Jumat, 23 September 2011

Meski Asing masih Obral, IHSG Tetap Naik 1,7%

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Bursa saham Indonesia ditutup menguat 57,2 poin atau 1,7% ke 3.436,35. Volume perdagangan mencapai 4,5 miliar saham seniliai Rp5,2 triliun.

Perdagangan diwarnai 147 saham naik, 110 saham turun dan 62 saham stagnan. IHSG mengalami net foreign sell Rp603,3 miliar dengan penjualan asing mencapai 1,9 triliun dan pembelian asing Rp1,3 triliun.

Indeks JII naik 6,8 poin ke 468,25, indeks ISSI naik 1,2 poin ke 110,96 dan LQ45 naik 14,5 poin ke 592,72. Penguatan didukung sektor perbankan yang naik 16,9 poin ke 448,09 disusul sektor infrastruktur yang naik 15,9 poin ke 665,15.

Sedangkan sektor pertambangan masih turun 11,06 poin ke 2.529 disusul sektor perkebunan turun 6,4 poin ke 2.041,51. Meskipun dibuka di zona negatif tetapi indeks terus melakukan perlawanan dan sesi kedua cenderung flat di zona positif. Level terendah di 3.258,37 dan tertinggi di 3.426,83.

Akhir pekan, indeks rebound 1,7% dari penurunan terbesar sejak 2008

Akhir pekan, indeks rebound 1,7% dari penurunan terbesar sejak 2008
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersenyum sumringah pada penutupan akhir pekan. Pukul 16.00, indeks tercatat naik 1,7% menjadi 3.426,346.

Enam sektor menghijau. Sektor keuangan merupakan sektor dengan kenaikan tertinggi sebesar 3,93%. Baru kemudian disusul oleh sektor industri dasar sebesar 3,37% dan sektor infrastruktur yang naik 2,45%.

Jumlah saham yang naik hingga akhir perdagangan mencapai 134. Sementara, 106 saham turun dan 60 saham lainnya tak bergerak. Volume transaksi melibatkan 4,548 miliar dengan nilai mencapai Rp 5,389 triliun.

Saham-saham yang menduduki posisi top gainers antara lain: PT Inti Agri Resources (IIKP) naik 25% menjadi Rp 650, PT Indonesian Paradise (INPP) naik 24% menjadi Rp 310, dan PT Prima Alloy Steel (PRAS) naik 22% menjadi Rp 122.

Sedangkan saham-saham top losers, yakni: PT Multibreeder Adirama (MBAI) turun 19,79% menjadi Rp 15.400, PT Agis (TMPI) turun 10,9% menjadi Rp 139, dan PT Fortune Indonesia (FORU) turun 8,82% menjadi Rp 155.


Tunggu Bank Dunia & IMF, Saham Eropa Bakal Rebound

Headline
INILAH.COM, London - Saham Eropa diprediksi akan menguat pada pembukaan Jumat (23/9) setelah aksi lepas saham Asia semalam diikuti dengan hari malapetaka bagi pasar Eropa dan AS pada hari Kamis, dengan saham di Eropa jatuh sebanyak 5 persen.

Mengutip CNBC, Indeks FTSE London diperkirakan akan naik 41 poin, indeks DAX Jerman meningkat 60 poin, sementara CAC 40 Perancis naik 40 poin. Ada beberapa berita menarik pada awal pembukaan Eropa Jumat, di mana Dow futures AS naik 104 poin dan indeks ASX 200 Australia menguat 1,8 persen dari posisi terendah sesi sebelumnya.

Namun, indeks Korea SelatanKOSPI terus merana dengan turun sekitar 4,4 persen setelah jatuh 4,8 persen pada awal perdagangan hari ini. Banyaknya berita buruk sepanjang hari Kamis memastikan indeks di Eropa, Amerika dan Asia, terpukul semua. Data manufaktur China yang mengecewakan, menunjukkan perlambatan untuk bulan ketiga berturut-turut karena permintaan melemah di Eropa dan Asia dipengaruhi oleh saham Eropa dan data PMI Jerman yang lebih buruk dari yang diperkirakan memicu kekhawatiran bahwa pembangkit semangat Eropa sedang kehilangan momentum.

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde dan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick memperingatkan secara terpisah bahwa situasi ekonomi global "berbahaya", digabung dengan sentimen negatif pasar selama pertemuan tahunan berikutnya di Washington DC. Para pemimpin Australia, Kanada, Meksiko, Afrika Selatan, Inggris dan Korea Selatan menulis kepada Presiden Prancis Nicholas Sarkozy mendesak solusi yang cepat untuk masalah utang negara di zona euro yang terus mengekspresikan kekhawatiran penularan, sementara para pejabat dari negara-negara BRIC mengatakan mereka akan mempertimbangkan memberikan lebih banyak uang ke IMF.

Semua mata akan tertuju ke Washington pada Jumat karena pertemuan tahunan Bank Dunia dan IMF akan dimulai dan Menteri Keuangan G20 dan Gubernur Bank Sentral bertemu di Ibukota AS ini untuk meningkatkan rencana pemulihan global yang akan diserahkan kepada kepala negara menjelang KTT G20 4 November di Cannes.

Sebuah konferensi pers akan berlangsung pukul 1:00 am di London dengan Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble dan Presiden Bundesbank Jens Weidmann berbicara dari Washington. Data ekonomi keluar hari Jumat meliputi survei data kepercayaan bisnis dari Perancis pada saat 7:45 di London, diikuti oleh Data PPI Spanyol pada jam 8:00. Di Inggris, British Bankers' Association akan mengeluarkan statistik perbankan pada pukul 09:30.

Intervensi Diyakini Ajak Rupiah Menguat

Headline
INILAH.COM, Jakarta- Intervensi Bank Indonesia (BI) terhadap rupiah, telah membawa mata uang RI ini menguat perlahan. Apakah apresiasi rupiah akan bertahan hingga sore nanti?

Pada perdagangan Jumat (23/9), data Bloomberg pukul 11.00 WIB menunjukkan, rupiah ditransaksikan di level 8.949, atau menguat 74 poin dari penutupan kemarin di level 9.023 per dolar AS. Sementara di pasar spot antar bank, rupiah sudah berada di kisaran 8.600 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di 8.750.

Apresiasi rupiah diyakini akibat intervensi BI. Hari ini saja, bank sentral tersebut dikabarkan sudah mengeluarkan sekitar US$ 30 juta untuk membeli rupiah, sehingga ketersediaan dolar di pasar tetap dalam jumlah banyak. Sementara kemarin, BI mengintervensi pasar valas dengan membeli SBN (Surat Berharga Negara) dalam jumlah besar.

Helmi Therik, pengamat pasar modal dari AAA Securities mengatakan, investor saat ini masih menghindari pasar saham dan obligasi. Mereka terus melakukan deleveraging, dipicu memburuknya perbankan Eropa yang telah menyebabkan interbank distrust, “Hal ini terlihat dari makin mengeringnya likuiditas di pasar uang antar bank, dengan benchmark LIBOR terus meningkat,”katanya kepada INILAH.COM.

Ia menuturkan, di Eropa, ada peningkatan resiko kredit default dan risiko likuiditas yang memicu investor terus melakukan deleveraging, dengan mengurangi porsi aset finansial yang terus turun. “Hal ini dilakukan karena 'mark to market' akan menyebabkan loss besar-besaran di perbankan Eropa,” ujarnya.

Sementara investor yang berharap ada gelontoran likuiditas dari program QE jilid tiga The Fed harus menelan kekecewaan, karena The Fed hanya melakukan swap obligasi dari jangka pendek ke panjang, sehingga praktis tidak ada likuiditas baru terserap di pasar keuangan. “Adapun kebijakan fiskal dengan rancangan Job Creation Obama masih terhambat di kongres,” ucapnya.

Namun, Helmi menilai, yang terjadi saat ini pasar emerging market Asia dan Indonesia adalah risk aversion, sehingga hanya berlangsung sementara. Selain itu, ada dukungan dari fundamental Indonesia masih bagus, dengan inflasi rendah. “Resiko likuiditas juga masih minim di Indonesia karena perbankan masih memiliki likuiditas cukup dengan LDR rata 70% dan DPK tumbuh > 20%,” paparnya.

Senada dengan Lana Soelistianingsih dari Samuel Sekuritas. Menurutnya, terkoreksinya pasar global semalam, akan membawa imbas negatif ke pasar Asia. Namun, pasar Indonesia sudah mengalami oversold yang berpotensi memikat kembali investor masuk ke pasar.

Adapun pergerakan rupiah hari ini masih digawangi ketat oleh BI. “Dengan aktifnya BI di pasar, rupiah akan terjaga di kisaran Rp9.000 hingga Rp9.250 per dolar AS,” ujarnya. [ast]

Antam: Harga Emas Masih Akan tetap Bagus

Medium
INILAH.COM, Jakarta -PT Aneka Tambang (Antam) Tbk mengaku optimistis harga emas dan komoditi masih akan tetap bagus, meski harga indeks saham sedang mengalami penurunan.

Demikian disampaikan Direktur Utama Antam, Alwinsyah Loebis saat ditemui di kementerian badan usaha milik negara di Jakarta Jumat (23/9). "Yang rada kita khawatir memang harga saham ini, tapi untuk komoditi kita melihatnya masih optimis," tukas Alwinsyah Loebis.

Alwinsyah menjelaskan bahwa kondisi menurunnya harga saham memang membuat shock pelaku pasar, akan tetapi perusahan masih optimis bahwa tahun ini harga komoditi tetap akan bagus. "Dari awal kita sudah bilang kemungkinan terfluktuasi ada, cuma emas makin krisis makin bagus," kata dia.

