Selasa, 09 Agustus 2011

Bursa Eksternal Memburuk, IHSG Terpuruk

INILAH.COM, Jakarta – IHSG kembali terpuruk di zona negatif. Memburuknya bursa regional dan eksternal serta keluarnya dana asing, menghambat upaya penguatan bursa.

Pada perdagangan Selasa (9/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 155,147 poin (3,00%) ke level 3.735,119, dengan intraday terendah di 3.590,94 dan tertinggi di 3.873,54. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang turun 21,432 poin (3,14%) ke level 660.514.

IHSG hampir sepanjang perdagangan bergerak di teritori negatif. Dibuka melemah 3,88% ke level 3.700, indeks berupaya menguat hingga pada sesi pertama bertengger di angka 3.747. Pada sesi dua, IHSG bahkan sempat mencicipi zona hijau di level 3.873, sebelum akhirnya terkoreksi lagi dan akhirnya ditutup di level 3.735.

Seperti diperkirakan sebelumnya, IHSG hari ini masih mengalami koreksi signifikan, seiring pelemahan bursa global dan regional. “Pembukaan bursa Eropa yang melemah, juga menekanmarket domestik,” ujar pengamat pasar modal Willy Sanjaya.

Bursa AS semalam terkoreksi signifikan sekitar 6%, memfaktorkan penurunan rating utang AS oleh S&P. Selain penurunan rating obligasi negara bagian dan beberapa perusahaan terkait, seperti Fanny Mae, Freddy Mac dan Berkshire Hathaway.

Langkah positif bank sentral Eropa melakukan pembelian obligasi Spanyol dan Italia gagal memberi sentimen positif di pasar global. Apalagi inflasi China pada Juli naik 6,5% YoY, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi.

Sementara itu, dari pasar domestik, Bank Indonesia (BI) kembali menahan BI Rate di level 6,75%. Keputusan ini diambil karena tingkat suku bunga acuan itu masih memadai dalam menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. Namun, pengumuman ini tidak memberi efek sentimen signifikan pada IHSG.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia didukung volume transaksi sebesar 10,138 miliar lembar saham, senilai Rp 9,464 triliun dan frekuensi 223.733 kali. Sebanyak 35 saham naik, sisanya 255 saham turun, dan 40 saham stagnan.

Keluarnya dana asing, mengkontribusi pelemahan bursa, dimana nilai transaksi jual bersih (net foreign sell) mencapai Rp952 miliar. Rinciannya adalah transaksi jual sebesar Rp2,539 triliun dan transaksi beli mencapai Rp1,587 triliun.

Sektor tambang memimpin penurunan, dengan jatuh 4,7%. Disusul sektor finansial yang turun 3,1%, perdagangan dan perkebunan 2,9%, industri dasar 2,8%, konsumer 2,7%, infrastruktur dan properti yang turun 2,6%.

Beberapa emiten yang melemah antara lain Bukit Asam (PTBA) turun Rp 1.500 ke Rp 17.850, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.450 ke Rp 42.800, Astra Agro (AALI) turun Rp 1.100 ke Rp 21.200, dan Unilever (UNVR) turun Rp 1.000 ke Rp 15.000.

Sedangkan emiten-emiten lain yang menguat antara lain Century Textille (CNTX) naik Rp 350 ke Rp 7.850, Axiata (EXCL) naik Rp 250 ke Rp 5.350, Colorpak (CLPI) naik Rp 120 ke Rp 1.750, dan Surya Citra (SCMA) naik Rp 100 ke Rp 6.300.

Bursa regional Asia tercatat melemah. Indeks Komposit Shanghai turun 0,75 poin (0,03%) ke level 2.526,07, indeks Hang Seng jatuh 1.159,87 poin (5,66%) ke level 19.330,70, indeks Nikkei 225 terpangkas 153,08 poin (1,68%) ke level 8.944,48 dan indeks Kospi turun 3,64% ke level 1.801,35. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar