Selasa, 26 Juli 2011

Mata uang Asia kompak menguat seiring tekanan pada dollar AS

Mata uang Asia kompak menguat seiring tekanan pada dollar AS
SINGAPURA. Mata uang Asia naik, dipimpin won Korea Selatan dan ringgit Malaysia. Penguatan mata uang regional terjadi setelah Presiden Barack Obama memperingatkan utang AS dapat dengan serius merusak perekeonomian, sehingga memicu investor melepas dollar AS.

JPMorgan Asia Dollar Index naik 0,1%, setelah Obama menyerukan anggota parlemen untuk mengeyampingkan politik dan menyepakati peningkatan batas utang AS sebelum tenggat waktu 2 Agustus, guna menghindari default.

Won menguat 0,4% ke 1.052,25 per dollar As, pada pukul 11.29 di Seoul. Sementara, ringgit naik 0,3% ke posisi 2,9628. Dollar Singapura naik 0,2% ke S$ 1,2043, dan baht Thailand terapresiasi 0,2% ke 29,70.

Sementara, Dollar Index di ICE Futures, New York, yang membandingkan dollar AS terhadap enam mitra dagang utamanya, turun 0,3% ke 73,914.

Selain itu, won rebound dari penurunan terbesar dalam dua minggu, karena bank sentral mengatakan pertumbuhan ekonominya akan mengalami percepatan, dan spekulasi eksportir mengkonversi laba. Adapun, ringgit naik ke level tertinggi 12 pekan setelah bank sentral menyebut akan fokus menahan laju inflasi, sehingga memicu spekulasi suku bunga bakal dinaikkan.

Kepala ekonom untuk Asia dari Credit Suisse Group AG Joseph Tan menyebut, dollar AS melemah dibandingkan dengan mata uang Asia. "Ada banyak kekhawatiran terkait situasi utang. Yang pasti, utang memiliki efek menekan pada dollar AS," ujarnya, hari ini, di Singapura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar