Selasa, 09 Agustus 2011

AS-China Guncang Bursa Asia

Headline
INILAH.COM, Sydney – Situasi pasar global, terutama Amerika Serikat (AS) dan China, menggoyahkan pertahanan bursa Asia dan membuatnya ditutup melemah pada Selasa (9/8).

Indeks Komposit Morgan Stanley (MSCI) Asia Pasifik (APAC) melemah 1,3% ke 121,28 dengan rasio tiga banding tiga, untuk saham yang naik dan turun. MSCI APAC terkoreksi lebih dari 10% sejak puncaknya pada Mei lalu.

Pasar saham seluruh dunia merugi US$7,8 triliun selama dua pekan terakhir. Namun penurunan itu mereda karena MSCI APAC hari ini memperkecil penurunan sejak posisi puncak ke level 5,5%.

Melemahnya MSCI APAC disebabkan enam bursa saham terbesar di kawasan ini turun lebih dari 20% sejak Standard&Poor (S&P) menurunkan peringkat kredit AS. Selain itu, China juga melaporkan kenaikan inflasi.

CEO Ausbil Dexia Ltd.di Sydney, Paul Xiradis berpendapat, ketakutan pasar sudah beralih. “Seperti ada kebakaran yang berlalu dengan cepat. Kekhawatiran berlalu dan kita menyaksikan tanda-tanda klimaks,” ujarnya.

Saham sektor industri yang dipantau MSCI APAC turun. Namun agak sedikit tertahan, menyusul Taiwan dan Korea Selatan yang menopang bursa saham. Serta spekulasi Bank Sentral AS akan mengumumkan kebijakan untuk menopang pasar.

Bursa saham Taiwan turun 0,8%. Tindakan pemerintah yang hendak membeli saham, mampu menghambat pasar turun lebih dalam. Tindakan serupa dilakukan Korsel, sehingga Kospi ditutup turun pada 3,6% meski sempat turun 9,9%.

Pejabat The Fed memperkuat komitmen mereka dalam menggelontorkan stimulus yang mencapai rekor, setelah pelambatan pemulihan dan downgrade peringkat utang AS. Sebanyak 52% responden Bloomberg News yakin The Fed akan melonggarkan kebijakan moneter.

“Perlu ada circuit breaker setelah terjun bebas bursa saham selama beberapa hari terakhir. Sepertinya dalam bentuk intervensi pemerintah sehingga saham bisa mulai rally lagi,” kata Jason Teh yang mengelola dana US$3 miliar di Investors Mutual Ltd. Sydney.

Sony Corp. yang hampir 50% pendapatannya dari AS dan Eropa, turun 1,1%. Produsen otomotif terbesar dunia Toyota Motor Corp., turun 1,9%. Samsung Electronics Co., eksportir elektronik nomor satu Korsel, merosot 4,7%. HSBC Holdings Plc turun 3,4%.

Indeks Nikkei di Jepang turun 1,7% dan Hang Seng di Hong Kong 1,9% karena pengaruh inflasi China. Per Juli, inflasi Negeri Tirai Bambu tercepat selama tiga tahun terakhir. Pemerintah terpaksa memperketat kebijakan agar tak berdampak secara global.

Sementara bursa Australia rebound 1,2% dan menutup kerugian perdagangan yang sempat menyentuh 5,5%. Kemarin, bursa ini sempat turun di bawah level 4.000 atau merosot 20% dari titik tertingginya pada April 2010.

Bursa saham Australia, India, Hong Kong, Shanghai dan Korsel tercatat turun 20% lebih dari ttik puncaknya. Hal ini bisa dikatakan sebagai bear market, disebabkan kekhawatiran pasar global melambat dan AS berpotensi mengalami resesi lagi.

Penurunan bursa Asia menghapus kenaikan yang susah payah diperoleh sejak Gubernur The Fed Ben Bernanke mengumumkan pada Agustus 2010, pihaknya akan kembali mengucurkan stimulus melalui quantitative easing bagian kedua. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar