Selasa, 04 Januari 2011

Utang pemerintah kurang berperan dalam perekonomian dalam negeri

Date : Jan 04 2011, 08:50
Title : News Story
Header : Utang pemerintah kurang berperan dalam perekonomian dalam negeri


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Utang baru yang ditarik pemerintah dinilai tidak berdampak
terhadap perekonomian, karena hanya digunakan untuk membayar utang lama yang
jatuh tempo. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya menggunakan potensi sisa
anggaran akhir tahun untuk menutup utang jatuh tempo dan tidak menarik utang
baru.
Demikian diungkapkan pengamat keuangan negara dari Koalisi Anti Utang Dani
Setiawan. "Masalah defisit anggaran terus berulang setiap tahun, di mana
realisasi lebih rendah dari yang direncanakan. Praktek semacam ini tentu
semakin membebani perekonomian dengan utang-utang baru," tegasnya, Senin,
(3/1).
Pada 2010, realisasi defisit anggaran tercatat sebesar Rp 38,7 triliun
atau 0,62 persen terhadap produk bruto (PDB). Jauh lebih rendah dibandingkan
rencana dalam anggaran negara yang sebesar 133,7 triliun rupiah atau 2,1 persen
terhadap PDB.
Defisit anggaran, lanjut Dani, dinilai hanya untuk membiayai utang yang
jatuh tempo. "Ada kebutuhan pembayaran utang lama. Dalam periode 2005-2011,
pembayaran cicilan pokok dan bunga utang mencapai Rp 1.106 triliun dan pada
2011 pembayaran utang mencapai Rp 247 triliun," paparnya.
Pembayaran utang jatuh tempo, tambah Dani, harus dipenuhi secara ketat.
"Ini menyebabkan utang-utang baru diarahkan untuk membayar utang lama. Jadi
tidak aneh kalau pemerintah enggan menurunkan target defisit, karena utang
jatuh tempo meningkat," katanya.
Dengan kondisi tersebut, menurut Dani, maka praktis utang dan defisit
anggaran tidak berfungsi sebagai stimulus ekonomi. "Stimulus dari defisit tidak
terjadi. Justru yang ada hanya tambahan beban utang untuk masa mendatang,"
tegasnya.
Untuk mengurangi penarikan utang, kata Dani, sebaiknya pemerintah
memanfaatkan sisa kelebihan pembiayaan. Pada 2010, pemerintah membukukan
kelebihan pembiayaan atau Saldo Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) sebesar Rp
47,2 triliun.
"Silpa dari APBN tahun sebelumnya bisa untuk menambal defisit sehingga
target penarikan utang bisa ditekan. Namun selama ini kelebihan pembiayaan
tidak mengurangi utang," kata Dani.
Sementara itu Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, realisasi
defisit yang di bawah target bukan disebabkan oleh rendahnya belanja negara.
Hingga akhir 2010, realisasi belanja negara adalah sebesar Rp1.053 triliun,
atau 93,5 % dari pagu.
"Dalam empat tahun terakhir, belanja negara 2010 adalah yang tertinggi.
Jadi defisit yang lebih rendah bukan karena banyak yang tidak dibelanjakan,
tetapi penerimaan yang meningkat," tegas Hatta. Pada 2010, realisasi penerimaan
negara adalah sebesar Rp 1.014 triliun (102 persen).
Selain penerimaan yang melebihi target, lanjut Hatta, terjadi pula
penghematan di sisi belanja negara sehingga defisit tidak sebesar yang
diperkirakan. "Ada proyek yang di bawah perkiraan harga, ada efisiensi,"
ujarnya.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, Silpa 2010 akan digunakan
sebagai salah satu sumber pembiayaan pada 2011. "Silpa sementara 2010 yang Rp
47 triliun itu akan digunakan untuk kebutuhan awal 2011. Ada kewajiban kurang
bayar subsidi ke PLN, dan kami juga akan cadangkan untuk dana risiko fiskal,"
katanya.
Pada 2011, lanjut Agus, pemerintah akan mencoba merealisasikan belanja
negara sesuai target. Untuk itu, beberapa proyek sudah bisa dimulai pada awal
tahun karena proses tender telah dilaksanakan pada akhir tahun lalu.
[ Bambang Rakhmanto ]

KONTAN Tue, 04 Jan 2011 ( 08:42:28 WIB )


=======================================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar