusakan ekonomi. Dia juga mendesak anggota parlemen mencari kesepakatan terkait peningkatan batas utang dan menghindari default.

Analis PT Commonwealth Bank menilai, kekuatan rupiah didukung oleh arus modal masuk. "Parlemen harus meningkatkan batas utang sehingga AS dapat memenuhi kewajibannya," ujarnya, hari ini di Jakarta.

BMRI beri pinjaman Rp 11 triliun kepada Pelindo II

BMRI beri pinjaman Rp 11 triliun kepada Pelindo II
JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sepakat memberikan pinjaman senilai Rp 11 triliun kepada PT Pelabuhan Indonesia II.

Mandiri menyebut, pinjaman itu untuk membantu operator pelabuhan tersebut membangun terminal di Jakarta Utara. Perseroan dan Pelindo telah meneken perjanjian pinjaman pada hari ini.

Adapun, hingga perdagangan pukul 11.29 di Jakarta, saham BMRI naik 2,6% ke Rp 7.900 per saham.

TOWR Raup Laba Bersih Rp252,62 Miliar

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Sarana Menara Tbk (TOWR) berhasil mencatatkan laba bersih komprehensif sebesar Rp252,62 miliar pada Semester 1-2011 setelah merugi Rp76,75 miliar pada periode serupa 2010.

Pencapaian laba bersih di Semester 1-2011 ini disebabkan kenaikan laba operasi Perseroan menjadi Rp417,19 miliar. dari Rp349,84 miliar pada Semester 1-2010. Selain itu, laba selidih kurs juga naik dari Rp144,65 miliar menjadi Rp176,13 miliar. Pendapatan Semester 1-2011 juga naik menjadi Rp772,27 miliar dibanding periode yang sama 2010 sebesar Rp664,64 miliar. Beban usaha naik dari Rp68,75 miliar menjadi Rp89,73 miliar.

Kewajiban Perseroan di Semester 1-2011 juga naik menjadi Rp6,53 triliun dari Rp6,19 triliun pada periode serupa 2010. Sementara ekuitasnya naik dari Rp1,26 triliun menjadi Rp1,48 triliun.