Selasa, 12 Juli 2011

Investasi Asing ke RI Bakal Tembus US$ 16,7 Miliar di 2011

Gb
Jakarta - Penanaman modal asing (PMA) yang masuk ke Indonesia akan mencapai US$ 16,7 miliar selama 2011. PMA yang masuk jauh lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya sebesar US$ 13 miliar.

"Investasi bergulir terus lebih besar dari waktu ke waktu dan satu indikator investasi adalah masuknya PMA. Manakala tahun lalu PMA itu realisasinya US$ 13 miliar lebih, keseluruhan 2011 ini kita memproyeksikan PMA akan menjadi US$ 16,7 miliar," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Budi Mulya di sela konferensi pers triwulanan di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (12/7/2011).

Dijelaskan Budi Mulya, kenaikan PMA yang cukup besar ini akan ada dampaknya pada investasi di portofolio surat berharga.

"Berbarengan dengan naiknya capital dalam bentuk PMA, transaksi modal dalam bentuk portofolio investment meningkat. Kalau 2010 portofolio invetsment mencapai US$ 15,7 miliar, di tahun 2011 kita menduga akan ada koreksi di semester I ini sehingga di sisa semester II portfolio akan mencapai US$ 11 miliar," ungkapnya.

Lebih jauh Budi Mulya mengatakan dengan naiknya investasi tersebut ditargetkan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi dari proyeksi BI. Dewan Gubernur memprakirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai kisaran 6,3%-6,8% di 2011 dan 6,4%-6,9% di 2012.

"Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh sumber pertumbuhan yang semakin berimbang seiring dengan kinerja investasi yang terus meningkat dan kinerja ekspor yang masih tetap solid. Sementara itu, kinerja konsumsi rumah tangga juga tetap kuat," jelas Gubernur BI Darmin Nasution di tempat yang sama.

Pada triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi diprakirakan cukup tinggi, yaitu sebesar 6,6%, ditopang oleh konsumsi dan investasi. Di sisi sektoral, seluruh sektor ekonomi diprakirakan akan tumbuh dengan baik.

"Sektor-sektor yang diprakirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi ke depan, antara lain sektor transportasi dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor industri," imbuh Mantan Dirjen Pajak ini.

(dru/dnl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar