Selasa, 09 Agustus 2011

Pasar Finansial Bergejolak, Pemerintah Minta 18 Dealer SUN Berjaga

Jakarta - Pasar finansial bergejolak menyusul penurunan peringkat AAA milik Amerika Serikat oleh Standard & Poor's. Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan pasar, dan meminta 18 primary dealers Surat Utang Negara (SUN) untuk berjaga.

"Kami melakukan market surveillance dengan ketat dan sudah mengingatkan seluruh 18 primary dealers SUN untuk mendukung pemerintah menjaga pasar SUN agar tetap kondusif," ujar Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Rahmat Waluyanto kepada detikFinance, Selasa (9/8/2011).

Rahmat menjelaskan, setelah penurunan peringkat AS tersebut, pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih cukup tangguh dan tidak terkena dampak yang signifikan.

"Ini karena capital inflows masih cukup deras karena investor global masih menghindari zona Eropa dan AS. Fundamental Indonesia masih cukup solid dan masih dalam upside terhadap investment grade," tambah Rahmat.

Pada hari pertama setelah kabar penurunan peringkat AS, harga SUN seri benchmart umumnya turun 56 hingga 126 basis poin atau yield naik 6-13 basis poin, kecuali SUN tenor 10 tahun yang tetap pd harga 110,5 atau yield 6,78.

"Berdasarkan Crisis Management Protocol (CMP) yang mempertimbangkan harga SBN, IHSG, nilai tukar rupiah, kepemilikan asing, maka volatilitas pasar SBN hari ini masih dalam kisaran wajar dan tidak ada indikasi reversal. Hasil komunikasi dengan pasar, permintaan terhadap Indo IDR Bonds dan USD Bonds, masih robust," ungkap Rahmat.

"Yang kami pantau terutama aksi 'bottom fishing' dimana pelaku pasar SUN bertindak opportunistik dengan sengaja menjual SUN dalam jumlah cukup besar dan membelinya," imbuh Rahmat.

Sementara dari pasar AS, harga surat utang AS justru melonjak tajam karena investor justru mencari aset-aset yang aman dan cabut dari aset-aset yang berisiko. Dan surat utang AS atau US Treasury dianggap sebagai selah satu yang aman.

"Surat berharga AS masih dikategorikan aset berisiko rendah. Dan saya kira tidak ada perdebatan soal itu," ujar Michael Schumacher, analis dari UBS seperti dikutip dari Reuters.

Benchmark surat berharga berjangka 10 taun melonjak lebih 2 tahun, dengan yield paling rendah mencapai 2,33%, terendah sejak Februari 2009. Imbal hasil surat berharga AS berjangka 2 tahun dan 3 tahun juga turun ke titik terendahnya menjadi 0,23% dan 0,38%.

(qom/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar