Selasa, 12 Juli 2011

Saham BUMI Jadi Perburuan Pasar

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Laju saham BUMI, Selasa (12/7) diprediksi menguat. Emiten ini jadi perburuan pasar karena harganya jauh tertinggal setelah indeks tembus 4.000. Saatnya strong buy!

Pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, potensi penguatan saham PT Bumi Resources (BUMI) hari ini salah satunya dipicu oleh faktor perburuan pasar atas saham-saham yang sudah tertinggal jauh setelah indeks tembus 4.000. Saham sejuta umat ini masuk dalam kategori ini.

Apalagi, lanjut Willy, setelah indeks tembus 4.000, hanya saham-saham tertentu yang naik. Artinya, pergerakan saham tidak kompak mendukung indeks mencapai level tersebut. Padahal, jika indeks ingin kokoh mencapai level tertinggi barunya, harus didukung oleh semua saham. “Karena BUMI akan menguat dan bergerak dalam kisaran support Rp2.950 dan Rp3.075 sebagai level resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (11/7).

Pada perdagagan Senin (11/7) saham BUMI ditutup melemah Rp25 (0,82%) ke level Rp3.000 dari level sebelumnya Rp3.025. Harga intraday tertingginya mencapai Rp3.025 dan terendah Rp2.975. Volume transaksi mencapai 54,4 juta unit saham senilai Rp163,1 miliar dan frekuensi 1.782 kali.

Lebih jauh dia menjelaskan, koreksi indeks kemarin 8 poin sangat wajar dan merupakan masa konsolidasi sesaat yang memang diperlukan setelah tembus level 4.000 ke level 4.003 akhir pekan lalu. Konsolidasi itu untuk melanjutkan penguatan ke level 4.100. “Karena itu, posisi indeks masih aman,” tandasnya.

Apalagi, lanjut Willy, investor asing masih dalam posisi net buy hampir Rp100 miliar. Artinya, market Indoenesia masih sangat bullish. Koreksi kemarin karena investor sedang mencari pergerakan market berikutnya. Koreksi kemarin juga dipicu oleh kekhawatiran pasar atas perbankan Italia yang dinilai pasar tidak akan lulus stress test perbankan kawasan itu.

Karena pasar takut Italia akan menjadi sasaran krisis utang Uni Eropa berikutnya. Dalam situasi market yang mencari arah, pasar mencari saham-saham yang sudah tertinggal jauh seperti BUMI. “Saham anak usaha grup Bakrie ini sangat tertinggal,” ungkapnya.

Padahal, pada saat market tembus level tertinggi pada 2008, saham BUMI berada di level Rp8.000 per saham. Untuk saat ini, secara teknikal, saham BUMI sendiri terjadi penahanan pada level Rp3.000. “Investor saat ini, akan berburu gain di saham-saham yang tertinggal seperti BUMI,” tuturnya.

Sebab, saham-saham lain seperti PT Astra Internasional (ASII) sudah memberikan capital gain yang signifikan. Begitu juga dengan PT Bank Central Asia (BBCA). Investor akan jeli melihat saham-saham yang tertinggal seperti BUMI, PT Bakrie and Brothers (BNBR), dan PT Energi Mega Persada (ENRG). “Saham-saham yang tertinggal inilah yang mendapat giliran dilirik investor,” tuturnya.

Selain tertinggal jauh, menurut Willy, potensi penguatan saham BUMI juga karena faktor tren kenaikan harga batu bara. Berdasarkan harga mingguan di Newcastle, harga batu bara naik ke level US$122,45 per metrik dari pekan sebelumnya US$120,90 per metrik ton. “Ini menandakan demand batu bara tinggi terutama dari China sehingga menjadi sentiment positif bagi saham-saham batu bara termasuk BUMI,” ungkapnya.

Namun, untuk penguatan saham BUMI lebih jauh, pasar menantikan kinerja keuangan BUMI yang kinclong pada kuartal II/2011. Penantian atas laporan keuangan ini akan menentukan harga saham sejuta umat ini. “Saya menargetkan harga saham BUMI akan bermain dalam kisaran Rp2.900-3.500 sebagai antisipasi dan respon atas laporan keuangannya itu,” ucapnya.

Pasalnya, IHSG pun bakal mencapai 4.100 saat berbagai emiten merilis kinerja keuanggan untuk semester I/2011. “Saya rekomendasikan strong buy untuk saham BUMI,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar