Selasa, 12 Juli 2011

Italia Jadi Sasaran Krisis Utang Eropa Berikutnya

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah dan IHSG kompak melemah. Selain faktor profit taking, pasar juga khawatir bahwa Italia akan menjadi sasaran krisis utang Uni Eropa berikutnya setelah stress test perbankan pekan ini.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, pelemahan rupiah hari ini salah satunya dipicu oleh teknical correction setelah rally kencang menyentuh 8.510 akhir pekan lalu. Hanya saja, sentimen global hari ini memang negatif seiring munculnya ekspektasi bahwa Italia akan menjadi sasaran krisis utang Uni Eropa berikutnya.

Menurutnya, meski hal itu hanya spekulasi pasar, tapi pengaruhnya cukup negatif. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya 8.528 dan terlemahnya 8.515,” katanya kepada INILAH.COM.

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (11/7) ditutup melemah 14 poin (0,16%) ke level 8.524/8.528 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu 8.510/8.515.

Sebab, kembali Firman mengatakan, pada Jumat 15 Juli akan dirilis hasil stress test perbankan Uni Eropa dalam menghadapi skema ekonomi yang negatif di kawasan itu. "Di pasar muncul spekulasi, perbankan Italia mungkin tidak akan lolos walaupun hal itu sudah dibantah oleh Gubernur Bank Sentral Italia," timpalnya.

Dia menegaskan, market kurang begitu yakin Italia akan lolos dari stress test itu. Apalagi, di pasar juga ada kecemasan, Eropa akan menjalankan kebijakan roll over utang Yunani walaupun berisiko selective default. "Pemegang obligasi lama, menukarkannya dengan obligasi baru dengan tenor dan yield yang jauh lebih tinggi," paparnya.

Menurut Firman, kondisi itu akan menjadi shock baru bagi sistem keuangan global. Sebab, lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s Rating Service jelas menyatakan, aksi roll over itu sebagai selective default (gagal bayar selektif).

Tapi, lanjutnya, pasar tidak menekan rupiah terlalu dalam karena pada Selasa (12/7) Bank Indonesia akan mengumumkan suku bunga acuan (BI rate) yang diperkirakan masih ditahan di level 6,75%. "Market juga ingin melihat outlook kebijakan moneter Bank Indonesia ke depannya," imbuh Firman.

Dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS mengut ke level US$1,4125 dari sebelumnya US$1,41267 per euro," imbuh Firman.

Dari bursa saham, Head of Researh Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, terbatasnya pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) 8,10 poin (0,20%) ke level 3.995,587 dipicu oleh revisi positif target Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun ini oleh pemerintah dari level 6,4% ke level 6,5% dalam APBNP 2011. Tapi, indeks mendarat di teritori negatif karena faktor regional memang masih menghantui pasar domestik sehingga memicu kekhawatiran.

Karena itu, lanjutnya, market mengharapkan adanya indikasi positif dari eksternal yang bisa membawa indeks kembali melaju ke depan. “Salah satunya, pasar melihat, pertemuan International Monetary Fund (IMF) dengan Komisi Uni Eropa dipastikan akan merealisasikan bailout untuk Yunani,” paparnya.

Pada saat yang sama, imbuhnya, pasar juga mencermati masih berlangsungnya negosiasi antara pemerintahan Obama dengan Kongres AS terkait kenaikan limit utang AS dari level saat ini US$14,2 triliun. “Pasar mengharapkan adanya titik temu sehingga jadi katalis positif bagi indeks global,” ungkap Alfiansyah.

Apalagi, ditegaskan Alfiansyah, dalam pekan ini akan banyak data ekonomi AS yang dirilis. “Di antaranya persedian atau cadangan minyak negara adidaya itu dan data jobless claim,” imbuh Alfiansyah.[ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar