Selasa, 04 Januari 2011

BBRI

BBRI akan mencoba level support di Rp. 10.000,- bila level support pecah trennya menurun ke level Rp. 9.500,-.

ASII

Recoment Sell 55,000 target 50,000. support 50,000.

Sentimen negatif inflasi tak mampu meruntuhkan IHSG

Date : Jan 04 2011, 11:31
Title : News Story
Header : Sentimen negatif inflasi tak mampu meruntuhkan IHSG


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Para analis dan ekonom sepakat menilai bahwa angka inflasi
tahunan (year on year) 2010 yang mencapai 6,96% merupakan angka yang
mengkhawatirkan. Namun, tampaknya, kabar ini belum mampu meruntuhkan IHSG.
Buktinya, indeks kembali merangkak naik kala dibuka hari ini, Selasa
(4/1), hari kedua setelah pembukaan awal 2011 kemarin.
Pada pukul 10.40 WIB, IHSG bertengger di angka 3.761,95 atau menguat
0,92%. Saham-saham pertambangan menjadi penopang utama indeks pagi ini. Indeks
saham-saham sektor pertambangan menguat 3,52%. Adapun indeks sektor agribisnis
naik 1,03% dan sektor perdagangan menguat 1,37%.
Saham-saham lapis kedua dan ketiga masih mendominasi daftar top gainers.
Misalnya, harga saham PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) menguat 33% menjadi Rp 105 per
saham. Harga saham Aneka Kemasindo Utama Energi dan Metak (AKKU) naik 32% ke Rp
170. Saham lainnya adalah Borneo Lambung Energi dan Metal (BORN) yang naik 9%
ke Rp 1.660 per saham.
Di daftar top loser, Harga Saham Fajar Surya Wisesa (FASW) tercatat turun
8% menjasdi Rp 2.525, Indonesia Prima Property (OMRE) turun 5% menjadi Rp 161
per saham, dan saham Pan Brothers (PBRX) turun 5% menjadi 1.390 per saham.
[ Dyah Ayu Kusumaningtyas ]

KONTAN Tue, 04 Jan 2011 ( 11:03:58 WIB )


=======================================================================================

Nilai ekspor CPO 2010 naik 40%

Date : Jan 04 2011, 08:51
Title : News Story
Header : Nilai ekspor CPO 2010 naik 40%


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Riang gembira. Itulah yang dirasakan para eksportir produk kelapa
sawit di tahun 2010. Betapa tidak, kenaikan harga kelapa sawit dunia membuat
nilai ekspor produk kelapa sawit naik signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat, nilai ekspor minyak nabati, termasuk minyak kelapa sawit dan
turunannya itu, naik 40% pada periode Januari-November 2010 dibanding waktu
yang sama di 2009.
"Ekspor crude palm oil (CPO) jadi salah satu penyumbang terbesar
pertumbuhan ekspor Januari-November 2010," kata Rusman Heriawan, Kepala BPS
dalam konferensi persnya Senin (3/1).
BPS menghitung, untuk periode Januari-November 2010, nilai ekspor produk
minyak nabati, termasuk CPO, mencapai US$ 14,1 miliar, naik 40% dibandingkan
nilai ekspor di waktu yang sama 2009 yang hanya US$ 10,1 miliar. Namun,
volumenya hanya naik tipis, yaitu 3,8%, dari 16,5 juta ton menjadi 17,1 juta
ton dalam kurun waktu tersebut. "Kenaikan dalam nilai lebih tinggi dibandingkan
volume," jelas Rusman.
Tahun 2010 lalu, harga produk kelapa sawit di pasar dunia memang terus
naik. Data BPS yang mengutip dari World Bank Commodity, menyebutkan harga CPO
dari Januari ke November 2010 sudah naik 41,2% atau naik dari US$ 793 per ton
menjadi US$ 1.120 perton. "Sekarang harganya itu sudah tembus US$ 1.000 per
ton," jelas Rusman. Ia menambahkan, pemicu kenaikan harga produk kelapa sawit
tak lain adalah kenaikan permintaan yang terjadi seiring pemulihan ekonomi
global.
Jika kita lihat pasarnya, kenaikan permintaan produk kelapa sawit terbesar
datang dari kawasan Eropa dan Asia. Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha
Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan bilang, kenaikan permintaan itu
datang dari beberapa negara di Uni Eropa, India, China, dan juga Bangladesh.
"Permintaan China dan Eropa ternyata berpengaruh positif bagi ekspor CPO,"
terang Fadhil dalam surat elektroniknya.
Eksportir usul BK 3%
Kendati sudah menikmati kenaikan harga tinggi, kalangan eksportir tetap
keberatan dengan penerapan bea keluar (BK) kelapa sawit selama ini. "Pelaku
usaha sawit memandang tarif BK yang berlaku sekarang tidak adil," kata Fadhil.
Alasannya, BK itu melenceng dari tujuan awalnya, yakni untuk memperkuat kinerja
industri sawit. Kini, BK itu hanya mempertebal kantong pemerintah.
Ia mengusulkan pemerintah mengubah sistem tarif BK yang progresif
berdasarkan harga saat ini menjadi tarif tetap. "Idealnya, tarif BK CPO
disamakan menjadi 3% setiap bulan tanpa bergantung pada harga internasional,"
katanya.
Berdasarkan rumusan perhitungan pemerintah, BK yang harus dibayar
eksportir sawit untuk Januari 2011 ini mencapai 20% dari nilai ekspor.
[ Asnil Bambani Amri ]

KONTAN Tue, 04 Jan 2011 ( 08:45:15 WIB )


=======================================================================================

Utang pemerintah kurang berperan dalam perekonomian dalam negeri

Date : Jan 04 2011, 08:50
Title : News Story
Header : Utang pemerintah kurang berperan dalam perekonomian dalam negeri


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Utang baru yang ditarik pemerintah dinilai tidak berdampak
terhadap perekonomian, karena hanya digunakan untuk membayar utang lama yang
jatuh tempo. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya menggunakan potensi sisa
anggaran akhir tahun untuk menutup utang jatuh tempo dan tidak menarik utang
baru.
Demikian diungkapkan pengamat keuangan negara dari Koalisi Anti Utang Dani
Setiawan. "Masalah defisit anggaran terus berulang setiap tahun, di mana
realisasi lebih rendah dari yang direncanakan. Praktek semacam ini tentu
semakin membebani perekonomian dengan utang-utang baru," tegasnya, Senin,
(3/1).
Pada 2010, realisasi defisit anggaran tercatat sebesar Rp 38,7 triliun
atau 0,62 persen terhadap produk bruto (PDB). Jauh lebih rendah dibandingkan
rencana dalam anggaran negara yang sebesar 133,7 triliun rupiah atau 2,1 persen
terhadap PDB.
Defisit anggaran, lanjut Dani, dinilai hanya untuk membiayai utang yang
jatuh tempo. "Ada kebutuhan pembayaran utang lama. Dalam periode 2005-2011,
pembayaran cicilan pokok dan bunga utang mencapai Rp 1.106 triliun dan pada
2011 pembayaran utang mencapai Rp 247 triliun," paparnya.
Pembayaran utang jatuh tempo, tambah Dani, harus dipenuhi secara ketat.
"Ini menyebabkan utang-utang baru diarahkan untuk membayar utang lama. Jadi
tidak aneh kalau pemerintah enggan menurunkan target defisit, karena utang
jatuh tempo meningkat," katanya.
Dengan kondisi tersebut, menurut Dani, maka praktis utang dan defisit
anggaran tidak berfungsi sebagai stimulus ekonomi. "Stimulus dari defisit tidak
terjadi. Justru yang ada hanya tambahan beban utang untuk masa mendatang,"
tegasnya.
Untuk mengurangi penarikan utang, kata Dani, sebaiknya pemerintah
memanfaatkan sisa kelebihan pembiayaan. Pada 2010, pemerintah membukukan
kelebihan pembiayaan atau Saldo Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) sebesar Rp
47,2 triliun.
"Silpa dari APBN tahun sebelumnya bisa untuk menambal defisit sehingga
target penarikan utang bisa ditekan. Namun selama ini kelebihan pembiayaan
tidak mengurangi utang," kata Dani.
Sementara itu Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, realisasi
defisit yang di bawah target bukan disebabkan oleh rendahnya belanja negara.
Hingga akhir 2010, realisasi belanja negara adalah sebesar Rp1.053 triliun,
atau 93,5 % dari pagu.
"Dalam empat tahun terakhir, belanja negara 2010 adalah yang tertinggi.
Jadi defisit yang lebih rendah bukan karena banyak yang tidak dibelanjakan,
tetapi penerimaan yang meningkat," tegas Hatta. Pada 2010, realisasi penerimaan
negara adalah sebesar Rp 1.014 triliun (102 persen).
Selain penerimaan yang melebihi target, lanjut Hatta, terjadi pula
penghematan di sisi belanja negara sehingga defisit tidak sebesar yang
diperkirakan. "Ada proyek yang di bawah perkiraan harga, ada efisiensi,"
ujarnya.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, Silpa 2010 akan digunakan
sebagai salah satu sumber pembiayaan pada 2011. "Silpa sementara 2010 yang Rp
47 triliun itu akan digunakan untuk kebutuhan awal 2011. Ada kewajiban kurang
bayar subsidi ke PLN, dan kami juga akan cadangkan untuk dana risiko fiskal,"
katanya.
Pada 2011, lanjut Agus, pemerintah akan mencoba merealisasikan belanja
negara sesuai target. Untuk itu, beberapa proyek sudah bisa dimulai pada awal
tahun karena proses tender telah dilaksanakan pada akhir tahun lalu.
[ Bambang Rakhmanto ]

KONTAN Tue, 04 Jan 2011 ( 08:42:28 WIB )


=======================================================================================

ITMG dan ADRO menjadi motor penggerak indeks hari ini

Date : Jan 04 2011, 08:44
Title : News Story
Header : ITMG dan ADRO menjadi motor penggerak indeks hari ini


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Pada penutupan sore ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik
0,33% menjadi 3.715,915. Bertahannya indeks di zona hijau mendapat sokongan
penuh dari sektor pertambangan yang hari ini menguat 3,92%.
Kendati begitu, ada tiga sektor yang mencatatkan penurunan. Penurunan
terbesar dialami sektor keuangan yang turun 1,56%, baru kemudian disusul oleh
sektor aneka industri sebesar 0,51%. Volume transaksi sore ini mencapai 4,5
miliar saham dengan nilai Rp 4.902 triliun.
Saham-saham yang menjadi motor penggerak indeks hari ini antara lain: PT
Indo Tambangraya Megah (ITMG) yang naik 7% menjadi Rp 54.300, PT Adaro Energy
(ADRO) naik 4,9% menjadi Rp 2.675, PT Borneo Lumbung Energy (BORN) naik 14,18%
menjadi Rp 190, PT Semen Gresik (SMGR) naik 4,23% menjadi Rp 400, dan PT
Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) naik 4,36% menjadi Rp 1.000.
Sementara, saham-saham yang menahan laju indeks antara lain: Bank CIMB
Niaga (BNGA) turun 8,38% menjadi Rp 160, PT Unilever (UNVR) turun 2,73% menjadi
Rp 450, dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 2,73% menjadi Rp 16.050.
[ Barratut Taqiyyah ]

KONTAN Mon, 03 Jan 2011 ( 16:23:43 WIB )


=======================================================================================