Selasa, 09 Agustus 2011

Pemerintah Mengaku Siapkan Dana Mitasi Krisis Ekonomi Rp 103 Triliun

Gb
Jakarta - Antisipasi krisis ekonomi, pemerintah Indonesia menyiapkan dana mitigasi Rp 103,1 triliun pada APBN-P 2011. Dana tersebut dialokasikan dalam empat pos anggaran. Selain itu, pemerintah merencanakan pembelian kembali (buyback) obligasi negara sebesar Rp 3,07 triliun.

Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro menyebutkan dalam APBN-P 2011 pemerintah mengalokasikan anggaran belanja yang polanya diarahkan untuk memitigasi krisis ekonomi.

Pertama, mengalokasikan dana cadangan risiko perubahan asumsi makro dan stabilisasi harga Rp 4,7 triliun. Kedua, melalui pos belanja bantuan sosial sebesar Rp 81,8 triliun yang digunakan untuk mendanai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Program Keluarga Harapan (PKH), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan mitigasi bencana alam.

Ketiga melalui anggaran subsidi pangan Rp 15,3 triliun. Keempat, pemberian beras untuk rakyat miskin atau Raskin ke-13 sebesar Rp 1,3 triliun.

"Selain itu, pemerintah menyiapkan pula sejumlah langkah mitigasi krisis. Yaitu melalui buyback SBN, lalu bond stabilization framework, dan juga ada manajemen protokol krisis," jelasnya dalam jumpa pers di Gedung Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Selasa (9/8/2011).

Menurut Bambang, risiko investasi Indonesia mengalami kenaikan belakangan ini karena sentimen global yang bermuara dari krisis utang di Amerika Serikat dan Eropa. Hal itu tercermin dari meningkatnya credit default swap (CDS) Indonesia untuk yang berjangka waktu 10 tahun, dari 186.46 per 31 Juli 2011 menjadi 202,75 pada 5 Agustus 2011, dan 240,37 pada 8 Agustus 2011.

"CDS Indonesia kira-kira hampir sama dengan Filipina yang sebesar 234.98, serta Turki 231.11. Jadi memang ada peningkatan risiko, tapi kenaikan risikonya masih pada tahap bisa di-manage," ujarnya.

Bambang menyatakan meningkatnya risiko juga bisa dilihat dari penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang juga memberi tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

"Bursa terpengaruh signifikan tapi rupiah terkontrol," jelasnya.

Di tempat yang sama, Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto menyatakan pada dasarnya pasar obligasi negara bisa merefleksikan keyakinan pelaku pasar terhadap pemerintah. Saat ini obligasi negara sebesar Rp 690 triliun dipegang oleh investor institusi di pasar domestik, seperti perbankan, asuransi, dana pensiun, reksa dana, dan perorangan. Sementara sisanya, sekitar Rp 249 triliun dipegang oleh asing.

"Jadi kalau krisis di pasar SBN, itu dampak yang terjelek dua itu. Yang pertama cost of borrowing (biaya Utang) pemerintah naik dan akan membebani APBN, dan kedua reversal, karena Rp 249 triliun SBN yang dipegang asing mungkin sebagian akan keluar,” ujarnya.

Namun, jelas Rahmat, sejauh ini belum ada indikasi terjadinya krisis di pasar surat utang negara (SUN). Untuk mengantisipasi itu, pemerintah sudah memiliki krisis manajemen protokol dan menyiapkan kebijakan buyback SBN.

"Situasi pasar masih normal, namun kita harus waspadai prakrisis dan krisis. Kemarin terjadi nett sell asing sebesar Rp 3,86 triliun, dan hari ini turun jadi Rp 1,24 triliun. sebelumnya, Jumat (pekan lalu) Rp 663 miliar,” pungkasnya.

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang mengungkapkan pemerintah merencanakan buyback SBN pada tahun ini sebesar Rp 3,07 triliun. Dari rencana tersebut, sejauh ini realisasinya baru sebesar Rp 367,2 miliar.

(nia/dnl)

Bapepam: Kejatuhan IHSG Bukan Karena Aksi Forced Sell

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kejatuhan sejak akhir pekan lalu akibat krisis utang di AS dan Eropa. Sampai saat ini belum ada aksi forced sell yang terdeksi otoritas bursa.

Menurut Kepala Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nurhaida, saat ini kondisi perdagangan saham jauh berbeda dengan saat krisis 2008, di mana banyak pelaku pasar yang melakukan perdagangan margin.

"Kondisi saat ini beda sekali dengan 2008 di mana margin trading banyak sekali dilakukan dan sangat-sangat spekulatif. Beda dengan sekarang, margin trading sekarang sudah ada aturannya yang jelas," ungkapnya dalam jumpa pers di Gedung Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Selasa (9/8/2011).

Nurhaida menyatakan berdasarkan hasil pantauan pihaknya, hingga kini belum ada laporan forced sell besar-besaran. Dia menegaskan hal tersebut disebabkan adanya kebijakan yang lebih baik saat ini.

"Laporan harian margin trading tidak terlalu besar dan juga bukan yang spekulatif. Sampai saat ini kami belum lihat adanya laporan terjadi forced sell ataupun forced sell besar-besaran. Kami anggap karena sudah diatur lebih baik maka transaksi margin ini lebih reasonable," jelasnya.

Demikian pula dengan yang terjadi pada perdagangan short selling. Ia pun mengaku belum melihat indikasi adanya perdagangan short selling hingga hari ini. Namun bila terindikasi adanya tren tersebut dalam kondisi saat ini maka Bapepam-LK punya kewenangan untuk memberhentikannya.

"Sampai saat ini kita belum lihat indikasi short-selling tapi Bapepam-LK punya kewenangan penghentian short selling kalau dianggap perlu melihat tren yang terjadi. Kalau short selling nilainya besar dan tidak sesuai dengan ketentuan, bisa saja Bapepam melakukan penghentian short selling. Sampai saat ini short selling masih dibolehkan dengan persyaratan-persyaratan dan kondisi-kondisi yang memang sudah ada kriteria yang jelas tentang short selling," tandasnya.

Forced sell atau jual paksa merupakan hak yang dimiliki sekuritas terkait adanya fasilitas marjin di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bagi sebagian investor, terlebih bagi kalangan awam, istilah forced boleh jadi terasosiasi dengan segala momok yang menyeramkan dalam investasi di pasar modal.

(nia/dnl)

S&P Diprediksi akan Bawa Wall Street Rebound

Headline
INILAH.COM, New York - Bursa saham Wall Street diprediksi akan rebound yang didukung indeks S&P pada perdagangan Selasa (9/8).

Indeks S&P diprediksi akan naik 1,7% setelah jatuh pada 6,7%. Pasar menunggu hasil pertemuan The Fed. Bursa saham Eropa telah bergerak volatile saat minyak dunia menguat dan franc Swiss naik terhadap dolar dan euro, demikian dikutip dari yahoofinance.com.

Para pejabat The Fed hari ini melakukan pertemuan sejak AS mengalami downgrade rating utang dari AAA menjadi AA+. Namun beredar informasi The Fed akan mengumumkan langkah-langkah baru untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi AS.

Bahkan ekonom Universitas Harvard, Kenneth Rogoff memperkirakan bank sentral akan memulai putaran ketiga pembelian aset.

Bursa Asia mayoritas melemah seperti indeks Hang Seng turun 5,6% ke 19.330, indeks Nikkei turun 1,6% ke 8.944, indeks Shanghai turun Rp0,03% ke 2.525 dan indeks ASX naik 1,2% ke 4.034.

Sedangkan bursa Eropa melemah seperti indeks FTSE turun 0,02% ke 5.067, indeks DAX turun 1,3% ke 5.840 dan indeks CAC naik 0,1% ke 3.129.

Sedangkan Wall Street pada perdagangan Senin (8/8) masih negatif. Indeks Dow Jones turun 634,76 poin atau 5,55% ke level 10.809,85. Indeks S&P 500 turun 79,92 poin atau 6,66% ke level 1.119,46. Indeks Nasdaq turun 174,72 poin atau 6,90% atau ditutup di level 2.357,69.

Bank Sentral Eropa Mulai Aktif Beli Obligasi

Headline
INILAH.COM, London - Bank Sentral Eropa (ECB) secara aktif membeli obligasi pemerintah di pasar sekunder.

Presiden ECB, Jean-Claude Trichet, mendesak pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah baru yagn sudah disepakati pada 21 Juli saat membahas solusi krisis. Namun Trichet tidak menjawab dengan pasti jangka waktu pembelian yang dilakukan di pasar sekunder tersebut.

"Jelas saya tidak memberitahu. Kami berada di pasar sekunder. Saya tidak akan memberi tahu anda apa yang kita beli atau jumlahnya. Tetapi kita benar-benar transparan," kata Trichet yang dikutip dari yahoofinance.com.

SCB melakukan pembelian di pasar sekunder sejak Senin untuk obligasi Italia dan Spanyol. Hal ini untuk menurunkan biaya pinjaman di kedua negara itu. "Untuk waktu yang lama sejak Mei 2010, kami efektif memiliki ukuran baru, ukuran tidak konvensional yang memungkinkan kita untuk mencoba untuk lebih memastikan transmisi keputusan moneter ini," jelasnya.

Bapepam: Ah.. Belum ada 'Forced Sell' Besar

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengungkapkan, sejak IHSG anjlok pada akhir pekan lalu hingga penutupan hari ini belum ada tidakan.

Kepala Bapepam-LK, Nurhaida menyatakan, saat ini kondisi perdagangan saham jauh berbeda dengan saat krisis 2008, dimana pelaku pasar pasar banyak sekali melakukan perdagangan margin.

"Kondisi saat ini beda sekali dengan 2008 dimana margin trading banyak sekali dilakukan dan sangat-sangat spekulatif. Beda dengan sekarang, margin trading sekarang sudah ada aturannya yang jelas," ungkapnya dalam jumpa pers di kantor Kemenkeu, Selasa (9/8).

IHSG hari ini ditutup melemah 115,15 poin atau 2,99% menjadi 3.735,12. Volume perdagangan sebesar 10,1 miliar saham senilai Rp9,3 triliun. IHSG mengalami net foreign sell Rp952,4 miliar dengan penjualan asing mencapai Rp2,5 triliun dan pembelian asing sebesar Rp1,5 triliun.

Berdasarkan hasil pantauan pihaknya, hingga kini belum ada laporan forced sell besar-besaran. Ia mengklaim hal ini dikarenakan adanya kebijakan saat ini yang lebih baik.

"Laporan harian margin trading tidak terlalu besar dan juga bukan yang spekulatif. Sampai saat ini kami belum lihat adanya laporan terjadi forced sell ataupun forced sell besar-besaran. Kami anggap karena sudah diatur lebih baik maka transaksi margin ini lebih reasonable," paparnya.

Demikian pula dengan yang terjadi pada perdagangan short selling. Ia pun mengaku belum melihat indikasi adanya perdagangan short selling hingga hari ini. Namun bila terindikasi adanya tren tersebut dalam kondisi saat ini maka Bapepam-LK punya kewenangan untuk memberhentikannya.

"Sampai saat ini kita belum lihat indikasi short-selling tapi Bapepam-LK punya kewenangan penghentian short selling kalau dianggap perlu melihat tren yang terjadi. Kalau short selling nilainya esar dan tidak sesuai dengan ketentuan, bisa saja Bapepam melakukan penghentian short selling. Sampai saat ini short selling masih dibolehkan dengan persyaratan-persyaratan dan kondisi-kondisi yang memang sudah ada kriteria yang jelas tentang shortselling," jelasnya. [hid]

Situasi Tak Pasti, Market Bergerak Liar

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Rupiah melemah tajam menyusul rontoknya IHSG tiga hari terakhir. Situasi market tak pasti setelah Dow Jones rontok di atas 600 poin, koreksi terbesar dalam dua tahun terakhir.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh ulah investor yang membuang aset-aset berisiko seperti saham dan mata uang terutama dolar AS. Itu terjadi setelah ketegangan di pasar semakin meningkat setelah indeks Dow Jones anjlok lebih dari 600 poin.

Kerontokan tersebut, lanjutnya, merupakan penurunan terbesar dalam dua tahun terakhir. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 8.604 dan level terkuatnya 8.534 per dolar AS dari level pembukaan 8.578 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (9/8).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (9/8) ditutup melemah 57 poin (0,67%) ke level 8.557/8.567 per dolar AS dari posisi kemarin 8.500/8.510.

Selain itu, lanjutnya, aksi down grade dari lembaga pemeringkat terhadap rating kredit US Treasury, juga turut menekan rupiah. Sebab, kondisi itu diprediksi pasar dapat mendorong potensi risiko resesi double dip (gelombang kedua) di AS dan juga akan memicu resesi global.

Saat ini, menurut Christian, situasinya tidak pasti karena investor membuang aset berisiko yang biasanya dialihkan ke safe haven dolar AS. "Tapi, dengan terjadinya down grade pada aset dolar AS yakni US Treasury, mereka mengalihkan asetnya ke mata uang yang pertumbuhannya cukup stabil seperti Indonesia atau aset lain seperti emas dan mata uang Eropa swiss franc," ungkapnya.

Tapi, dia memaparkan, rupiah masih lemah dibandingkan kemarin meskipun menguat dibandingkan pembukaan di level 8.578 per dolar AS. "Dalam situasi yang tidak pasti market cenderung bergerak liar," timpalnya.

Dari Eropa pun, imbuhnya, situasinya sama masih goyah akibat kekhawatiran penyebaran krisis terhadap Italia dan Spanyol yang tidak bisa diredam oleh pembelian obligasi oleh European Central Bank (ECB) atas kedua negara itu. "Pada saat yang sama, terjadi kerusuhan di London," ungkapnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS turun 0,2% ke level 74,74 dari sebelumnya 74,99. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4263 dari sebelumnya US$1,4162 per euro," imbuh Christian.

Dari bursa saham, pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebesar 115,15 poin (2,99%) ke level 3.735,119 dipicu oleh bursa regional yang rata-rata turun di atas 5% setelah Dow Jones anjlok 634,76 poin (5,55%) ke level 10.809,80.

Tapi menurutnya, koreksi indeks saat ini tidak terlalu berbahaya dibandingkan 2008. “Saya justru melihat, yang paling berbahaya adalah saat korontokan IHSG pada 2008. Saat itu, Dow Jones turun ke level 8.000-an sedangkan sekarang Dow Jones masih bertahan di atas 10.000,” ungkap Willy.

Dengan kerontokan market saat ini, lanjutnya, pasar jangan melihat krisis AS semata faktor ekonomi tapi juga politis antara kubu Partai Demokrat dengan Republik. “Yng perlu diingat pasar, tak ada satu negara pun di dunia yang bangkrut,” tandasnya.

Saat ini, satu rating AS dipangkas ke level AA+ dari AAA, telah membuat market hancur lebur. Padahal, banyak negara dengan rating jauh di bawah AA+. “Karena itu, yang terjadi di Amerika bukan semata ekonomi, tapi juga politik,” ungkapnya.

Rezim Partai Republik sudah meninggalkan utang yang terlalu besar hampir 100% Produk Domestik Bruto (PDB) untuk pemerintahan Obama dari Partai Demokrat akibat biaya perang yang berkepanjangan. “Inilah ujian bagi Obama sebagai presiden pertama yang berasal dari kulit hitam di AS,” imbuhnya.

Tapi, Willy yakin pada akhirnya, pemerintahan Obama akan mendapatkan jalan keluarnya dan mendapat dukungan di Kongres termasuk Partai Republik. Hanya saja untuk saat ini, market domestik berada dalam tekanan. Apalagi, koreksi indeks juga mendapat dukungan dari kerontokan bursa Eropa siang ini.

Tapi, di tengah kepanikan pasar, pertemuan Bank Sentral AS nanti malam diharapkan Willy bisa memberikan kesejukan bagi market. Apalagi, dari fundamental ekonomi Indonesia, tak ada yang perlu diikhawatirkan. Sebab, cadangan devisa RI mencapai level tertinggi dalam sejarah US$122,7 miliar dan nilai ekspor sudah mencapai US$200 miliar per Juni 2011. “Pada saat yang sama, laba bersih emiten kuartal kedua 2011 juga sudah mencapai rata-rata 25%,” ungkapnya. [mdr]

Inilah Daftar 'Top Foreign Buy' Selasa (9/8)

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Saham BKSL hari ini terbanyak dibeli investor asing mencapai 21,8 juta saham dari volume perdagangan 393,7 juta saham dengan total transaksi Rp76,7 miliar.

Demikian dikutip dari data BEI, Selasa (9/8). IHSG ditutup melemah 115,15 poin atau 2,99% menjadi 3.735,12. Volume perdagangan sebesar 10,1 miliar saham senilai Rp9,3 triliun. IHSG mengalami net foreign sell Rp952,4 miliar dengan penjualan asing mencapai Rp2,5 triliun dan pembelian asing sebesar Rp1,5 triliun.

Urutan kedua saham DEWA mencapai 8,6 juta saham dari volume perdagangan 680,4 juta saham dengan total transaksi senilai Rp59,3 miliar. Urutan ketiga saham BWPT mencapai 8,5 juta saham dari volume perdagangan 16,4 juta saham dengan total transaksi senilai Rp19,08 miliar. Urutan keempat saham UNSP mencapai 8,1 juta saham dari volume perdagangan 203,2 juta saham dengan total transaksi senilai Rp73,5 miliar.

Urutan kelima saham BHIT mencapai 7,07 juta saham dari volume perdagangan 123,1 juta saham dengan total transaksi senilai Rp24,7 miliar. Urutan keenam saham SIPD mencapai 7 juta saham dari volume perdagangan 220,2 juta saham dengan total transaksi senilai Rp15,2 miliar. Urutan ketujuh saham LSIP mencapai 6,5 juta saham dari volume perdagangan 18,3 juta saham dengan total transaksi senilai Rp40,7 miliar.

Urutan kedelapan saham BRAU mencapai 6,5 juta saham dari volume perdagangan 17,1 juta saham dengan total transaksi senilai Rp8,4 miliar. Urutan kesembilan saham CFIN mencapai 5,6 juta saham dari volume perdagangan 27,1 juta saham dengan nilai transaksi Rp19,4 miliar. Urutan kesepuluh saham BMTR mencapai 4,9 juta saham dari volume perdagangan 10,5 juta saham dengan nilai transaksi Rp8,04 miliar.

Ketegangan Meningkat, Rupiah Anjlok 57 Poin

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (9/8) ditutup melemah 57 poin (0,67%) ke level 8.557/8.567 per dolar AS dari posisi kemarin 8.500/8.510.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh para investor yang membuang aset-aset berisiko seperti saham dan mata uang terutama dolar AS. Itu terjadi setelah ketegangan di market semakin meningkat setelah pasar saham Dow Jones anjlok lebih dari 600 poin.

Kerontokan tersebut, lanjutnya, merupakan penurunan terbesar dalam dua tahun terakhir. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 8.604 dan level terkuatnya 8.534 per dolar AS dari level pembukaan 8.578 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (9/8).

Selain itu, lanjutnya, aksi down grade dari lembaga pemeringkat terhadap rating kredit US Treasury, juga turut menekan rupiah. Sebab, kondisi itu dilihat pasar dapat mendorong potensi risiko resesi double dip (gelombang kedua) di AS dan juga akan memicu resesi global.

Saat ini, ditegaskan Christian, situasinya tidak pasti karena para investor membuang aset berisiko yang biasanya dialihkan ke safe haven dolar AS. "Tapi, dengan terjadi down grade pada aset dolar AS yakni US Treasury, mereka mengalihkan asetnya ke mata uang yang pertumbuhannya cukup stabil seperti Indonesia atau aset lain seperti emas dan mata uang Eropa swiss franc," ungkapnya.

Tapi, dia memaparkan, rupiah masih lemah dibandingkan kemarin meskipun menguat dibadingkan pembukaan di level 8.578 per dolar AS. "Dalam situasi yang tidak pasti market cenderung bergerak liar," timpalnya.

Dari Eropa pun, imbuhnya, situasinya sama masih goyah akibat kekhawatiran penyebaran krisis terhadap Italia dan Spanyol yang tidak bisa diredam oleh pembelian obligasi oleh European Central Bank (ECB) atas kedua negara itu. "Pada saat yang sama, terjadi kerusuhan di London," ungkapnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS turun 0,2% ke level 74,74 dari sebelumnya 74,99. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4263 dari sebelumnya US$1,4162 per euro," imbuh Christian.

AS-China Guncang Bursa Asia

Headline
INILAH.COM, Sydney – Situasi pasar global, terutama Amerika Serikat (AS) dan China, menggoyahkan pertahanan bursa Asia dan membuatnya ditutup melemah pada Selasa (9/8).

Indeks Komposit Morgan Stanley (MSCI) Asia Pasifik (APAC) melemah 1,3% ke 121,28 dengan rasio tiga banding tiga, untuk saham yang naik dan turun. MSCI APAC terkoreksi lebih dari 10% sejak puncaknya pada Mei lalu.

Pasar saham seluruh dunia merugi US$7,8 triliun selama dua pekan terakhir. Namun penurunan itu mereda karena MSCI APAC hari ini memperkecil penurunan sejak posisi puncak ke level 5,5%.

Melemahnya MSCI APAC disebabkan enam bursa saham terbesar di kawasan ini turun lebih dari 20% sejak Standard&Poor (S&P) menurunkan peringkat kredit AS. Selain itu, China juga melaporkan kenaikan inflasi.

CEO Ausbil Dexia Ltd.di Sydney, Paul Xiradis berpendapat, ketakutan pasar sudah beralih. “Seperti ada kebakaran yang berlalu dengan cepat. Kekhawatiran berlalu dan kita menyaksikan tanda-tanda klimaks,” ujarnya.

Saham sektor industri yang dipantau MSCI APAC turun. Namun agak sedikit tertahan, menyusul Taiwan dan Korea Selatan yang menopang bursa saham. Serta spekulasi Bank Sentral AS akan mengumumkan kebijakan untuk menopang pasar.

Bursa saham Taiwan turun 0,8%. Tindakan pemerintah yang hendak membeli saham, mampu menghambat pasar turun lebih dalam. Tindakan serupa dilakukan Korsel, sehingga Kospi ditutup turun pada 3,6% meski sempat turun 9,9%.

Pejabat The Fed memperkuat komitmen mereka dalam menggelontorkan stimulus yang mencapai rekor, setelah pelambatan pemulihan dan downgrade peringkat utang AS. Sebanyak 52% responden Bloomberg News yakin The Fed akan melonggarkan kebijakan moneter.

“Perlu ada circuit breaker setelah terjun bebas bursa saham selama beberapa hari terakhir. Sepertinya dalam bentuk intervensi pemerintah sehingga saham bisa mulai rally lagi,” kata Jason Teh yang mengelola dana US$3 miliar di Investors Mutual Ltd. Sydney.

Sony Corp. yang hampir 50% pendapatannya dari AS dan Eropa, turun 1,1%. Produsen otomotif terbesar dunia Toyota Motor Corp., turun 1,9%. Samsung Electronics Co., eksportir elektronik nomor satu Korsel, merosot 4,7%. HSBC Holdings Plc turun 3,4%.

Indeks Nikkei di Jepang turun 1,7% dan Hang Seng di Hong Kong 1,9% karena pengaruh inflasi China. Per Juli, inflasi Negeri Tirai Bambu tercepat selama tiga tahun terakhir. Pemerintah terpaksa memperketat kebijakan agar tak berdampak secara global.

Sementara bursa Australia rebound 1,2% dan menutup kerugian perdagangan yang sempat menyentuh 5,5%. Kemarin, bursa ini sempat turun di bawah level 4.000 atau merosot 20% dari titik tertingginya pada April 2010.

Bursa saham Australia, India, Hong Kong, Shanghai dan Korsel tercatat turun 20% lebih dari ttik puncaknya. Hal ini bisa dikatakan sebagai bear market, disebabkan kekhawatiran pasar global melambat dan AS berpotensi mengalami resesi lagi.

Penurunan bursa Asia menghapus kenaikan yang susah payah diperoleh sejak Gubernur The Fed Ben Bernanke mengumumkan pada Agustus 2010, pihaknya akan kembali mengucurkan stimulus melalui quantitative easing bagian kedua. [ast]

Inilah Daftar 'Top Foreign Sell' Selasa (9/8)

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Saham ASRI hari ini terbanyak dijual investor asing mencapai 32,3 juta saham dari volume perdagangan 135,5 juta saham dengan total transaksi Rp51,6 miliar.

Demikian dikutip dari data BEI, Selasa (9/8). IHSG ditutup melemah 115,15 poin atau 2,99% menjadi 3.735,12. Volume perdagangan sebesar 10,1 miliar saham senilai Rp9,3 triliun. IHSG mengalami net foreign sell Rp952,4 miliar dengan penjualan asing mencapai Rp2,5 triliun dan pembelian asing sebesar Rp1,5 triliun.

Urutan kedua saham ADRO mencapai 28,1 juta saham dari volume perdagangan 72,4 juta saham dengan total transaksi senilai Rp162,07 miliar. Urutan ketiga saham BORN mencapai 28,1 juta saham dari volume perdagangan 90,4 juta saham dengan total transaksi senilai Rp107,1 miliar. Urutan keempat saham IPOL mencapai 22,4 juta saham dari volume perdagangan 92,9 juta saham dengan total transaksi senilai Rp15,6 miliar.

Urutan kelima saham ELTY mencapai 21,6 juta saham dari volume perdagangan 527,9 juta saham dengan total transaksi senilai Rp76,8 miliar. Urutan keenam saham BBRI mencapai 17,3 juta saham dari volume perdagangan 100,09 juta saham dengan total transaksi senilai Rp631,8 miliar. Urutan ketujuh saham BBCA mencapai 16,7 juta saham dari volume perdagangan 78,7 juta saham dengan total transaksi senilai Rp603,2 miliar.

Urutan kedelapan saham BBNI mencapai 15,3 juta saham dari volume perdagangan 77,8 juta saham dengan total transaksi senilai Rp309,7 miliar. Urutan kesembilan saham BSDE mencapai 11,8 juta saham dari volume perdagangan 27,3 juta saham dengan nilai transaksi Rp24,2 miliar. Urutan kesepuluh saham LPKR mencapai 9,8 juta saham dari volume perdagangan 132,5 juta saham dengan nilai transaksi Rp95,6 miliar.

Saham PGAS Menjadi Saham Teraktif Selasa (9/8)

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 7.937 senilai Rp420,11 miliar pada perdagangan saham Selasa (9/8).

Demikian seperti dikutip dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (9/8). Urutan kedua, saham PT Langgeng Makmur Industri Tbk (LMPI) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 7.208 kali senilai Rp8,68 miliar. Urutan ketiga, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 6.966 kali senilai Rp283,31 miliar.

Urutan keempat, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 6.189 kali senilai Rp631,85 miliar. Urutan kelima, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 6.617 kali senilai Rp603,22 miliar.

Urutan keenam, saham PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 5.705 kali senilai Rp748,90 miliar. Urutan ketujuh, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 5.401 kali senilai Rp606,74 miliar. Urutan kedelapan, saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 5.393 kali senilai Rp175,20 miliar.

Urutan kesembilan, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 4.547 kali senilai Rp573,21 miliar. Urutan kesepuluh, saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mencatatkan saham teraktif dengan frekuensi 4.046 kali senilai Rp71,14 miliar. [hid]

Bursa Eksternal Memburuk, IHSG Terpuruk

Headline
INILAH.COM, Jakarta – IHSG kembali terpuruk di zona negatif. Memburuknya bursa regional dan eksternal serta keluarnya dana asing, menghambat upaya penguatan bursa.

Pada perdagangan Selasa (9/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 155,147 poin (3,00%) ke level 3.735,119, dengan intraday terendah di 3.590,94 dan tertinggi di 3.873,54. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang turun 21,432 poin (3,14%) ke level 660.514.

IHSG hampir sepanjang perdagangan bergerak di teritori negatif. Dibuka melemah 3,88% ke level 3.700, indeks berupaya menguat hingga pada sesi pertama bertengger di angka 3.747. Pada sesi dua, IHSG bahkan sempat mencicipi zona hijau di level 3.873, sebelum akhirnya terkoreksi lagi dan akhirnya ditutup di level 3.735.

Seperti diperkirakan sebelumnya, IHSG hari ini masih mengalami koreksi signifikan, seiring pelemahan bursa global dan regional. “Pembukaan bursa Eropa yang melemah, juga menekanmarket domestik,” ujar pengamat pasar modal Willy Sanjaya.

Bursa AS semalam terkoreksi signifikan sekitar 6%, memfaktorkan penurunan rating utang AS oleh S&P. Selain penurunan rating obligasi negara bagian dan beberapa perusahaan terkait, seperti Fanny Mae, Freddy Mac dan Berkshire Hathaway.

Langkah positif bank sentral Eropa melakukan pembelian obligasi Spanyol dan Italia gagal memberi sentimen positif di pasar global. Apalagi inflasi China pada Juli naik 6,5% YoY, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi.

Sementara itu, dari pasar domestik, Bank Indonesia (BI) kembali menahan BI Rate di level 6,75%. Keputusan ini diambil karena tingkat suku bunga acuan itu masih memadai dalam menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. Namun, pengumuman ini tidak memberi efek sentimen signifikan pada IHSG.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia didukung volume transaksi sebesar 10,138 miliar lembar saham, senilai Rp 9,464 triliun dan frekuensi 223.733 kali. Sebanyak 35 saham naik, sisanya 255 saham turun, dan 40 saham stagnan.

Keluarnya dana asing, mengkontribusi pelemahan bursa, dimana nilai transaksi jual bersih (net foreign sell) mencapai Rp952 miliar. Rinciannya adalah transaksi jual sebesar Rp2,539 triliun dan transaksi beli mencapai Rp1,587 triliun.

Sektor tambang memimpin penurunan, dengan jatuh 4,7%. Disusul sektor finansial yang turun 3,1%, perdagangan dan perkebunan 2,9%, industri dasar 2,8%, konsumer 2,7%, infrastruktur dan properti yang turun 2,6%.

Beberapa emiten yang melemah antara lain Bukit Asam (PTBA) turun Rp 1.500 ke Rp 17.850, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.450 ke Rp 42.800, Astra Agro (AALI) turun Rp 1.100 ke Rp 21.200, dan Unilever (UNVR) turun Rp 1.000 ke Rp 15.000.

Sedangkan emiten-emiten lain yang menguat antara lain Century Textille (CNTX) naik Rp 350 ke Rp 7.850, Axiata (EXCL) naik Rp 250 ke Rp 5.350, Colorpak (CLPI) naik Rp 120 ke Rp 1.750, dan Surya Citra (SCMA) naik Rp 100 ke Rp 6.300.

Bursa regional Asia tercatat melemah. Indeks Komposit Shanghai turun 0,75 poin (0,03%) ke level 2.526,07, indeks Hang Seng jatuh 1.159,87 poin (5,66%) ke level 19.330,70, indeks Nikkei 225 terpangkas 153,08 poin (1,68%) ke level 8.944,48 dan indeks Kospi turun 3,64% ke level 1.801,35. [mdr]

Asing Tetap Jual, IHSG Ditutup Turun 2,9%

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Bursa saham Indonesia ditutup melemah 115,15 poin atau 2,99% menjadi 3.735,12. Volume perdagangan sebesar 10,1 miliar saham senilai Rp9,3 triliun.

Perdagangan diwarnai dengan 254 saham turun 39 saham naik dan 40 saham stagnan. IHSG mengalami net foreign sell Rp952,4 miliar dengan penjualan asing mencapai Rp2,5 triliun dan pembelian asing sebesar Rp1,5 triliun.

Indeks JII turun 19,7 poin ke 510,25, indeks ISSI turun 4,3 poin ke 119,31 dan indeks LQ45 turun 21,44 poin ke 660,51. Pelemahan terdalam masih dialami sektor pertambangan turun 144,96 poin ke 2.884,15 disusul sektor perkebunan turun 61,42 poin ke 2.191.19.

Indeks sempat menyentuh zona positif dan sebagai level tertinggi di 3.873,54 walaupun hanya sebentar. Sedangkan level terendah terjadi di awal perdagangan di 3.590,94.

Bursa Asia mayoritas melemah seperti indeks Hang Seng turun 5,6% ke 19.330, indeks Nikkei turun 1,6% ke 8.944, indeks Shanghai turun Rp0,03% ke 2.525 dan indeks ASX naik 1,2% ke 4.034.

Saham yang melemah seperti saham ITMG turun Rp1.750 ke Rp42.500, PTBA turun Rp1.500 ke Rp17.850, AALI turun Rp1.100 ke Rp21.200, DSSA turun Rp1.000 ke Rp12.700, UNVR turun Rp1.000 ke Rp15.000, ASII turun Rp950 ke Rp64.100, MYOR turun Rp750 ke Rp14.500, GYDR turun Rp700 ke 9.300, ADMF turun Rp650 ke Rp11.050, HMSP turun Rp650 ke Rp30.450, HRUM turun Rp550 ke Rp8.450, SMGR turun Rp450 ke Rp8.700, KKGI ke Rp400 ke Rp6.200.

Sedangkan saham yang menguat seperti EXCL naik Rp200 ke Rp5.300, CLPI naik Rp120 ke Rp1.750, SCMA naik Rp100 ke Rp6.300, DKFT naik Rp95 ke Rp475.

Indika Teken Kontrak PPF dengan Mobil Cepu

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usahanya PT Triparta Engineers and Constructors (TPEC) bersama-sama dengan samsung Engineering Co.Ltd telah menandatangani Kontrak No.C-3207067 dengan Mobil Cepu Ltd.

Dalam keterbukaannya ke BEI, Selasa (9/8) disampaikan kontrak tersebut ditandatangani tanggal 5 Agustus 2011 dalam rangka pengerjaan APC1 Production Processing Facilities (PPF) yang terletak di Banyu Urip, kabupaten Bojonegoro. Nilai kontrak mencapai US$746,3 juta.

Sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam kontrak dan untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan kontrak oleh TPEC kepada Mobil Cepu Ltd, Perseroan telah menandatangani Parent Company Guarantee tertanggal 5 Agustus 2011.

Dongkrak kinerja, MBSS akan tambah 5 armada barging di semester II

JAKARTA. Untuk menggenjot kinerjanya, PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) kian giat berekspansi. Sebagai salah satu perusahaan jasa pelayaran dan logistik, MBSS berupaya untuk terus mendongkrak pendapatannya selama paruh akhir tahun ini.

Terkait hal itu, MBSS merencanakan untuk menambah lima armada barging lagi sampai akhir tahun ini. MBSS juga berencana untuk menambah satu unit floating crane untuk memperkuat armada jasa pemindah buatan (transhipment).

Patricia Prasatya, presiden direktur MBSS mengatakan, sampai akhir tahun nanti berarti sudah akan ada lima unit floating crane yang beroperasi untuk lima klien batubara di Kalimantan.

Asal tahu saja, kemarin (8/8) MBSS baru saja menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk jasa pengangkutan barging dan jasa pemindah muatan untuk periode sepuluh tahun.

"Hal ini merupakan komitmen kami untuk senantiasa meningkatkan value perusahaan namun juga sebagai bukti kepercayaan klien kami atas jasa pengangkutan yang kami berikan," tegas Patricia.

Investor asing aktif melepas UNVR, TLKM, dan BBRI di sesi II

Investor asing aktif melepas UNVR, TLKM, dan BBRI di sesi II
JAKARTA. Indeks masih tertekan hingga penutupan sore ini. Pada pukul 16.00, indeks ditutup dengan penurunan 115,15 poin menjadi 3.735,12.

Aksi jual saham-saham bluechips masih menjadi pemicu utama penurunan indeks. Tiga diantaranya yakni:

- PT Unilever Indonesia (UNVR)
Saham UNVR turun 6,25% menjadi Rp 15.000 di sesi II. Sejumlah broker yang melepas kepemilikannya atas saham ini antara lain: Credit Suisse Securities senilai Rp 8,96 miliar, Kim Eng Securities senilai Rp 7,61 miliar, dan CIMB Securities senilai Rp 6,29 miliar.

- PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM)
Saham TLKM turun 4% menjadi Rp 7.200 di sesi II. Sejumlah broker yang melepas kepemilikannya atas saham ini antara lain: Deutsche Securities senilai Rp 150,16 miliar, JPMorgan Securities senilai Rp 29,37 miliar, dan Kim Eng Securities senilai Rp 27,51 miliar.

- PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
Saham BBRI turun 3,08% menjadi Rp 6.300 di sesi II. Sejumlah broker yang melepas kepemilikannya atas saham ini antara lain: UBS Securities senilai Rp 71,59 miliar, Credit Suisse Securities senilai Rp 64,93 miliar, dan Bahana Securities senilai Rp 51,12 miliar.

Bursa Belum Tentu Disuspensi Meski IHSG Anjlok 10%

Jakarta - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) belum berniat melakukan suspensi terhadap perdagangan saham di pasar modal, meski akhir-akhir ini terjadi penurunan cukup tajam. Meskipun seandainya bursa jatuh lebih dari 10% Bapepam akan melakukan evaluasi terlebih dahulu.

Demikian disampaikan Kepala Bapepam-LK Nurhaida dalam jumpa pers di Gedung Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Selasa, (8/8/2011).

"Kalau indeks itu sudah turun dengan persentase tertentu, bursa akan konsultasi dengan Bapepam untuk lihat apakah ini bisa disuspen atau tidak," katanya.

"Intinya yang ada kalau turun kita kurang lebih di 10% tapi tidak otomatis bursa bisa suspen. Kita lihat dulu dampaknya apa dan sejauh apa dampaknya ke market kita. Kondisi beberapa hari terakhir ini. Bursa negara-negara lain 17% juga tidak suspen," tambahnya.

Ia mengatakan, suspensi tersebut juga bisa bermacam, mulai dari suspen beberapa saat yang sifatnya hanya untuk cooling down sampai sepanjang satu sesi perdagangan. Suspen tergantung dampak yang terpantau di pasar.

Nurhaida menambahkan, kondisi pasar modal dalam negeri saat ini jauh berbeda dengan tahun 2008 lalu. Belajar dari pengalaman, Bapepam sudah mengubah beberapa aturan yang akan menguntungkan pasar di masa krisis.

"Tapi kondisi saat ini belum diperlukan. Namun yang sudah diantisipasi, disiapkan, dilakukan bursa ada beberapa hal misalnya bisa auto rejection diubah parameternya. Kembali lagi tergantung kondisi," ujarnya.

Menurutnya, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) juga bisa mengubah trading limit jika terjadi risiko yang tinggi. Selain itu batas trading masing-masing broker juga bisa disesuaikan.

"Sudah dipersiapkan, tapi akan lihat bersama-bersama regulator dan SRO kapan hal-hal ini perlu diterapkan," ungkapnya.

(ang/dnl)

Baru 8 Sekuritas Penuhi Aturan Transaksi Marjin

Jakarta - Hanya delapan anggota bursa (AB) yang memenuhi ketentuan transaksi marjin seperti diatur Bursa Efek Indonesia (BEI), dari total 65 AB tercatat. Meski demikian, manajemen BEI yakin kualitas AB yang berhak mentransaksikan saham marjin akan meningkat di tahun mendatang.

Demikian disampaikan Direktur Pengawasan Transasksi dan Kepatuhan BEI, Uriep Budhi Prasetyo di kantornya, SCBD, Jakarta, Selasa (9/8/2011).

"Secara umum dari 65 AB, hanya ada delapan AB yang penuhi ketentuan. Ini terlihat dari buat bobot tingkat kepatuhannya. Sisa 50 lebih dalam rasio, kita pandang masih bisa dilakukan perbaikan," ujarnya.

Menurutnya, hasil audit transaksi marjin terlihat standar kepatuhan dari seluruh AB membaik. Dimana semakin banyak ketentuan-ketentuan yang dipenuhi AB, sehingga bobot penilaian meningkat.

Meski menunjukkan tren kenaikan, namun tetap ditemui pelanggaran. Utamanya penyesuaian atas peraturan transaksi marjin baru, dan sistem back office. "Kita membina, dengan mendengar dari AB dan apa yang dilakukan AB. Belum ada peringatan selama belum mendekati rasio tertentu," paparnya.

Ia pun menengaskan, masih ada tiga anggota bursa masuk dalam bobot terendah. Artinya, mereka belum siap mengimplementasikan aturan baru dalam transaksi marjin. "Mereka bulam siap secara sistem dan SOP. Tiga AB perlu consider situasional," katanya.

Audit transaksi marjin memang dilakukan secara berkala oleh BEI. Komunikasi juga telah dilakukan otoritas kepada pelaku pasar, terkait sistem penyelesaian transaksi lima hari, juga bagi saham marjin yang keluar dari daftar pada bulan berikutnya.

Tercatat ada 49 poin pemeriksanaan transaksi marjin yang dikerjakan oleh BEI. Bursa melakukan audit terhadap sistem peringatan, serta laporan audit marjin oleh masing-masing AB. Transaksi marjin adalah fasilitas sistem perdagangan kepada AB, di mana investor bisa melakukan transaksi pembelian atau penjualan saham dengan nilai yang lebih besar dari nilai uang yang telah disetorkan kepada perusahaan sekuritas.

(wep/ang)

Bursa Eksternal Memburuk, IHSG Terpuruk

INILAH.COM, Jakarta – IHSG kembali terpuruk di zona negatif. Memburuknya bursa regional dan eksternal serta keluarnya dana asing, menghambat upaya penguatan bursa.

Pada perdagangan Selasa (9/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 155,147 poin (3,00%) ke level 3.735,119, dengan intraday terendah di 3.590,94 dan tertinggi di 3.873,54. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang turun 21,432 poin (3,14%) ke level 660.514.

IHSG hampir sepanjang perdagangan bergerak di teritori negatif. Dibuka melemah 3,88% ke level 3.700, indeks berupaya menguat hingga pada sesi pertama bertengger di angka 3.747. Pada sesi dua, IHSG bahkan sempat mencicipi zona hijau di level 3.873, sebelum akhirnya terkoreksi lagi dan akhirnya ditutup di level 3.735.

Seperti diperkirakan sebelumnya, IHSG hari ini masih mengalami koreksi signifikan, seiring pelemahan bursa global dan regional. “Pembukaan bursa Eropa yang melemah, juga menekanmarket domestik,” ujar pengamat pasar modal Willy Sanjaya.

Bursa AS semalam terkoreksi signifikan sekitar 6%, memfaktorkan penurunan rating utang AS oleh S&P. Selain penurunan rating obligasi negara bagian dan beberapa perusahaan terkait, seperti Fanny Mae, Freddy Mac dan Berkshire Hathaway.

Langkah positif bank sentral Eropa melakukan pembelian obligasi Spanyol dan Italia gagal memberi sentimen positif di pasar global. Apalagi inflasi China pada Juli naik 6,5% YoY, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi.

Sementara itu, dari pasar domestik, Bank Indonesia (BI) kembali menahan BI Rate di level 6,75%. Keputusan ini diambil karena tingkat suku bunga acuan itu masih memadai dalam menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. Namun, pengumuman ini tidak memberi efek sentimen signifikan pada IHSG.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia didukung volume transaksi sebesar 10,138 miliar lembar saham, senilai Rp 9,464 triliun dan frekuensi 223.733 kali. Sebanyak 35 saham naik, sisanya 255 saham turun, dan 40 saham stagnan.

Keluarnya dana asing, mengkontribusi pelemahan bursa, dimana nilai transaksi jual bersih (net foreign sell) mencapai Rp952 miliar. Rinciannya adalah transaksi jual sebesar Rp2,539 triliun dan transaksi beli mencapai Rp1,587 triliun.

Sektor tambang memimpin penurunan, dengan jatuh 4,7%. Disusul sektor finansial yang turun 3,1%, perdagangan dan perkebunan 2,9%, industri dasar 2,8%, konsumer 2,7%, infrastruktur dan properti yang turun 2,6%.

Beberapa emiten yang melemah antara lain Bukit Asam (PTBA) turun Rp 1.500 ke Rp 17.850, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.450 ke Rp 42.800, Astra Agro (AALI) turun Rp 1.100 ke Rp 21.200, dan Unilever (UNVR) turun Rp 1.000 ke Rp 15.000.

Sedangkan emiten-emiten lain yang menguat antara lain Century Textille (CNTX) naik Rp 350 ke Rp 7.850, Axiata (EXCL) naik Rp 250 ke Rp 5.350, Colorpak (CLPI) naik Rp 120 ke Rp 1.750, dan Surya Citra (SCMA) naik Rp 100 ke Rp 6.300.

Bursa regional Asia tercatat melemah. Indeks Komposit Shanghai turun 0,75 poin (0,03%) ke level 2.526,07, indeks Hang Seng jatuh 1.159,87 poin (5,66%) ke level 19.330,70, indeks Nikkei 225 terpangkas 153,08 poin (1,68%) ke level 8.944,48 dan indeks Kospi turun 3,64% ke level 1.801,35. [mdr]

Meski sempat rebound, indeks tetap berakhir dengan penurunan nyaris 3%

JAKARTA. Meski sempat rebound ke zona hijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap berakhir di zona merah. Pada pukul 16.00, indeks tercatat melorot 2,99% menjadi 3.735,119.

Seluruh sektor kompak memerah. Penurunan terbesar dialami sektor pertambangan sebesar 4,79%. Baru kemudian disusul oleh sektor consumer goods yang turun 3,34% dan sektor keuangan turun 2,92%.

Sekitar 245 saham ditransaksikan memerah. Sementara, hanya 29 saham yang naik. Sedangkan 37 saham lainnya tak banyak berubah. Volume transaksi hari ini terbilang ramai dengan melibatkan 10,138 miliar saham senilai Rp 9,464 triliun.

Saham-saham yang mencatatkan penurunan terbesar diantaranya: Bank Capital Indonesia (BACA) turun 19,38% menjadi Rp 129, Apac Citra Centertex (MYTX) turun 17,09% menjadi Rp 165, dan FKS Multi Agro (FISH) turun 13,95% menjadi Rp 1.850.

Sementara itu, sejumlah saham yang mencatatkan kenaikan tertinggi antara lain: Centrin Online (CENT) naik 34,74% menjadi Rp 128, Eratex Djaja (ERTX) naik 30,77% menjadi Rp 170, dan Central Omega Resources (DFKT) naik 25% menjadi Rp 475.

Asing Tetap Jual, IHSG Ditutup Turun 2,9%

INILAH.COM, Jakarta - Bursa saham Indonesia ditutup melemah 115,15 poin atau 2,99% menjadi 3.735,12. Volume perdagangan sebesar 10,1 miliar saham senilai Rp9,3 triliun.

Perdagangan diwarnai dengan 254 saham turun 39 saham naik dan 40 saham stagnan. IHSG mengalami net foreign sell Rp952,4 miliar dengan penjualan asing mencapai Rp2,5 triliun dan pembelian asing sebesar Rp1,5 triliun.

Indeks JII turun 19,7 poin ke 510,25, indeks ISSI turun 4,3 poin ke 119,31 dan indeks LQ45 turun 21,44 poin ke 660,51. Pelemahan terdalam masih dialami sektor pertambangan turun 144,96 poin ke 2.884,15 disusul sektor perkebunan turun 61,42 poin ke 2.191.19.

Indeks sempat menyentuh zona positif dan sebagai level tertinggi di 3.873,54 walaupun hanya sebentar. Sedangkan level terendah terjadi di awal perdagangan di 3.590,94.

Bursa Asia mayoritas melemah seperti indeks Hang Seng turun 5,6% ke 19.330, indeks Nikkei turun 1,6% ke 8.944, indeks Shanghai turun Rp0,03% ke 2.525 dan indeks ASX naik 1,2% ke 4.034.

Sempat 'Hijau', IHSG Masih Terjungkal 155 Poin

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup anjlok 155 poin meski sempat cetak rebound tipis di tengah perdagangan sesi II. Investor masih khawatir perekonomian dunia akan kembali masuk masa resesi.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di posisi Rp 8.560 per dolar AS dibandingkan penutupan akhir

Mengawali perdagangan pagi tadi, IHSG dibuka anjlok 155,037 poin (4,02%) ke level 3.695,229. Indeks terkena tekanan jual masif buntut ambruknya Wall Street akibat turunnya peringkat utang AS.

Indeks langsung terjun bebas sesaat setelah pembukaan perdagangan ke level terendahnya di 3.590.942. Tekanan jual langsung melanda seluruh saham-saham di lantai bursa.

Menjelang penutupan sesi siang, kepanikan investor mulai reda dan bisa berpikir rasional kembali. Aksi beli selektif di saham-saham yang sudah murah mampu menahan laju jatuhnya bursa sehingga tak terlalu dalam.

Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG terpangkas 102,789 poin (2,67%) ke level 3.747,477. Aksi beli selektif di saham yang sudah murah cukup membantu IHSG.

Indeks sempat membuat anomali dengan rebound tipis sekitar 27 poin ke posisi tertingginya hari ini di level 3.873,545. Perburuan di saham-saham unggulanlah yang membuat indeks mampu bergerak ke zona hijau.

Namun, tekanan jual di saham-saham tambang membuat IHSG terpaksa jatuh lagi ke teritori negatif. Pergerakan indeks sangat fluktuatif hari ini akibat masih adanya sentimen negatif dipangkasnya peringkat utang AS.

Mengakhiri perdagangan, Selasa (9/8/2011), IHSG ditutup anjlok 155,147 poin (3,00%) ke level 3.735,119. Indeks LQ 45 ditutup ambruk 21,432 poin (3,14%) ke level 660.514.

Saham-saham unggulan, terutama berbasis komoditas terkena tekanan jual cukup hebat, indeks sektor tambang anjlok hingga lebih dari 4%. Seluruh sektor di lantai bursa pun terkoreksi.

Tekanan jual datang dari investor lokal dan asing. Transaksi investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (foreign net sell) dengan jumlah cukup besar, senilai Rp 952,497 miliar di seluruh pasar.

Perdagangan hari ini berjalan ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 223.733 kali pada volume 10,138 miliar lembar saham senilai Rp 9,464 triliun. Sebanyak 35 saham naik, sisanya 255 saham turun, dan 40 saham stagnan.

Koreksi di bursa-bursa Asia pun mulai surut, tak lagi sehebat pagi tadi. Bahkan bursa saham Australia sudah berhasil mencetak rebound.

Berikut situasi dan kondisi bursa di regional sore ini:
  • Indeks Komposit Shanghai turun tipis 0,75 poin (0,03%) ke level 2.526,07.
  • Indeks Hang Seng jatuh 1.159,87 poin (5,66%) ke level 19.330,70.
  • Indeks Nikkei 225 terpangkas 153,08 poin (1,68%) ke level 8.944,48.
  • Indeks Kospi anjlok 68,10 poin (3,64%) ke level 1.801,35.
  • Indeks All Ordinaries menguat 40,00 poin (0,99%) ke level 4.096,70.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Century Textille (CNTX) naik Rp 350 ke Rp 7.850, Axiata (EXCL) naik Rp 250 ke Rp 5.350, Colorpak (CLPI) naik Rp 120 ke Rp 1.750, dan Surya Citra (SCMA) naik Rp 100 ke Rp 6.300.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Bukit Asam (PTBA) turun Rp 1.500 ke Rp 17.850, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.450 ke Rp 42.800, Astra Agro (AALI) turun Rp 1.100 ke Rp 21.200, dan Unilever (UNVR) turun Rp 1.000 ke Rp 15.000.

(ang/qom)

Indika Teken Kontrak PPF dengan Mobil Cepu

Headline
INILAH.COM, Jakarta - PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usahanya PT Triparta Engineers and Constructors (TPEC) bersama-sama dengan samsung Engineering Co.Ltd telah menandatangani Kontrak No.C-3207067 dengan Mobil Cepu Ltd.

Dalam keterbukaannya ke BEI, Selasa (9/8) disampaikan kontrak tersebut ditandatangani tanggal 5 Agustus 2011 dalam rangka pengerjaan APC1 Production Processing Facilities (PPF) yang terletak di Banyu Urip, kabupaten Bojonegoro. Nilai kontrak mencapai US$746,3 juta.

Sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam kontrak dan untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan kontrak oleh TPEC kepada Mobil Cepu Ltd, Perseroan telah menandatangani Parent Company Guarantee tertanggal 5 Agustus 2011.

Penurunan Rating Utang AS Picu Kenaikan Bunga

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Sebelum S&P, lembaga rating asal China juga sudah menurunkan peringkat surat utang Amerika. Bagaimana rating itu mempengaruhi ekonomi Amerika dan dunia?

Dengan rating yang lebih rendah, dari AAA ke AA+, pemerintah Amerika akan membayar bunga lebih tinggi untuk surat utangnya agar menarik investor. Konsekuensinya setelah itu adalah bunga kredit, bunga kartu kredit, bunga pinjaman untuk konsumsi juga akan terdorong naik.

"Sejumnlah ahli memperkirakan bunga akan naik antara 50 hingga 70 basis poin," tulis Marc Davis seperti dilansir investopedia.com, Senin (8/8/11).

Bunga itu akan terus bergerak naik selama krisis ini berlangsung.

Dengan biaya untuk bisnis meningkat dengan naiknya biaya kredit, mudah untukmenebak bahwa pemulihan ekonomi akan berkangsug lambat.

Meskipun rating AA+ sebenarnya taklah buruk-buruk amat, hanya satu tingkat di bawah rating paling bagus AAA, namun persepsi global melihat ada masalah keuangan di pemerintah Amerika. Mereka memprediksikan tahun-tahun mendatang akan ada tambahan utang dan politik akan makin memanas.

Lalu jika surat utang Amerika dilihat agak berisiko, dimanaka di investor akan menempatkan uangnya? Masih banyak negara dengan rating AAA. Ada Hong Kong, Kanada, dan Australia. [ram]

Rupiah Menguat Hampir 1% Sepanjang Juli 2011

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat selama Juli 2011 nilai tukar rupiah menguat 0,95% ke level Rp 8.496/US$. Pergerakan rupiah selama Juli 2011 ini dipengaruhi tingginya permintaan valuta asing korporasi.

Demikian hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang disampaikan oleh Juru Bicara Bank Indonesia Difi Johansyah dalam siaran persnya, Selasa (9/8/2011).

"Nilai tukar rupiah diperkirakan tetap stabil dengan kecenderungan apresiasi yang terbatas. Pada bulan Juli 2011, menguat 0,95% (ptp) ke level Rp 8.496 per dolar AS dengan volatilitas yang menurun," terang Difi.

"Pergerakan rupiah di bulan Juli 2011 juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan valas korporasi terkait dengan kebutuhan pembayaran impor yang meningkat. Namun, peningkatan permintaan valas tersebut masih dapat diimbangi oleh sisi penawarannya seiring dengan derasnya aliran masuk modal asing," imbuh Difi.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sendiri pada triwulan III-2011 diperkirakan masih mengalami surplus meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya. BI melihat kegiatan ekonomi domestik yang terakselerasi diperkirakan akan mendorong kenaikan impor, terutama migas, sehingga berpotensi untuk menekan transaksi berjalan.

"Namun, hal tersebut masih dapat diimbangi oleh surplus transaksi modal dan finansial seiring dengan masih derasnya aliran masuk modal asing," jelasnya.

Sejalan dengan perkembangan NPI, BI mencatat cadangan devisa pada akhir Juli 2011 tercatat sebesar 122,7 miliar dolar AS, atau setara dengan 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

(dru/ang)

Menteri BUMN Akui Belum Ada Arahan Tenangkan Pasar

Medium
INILAH.COM, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengaku belum mengambil kebijakan apa pun terkait turunnya IHSG beberapa hari ini.

Meski begitu pemerintah akan terus memantau perkembangan pasar modal. "Sementara ini saya kira kita masih tetap mengikuti perkembangan sama dengan Menteri Perekonomian. Jadi belum ada sesuatu langkah yang diambil, kita harap mudah-mudahan segera normal," ungkap Menteri BUMN, Mustafa Abubakar saat ditemui di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (9/8).

Terkait hal tersebut pemerintah mengaku belum memberikan arahan apapun kepada perusahaan pelat merah yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia. "Arahan tidak ada, saya kira mereka pasti juga mengikuti perkembangan pasar," tukas Mustafa.

Menghadapi kondisi pasar yang labil tersebut, dia mengimbau kepada perusahaan BUMN agar tidak usah takut atau panik. "Nggak perlu panik, biar saja apa yang terjadi seperti itu. Itu adalah policy tingkat nasional," beber dia.

Seperti diketahui, market cap BUMN mencapai 30% di pasar modal. [cms]

Terguncang, bursa Hongkong memasuki bear market

TOKYO. Bursa saham Hongkong terguncang dan memasuki bear market. Pasalnya, indeks acuan Hang Seng sudah anjlok lebih dari 20% dari posisi tertingginya pada November lalu.

Salah satu penyebabnya, data menunjukkan tingkat inflasi China melesat tinggi sehingga menambah kecemasan mengenai perlambatan ekonomi global akan kian memburuk.

Pada penutupan pasar sore ini, indeks Hang Seng ditutup dengan penurunan 5,7% menjadi 19.330,70. Dengan demikian, indeks Hang Seng sudah melorot 23% dari level penutupan tertingginya pada 8 November lalu. Dari seluruh saham yang ditransaksikan, hanya ada satu saham yang naik.

Sejumlah saham yang mempengaruhi pergerakan bursa Hongkong antara lain: HSBC Holdings Plc yang anjlok 7,3%, Techtronic Industries Co turun 7,5%, Cnooc Ltd turun 8,2%, dan Glencore International Plc turun 11%.

BI Rate Kembali Ditahan di 6,75%

Jakarta - Bank Indonesia (BI) kembali menahan BI Rate di level 6,75%. Keputusan ini diambil karena tingkat suku bunga acuan itu masih memadai dalam menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan.

Demikian disampaikan oleh Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah dalam siaran pers yang dikutip detikFinance, Selasa (9/9/2011).

"Tingkat (BI Rate) tersebut masih memadai dalam menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan serta mendukung ekspansi ekonomi yang terus meningkat," katanya.

Ia menambahkan, BI meyakini dampak gejolak pasar keuangan global seiring penurunan peringkat utang AS terhadap pasar keuangan domestik hanya bersifat terbatas.

"Gejolak tersebut dapat diatasi dan dapat diatasi dengan senatiasa memantau perkembangan pasar dan koordinasi dengan pemerintah," ungkapnya.

Menurut Difi, BI juga meyakini keputusan kebijakan moneter tersebut akan mampu menjaga stabilitas makro ekonomi dan membawa inflasi kepada sasaran.

"Yaitu 5 plus minus 1% di tahun 2011, dan 4,5 plus minus 1% di tahun 2012," katanya.

Bank sentral sudah menahan BI Rate sejak terakhir kali naik di bulan Februari 2011 sebanyak 25 basis poin (BPS) dari sebelumnya di level 6,5%.

(dru/qom)

Saham Energi Pimpin Bursa Eropa Negatif

Headline
INILAH.COM, London - Bursa saham Eropa masih melanjutkan penurunan pada perdagangan Selasa (9/8) dipimpin saham sektor energi dan utilitas. Penurunan ini seiring dengan bursa Wall Street dan bursa Asia.

Indeks FTSE turun turun 1,5% ke 4.990, indeks DAX turun 1,2% ke 5.851 dan indeks CAC turun 1,07% ke 3.091. Bursa Asia turun hingga 1,1% sementara indeks berjangka S&P naik 3%, demikian dikutip dari yahoofinance.com.

Pasar menunggu pertemuan The Fed yang merespon terjadinya downgrade oleh lembaga kredit S&P. Penurunan yang belum pernah terjadi ini telah meningkatkan kekhawatiran terhadap ekonomi AS setelah rating utang turun dari AAA menjadi AA+.

Pasar menerima spekulasi tentang kebijakan yang akan ditempuh The Fed dengan QE3 untuk menopang pertumbuhan. Namun laporan inflasi dari China untuk bulan Juli hingga 6,5% telah menguatkan prediksi China akan melanjutkan kebijakan pengetatan moneter.

"Kami melihat harga saham terus turun di double-dip sampai The Fed merespion untuk meluncurkan QE3 pada pekan terakhir Agustus," kata analis di Societe General SA, Tod Martin di Hong Kong.

Sejak kemarin indesk DAX Jerman telah masuk ke trend bearish bersama dengan indeks CAC Prancism Swiss, Austria dan Spanyol serta Italia.

Ups! Ada 16 Emiten belum Serahkan Lapkeu QI-2011

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, ada 435 emiten termasuk reksa dana KIK yang tercatat di pasar modal baru 419 perusahaan yang telah menyampaikan laporan keuangan pada triwulan pertama 2011.

Hal itu disampaikan Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Jasa BEI, Umi Kulsum, Selasa (9/8). Dengan demikian saat ini masih ada 14 emiten yang belum juga memenuhi kewajibannya, ada dua emiten hingga 29 Juli belum menyampaikan laporan yang telah ditelaah secara terbatas atau tidak diaudit oleh akuntan publik.

BEI pun mengancam memberikan sanksi kepada emiten yang tetap tidak memenuhi kewajibannya mulai dari surat peringatan hingga denda. "Dua perusahaan tercatat telah disuspen sejak 1 Agustus 2011," ujar Umi.

Umi menuturkan, satu emiten belum memenuhi kewajiban menyampaikan laporan keuangan. BEI pun telah memberikan sanksi surat peringatan tertulis II dan denda Rp50 juta. Umi mengatakan, satu perusahaan tercatat mengacu pada ketentuan Bapepam-LK No.X.K.7.

Ada 19 perusahaan tercatat belum wajib menyampaikan laporan. Perusahaan tercatat listing pada bulan Mei, Juni dan Juli 2011. Sementara terdapat dua reksa dana KIK yang memang tidak diwajibkan menyampaikan laporan keuangan. [hid]

Badai mereda, bursa Asia berhasil meminimalisir penurunan

Badai mereda, bursa Asia berhasil meminimalisir penurunan
TOKYO. Badai hebat yang melanda bursa Asia dalam dua minggu terakhir mulai mereda hari ini. Pelaku pasar berspekulasi, AS akan kembali mengumumkan kebijakan untuk menyokong pasar.

"Kecemasan investor sudah mulai mereda. Jika diibaratkan, api besar berkobar di pasar Asia, namun hal itu akhirnya bisa juga dipadamkan. Kendati begitu, masih ada kecemasan mengenai apa yang terjadi di AS, Eropa dan China," jelas Paul Xiradis, chief executive officer Ausbil Dexia Ltd di Sydney.

Catatan saja, indeks MSCI Asia Pacific berhasil meminimalisir penurunan sebesar 5,5% hari ini. Pada pukul 16.05 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 1,3% menjadi 121,28.

Sementara itu, sejumlah indeks acuan masih mencatatkan penurunan. Sebut saja indeks Nikkei 225 Stock Average yang turun 1,7% dan indeks Hang Seng turun 1,9%. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia berhasil rebound dan naik 1,2% di akhir transaksi perdagangan.

BI prediksi rupiah akan stabil dengan kecenderungan apresiasi terbatas

BI prediksi rupiah akan stabil dengan kecenderungan apresiasi terbatas
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah tetap stabil dengan kecenderungan apresiasi terbatas terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

"Pada Juli 2011, nilai tukar rupiah menguat 0,95% ke level Rp 8.496 per dollar AS dengan volatilitas menurun," ujar Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah, Selasa (9/8).

Ia menambahkan, pergerakan mata uang Garuda pada Juli 2011 dipengaruhi tingginya permintaan valas korporasi. Hal ini terkait tingginya kebutuhan pembayaran impor. Kendati demikian, peningkatan tersebut masih dapat diimbangi sisi penawarannya seiring derasnya aliran masuk modal asing.

Adapun tekanan inflasi diperkirakan tetap terkendali. Hal ini tecermin dari inflasi Juli 2011. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2011 tercatat 0,67% atau 4,61% dibandingkan Juli 2010.

Selain itu, BI juga berpendapat tekanan inflasi masih akan dipengaruhi peningkatan konsumsi masyarakat terkait siklus puasa-Lebaran.

"Kebijakan Pemerintah dalam menjaga pasokan bahan pangan, termasuk melalui saluran impor, diperkirakan akan dapat membatasi gejolak harga yang lebih jauh sehingga inflasi dapat tetap terkendali," ungkap Difi.

Duh.. Bursa Eropa Masih akan Melanjutkan Koreksi

Headline
INILAH.COM, London - Bursa saham Eropa diperkirakan masih melanjutkan koreksi pada perdagangan Selasa (9/8). Pasar masih terpengaruh penurunan Wall Street Senin dan aksi jual di bursa Asia.

Indeks DAX diprediksi akan turun 258 poin ke 5.923, indeks FTSE akan turun 229 poin ke 5.068 dan indeks CAC diprediksi akan 137 poin, demikian dikutip dari yahoofinance.com.

Pada perdagangan Senin, bursa Wall Street masih mengalami tekanan dan bursa Asia masih jatuh hingga 9%. Pasar memilih aset safe hacen seperti franc Swiss dan emas. Krisis utang AS dan Eropa masih sangat mengkhawatirkan investor.

Pasar Eropa masih cenderung negatif meskiun Bank Sentral Eropa (ECB) membeli obligasi Spanyo dan Italia kemarin. "Kami mengamati keputusan di zona Eropa tidak memiliki dampak yang diinginkan. Itulah sebabnya kami memutuskan untuk menyimpang dari aturan kebijakan moneter kami," kata Presiden ECB, Jean Claude Trichet.

Eropa, lanjutnya, masih menunggu perkembangan baru dari China dalam mengatasi lonjakan harga setelah inflasi Juli mencapai 6,5%. Selain itu pertemuan The Fed untuk menggerakkan ekonomi AS.

Bursa saham Asia beregerak mixed seperti indeks Hang Seng turun 2,9% ke 19.894, indeks Nikkei turun 1,6% ke 6.944, indeks Shanghai naik 0,08% ke 2.528, indeks ASX naik 1,2% ke 4.034.

Sedangkan Wall Street pada perdagangan Senin (8/8) masih negatif. Indeks Dow Jones turun 634,76 poin atau 5,55% ke level 10.809,85. Indeks S&P 500 turun 79,92 poin atau 6,66% ke level 1.119,46. Indeks Nasdaq turun 174,72 poin atau 6,90% atau ditutup di level 2.357,69.

BEI: Kepatuhan AB Terkait Transaksi Marjin Naik

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai kepatuhan anggota bursa yang mendapatkan ijin transaksi marjin menunjukkan peningkatan pada 2011.

Direktur Pengawasan BEI Uriep Budhi Prasetyo mengatakan, sekitar
delapan anggota bursa telah memenuhi ketentuan aturan marjin dari 65 anggota bursa pada 2011 dengan baik. Sementara itu, tiga anggota bursa masih melanggar ketentuan transaksi marjin. Adapun ketentuan yang dilanggar seperti back office yang belum siap untuk melakukan marjin dan menyesuaikan dengan peraturan baru, belum ada sistem yang memberikan peringatan apabila telah mendekati rasio tertentu, dan tidak memenuhi standard operation prosedure (SOP). "Ada tiga anggota bursa yang perlu diperhatikan dalam melakukan transaksi marjin secara situasional, hal ini dikarenakan anggota bursa tersebut belum siap secara sistem dan tidak memenuhi SOP," tegas Uriep.

Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya telah memberikan sanksi berupa peringatan tertulis kepada tiga anggota bursa tersebut atas dasar hasil audit transaksi marjin. Tapi ia enggan menyebutkan nama anggota bursa yang masih melanggar ketentuan transaksi marjin. Anggota bursa tersebut pun diharapkan dapat melakukan peningkatan untuk memenuhi ketentuan transaksi marjin. "Kita sudah panggil anggota bursa tersebut dan melakukan pembinaan, serta memberikan waktu dua minggu hingga tiga minggu untuk memperbaikinya, kalau memang belum siap secara sistem bisa dibicarakan dengan vendor, dan kalau belum siap secara sop maka anggota bursa harus memenuhi ketentuan masak setahun tidak cukup," jelas Uriep.

Uriep menambahkan, pelanggaran transaksi marjin yang dilakukan juga seperti memasukkan saham di luar daftar saham yang masuk transaksi marjin. Selain itu, anggota bursa yang mendapatkan ijin transaksi marjin juga masih ada belum menggunakan ijinnya untuk transaksi marjin. "Di bawah lima anggota bursa yang belum menggunakan marjin dan itu pun karena pertimbangan internal," ujar Uriep.

Seperti diketahui, ada 49 butir untuk butir pemeriksaan margin, dan butir-butir tersebut antara lain mengenai sistem peringatan dan laporan audit margin oleh anggota bursa. Transaksi marjin merupakan sebagai suatu sistem perdagangan di mana investor bisa melakukan transaksi pembelian atau penjualan saham dengan nilai yang lebih besar dari nilai uang yang telah disetorkan kepada perusahaan sekuritas. BEI pun akan melakukan audit minimal sekali dalam satu tahun terkait pemberian fasilitas marjin. [cms]

Hore, IHSG mulai merangkak

Hore, IHSG mulai merangkak
JAKARTA. Pada pembukaan sesi II, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami rebound. Pada pukul 14.13, indeks tercatat naik 0,41% menjadi 3.866,01.

Meski mayoritas sektor memerah, namun penurunannya tidak sebesar sesi I. Sembilan sektor yang diperdagangkan turun dengan kisaran 0,1% hingga 1,5%. Hanya ada satu sektor yang naik, yaitu sektor perdagangan sebesar 0,14%.

Saham-saham top gainers di awal pembukaan sesi II ini antara lain: PT Eratex Djaya (ERTX) naik 31% menjadi Rp 170, PT Colorpak Indonesia (CLPI) naik 20% menjadi Rp 1.960, dan PT Argha Karya Prima Industri (AKPI) naik 17% menjadi Rp 1.500.

Sementara itu, beberapa saham bluechips juga melonjak tajam. Salah satunya adalah PT Astra International (ASII) yang melonjak 3,15% menjadi Rp 67.100.

Semester I 2011, mayoritas anggota bursa masih mencatatkan laba

JAKARTA. Mayoritas anggota bursa masih membukukan laba di semester I 2011. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia (BEI) Uriep Budi Prasetyo menjelaskan, ada 116 anggota bursa (AB) yang telah menyerahkan laporan keuangan triwulan II 2011. Jumlah itu terdiri dari 90 sekuritas lokal dan 26 sekuritas asing.

"Yang mencatatkan laba ada 51 sekuritas lokal dan 23 sekuritas asing. Sedangkan sisanya merugi," ujarnya kepada KONTAN.

Ia merinci, dari 51 sekuritas lokal, total laba yang dicatatkan secara akumulasi mencapai Rp 1,04 triliun. Sedangkan laba akumulasi sekuritas asing mencapai Rp 390,7 miliar.

Pencapaian tersebut tidak banyak berubah jika dibandingkan perolehan semester I 2010. Laba sekuritas lokal hingga Juni tahun lalu tercatat sebesar Rp 1,06 triliun. Namun, tahun lalu jumlah sekuritas lokal yang berhasil membukukan laba mencapai 54 sekuritas.

Sementara, laba sekuritas asing pada enam bulan pertama tahun lalu nilainya mencapai Rp 375 miliar, atau meningkat tipis 4,1%.

Adapun sekuritas yang merugi di sepanjang semester I 2011 berjumlah 42 anggota bursa. Terdiri dari 39 sekuritas lokal, tiga sekuritas asing.

Total nilai kerugian yang diderita sejumlah sekuritas lokal itu mencapai Rp 536 miliar. Sedangkan sekuritas asing merugi Rp 15,2 miliar. Jika dibandingkan dengan Juni tahun lalu terjadi peningkatan kerugian.

Tahun lalu, 37 sekuritas lokal membukukan laba negatif yang nilainya sebesar Rp 284 miliar. Sementara itu, tercatat ada lima sekuritas asing yang merugi dengan total nilai sebesar Rp 14,5 miliar.