Namun begitu dirinya melihat adanya shock tersebut membuat harga emas makin bertambah bagus. "Mungkin akan kembali pada angka 1600-1700 per troy ons, dan saya kira itu masih bagus," pungkas dia. [cms]

Sesi pagi reli, BEI tetap akan monitoring IHSG

Sesi pagi reli, BEI tetap akan monitoring IHSG
JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) masih melanjutkan monitoring pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), setelah kemarin turun tajam hingga 8,88%. Itu merupakan penurunan tertinggi dibanding bursa-bursa di negara lain.

Direktur Utama BEI Ito Warsito bilang, pihaknya telah menjalankan protokol manajemen krisis. Manajemen krisis ini berguna menghadapi berbagai kemungkinan situasi pasar yang saat ini tengah bergejolak. "Bursa juga mendiskusikan keputusan-keputusan yang perlu diambil berdasarkan situasi yang dihadapi," tambahnya.

Dengan menghijaunya indeks di sesi pertama ini, BEI masih akan terus melakukan monitor terhadap pasar. "Bursa selalu memonitor situasi pasar dalam kondisi apapun," imbuh Ito.

IHSG Menguat Sendirian di Asia

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil balik arah ke zona hijau menguat 25 poin akibat aksi beli selektif yang dilakukan investor lokal. Indeks pun menjadi satu-satunya bursa di Asia.

Mengawali perdagangan pagi tadi, IHSG dibuka jatuh 92,462 poin (2,75%) ke level 3.276,681 akibat tekanan jual yang belum mereda. Investor belum berhenti mengurangi portofolionya supaya tidak jatuh terlalu dalam.

Aksi beli selektif sempat memberi angin segar kepada pergerakan indeks, bahkan sempat menyentuh level tertingginya di zona hijau pada 3.414,519. Namun, tekanan jual masih ada sehingga indeks kembali ke zona merah.

Pada penutupan perdagangan sesi I, Jumat (23/9/2011), IHSG naik 25,613 poin (0,76%) ke level 3.394,756. Sementara Indeks LQ 45 menguat 8,820 poin (1,52%) ke level 587,027.

Investor lokal mulai bergerak untuk menyelamatkan IHSG melalui aksi beli selektif di saham-saham yang sudah murah. Sementara investor asing masih terus berhamburan keluar lantai bursa.

Mayoritas indeks sektoral mulai menguat dan berjalan di zona hijau akibat aksi beli sekelti itu. Namun saham-saham komoditas masih terkena tekanan jual.

Perdagangan hari ini berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 89.462 kali pada volume 3,661 miliar lembar saham senilai Rp 2,684 triliun. Sebanyak 117 saham naik, sisanya 112 saham turun, dan 67 saham stagnan.

Bursa saham dalam negeri menjadi satu-satunya pasar modal yang berhasil menguat di Asia. Bursa-bursa regional lainnya masih tak berdaya di teritori negatif.

Berikut kondisi di bursa-bursa Asia hingga siang hari ini:
  • Indeks Komposit Shanghai turun 22,12 poin (0,91%) ke level 2.420,94.
  • Indeks Hang Seng anjlok 301,30 poin (1,68%) ke level 17.610,65.
  • Indeks Nikkei 225 ambruk 180,90 poin (2,07%) ke level 8.560,26.
  • Indeks Straits Times jatuh 34,00 poin (1,25%) ke level 2.686,53.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 900 ke Rp 39.650, Indocement (INTP) naik Rp 850 ke Rp 12.050, HM Sampoerna (HMSP) naik Rp 800 ke Rp 29.300, dan Astra Internasional (ASII) naik Rp 500 ke Rp 58.500.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Delta Jakarta (DLTA) turun Rp 6.000 ke Rp 119.000, Multibreeder (MBAI) turun Rp 3.800 ke Rp 15.400, Mayora (MYOR) turun Rp 650 ke Rp 12.900, dan Samudera Indonesia (SMMA) turun Rp 500 ke Rp 4.400.

(ang/qom)

Sesi Dua, Lirik Saham yang Diminati Asing

Headline
INILAH.COM, Jakarta- IHSG akhir pekan ini diperkirakan akan berakhir melemah, meski dalam kisaran terbatas. Investor pun bisa melirik saham yang diminati asing, dengan potensi penguatan lebih cepat.

Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo memperkirakan, pergerakan indeks domestik hingga penutupan sore nanti akan melemah terbatas. “Indeks akan bergerak dalam kisaran support 3.310 dan 3.475 sebagai level resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (23/9).

Menurutnya, pelemahan indeks hari ini dipicu oleh pelemahan bursa pada regional Asia setelah Dow Jones ditutup minus 391,01(3,51%) ke level 10.733,80. Kondisi itu, diperparah oleh pernyataan dari pertemuan G20 dan International Monetary Fund (IMF) di Washington akhir pekan ini. “G20 melihat adanya potensi penurunan (downside risk) ekonomi global yang cukup besar pada akhir 2011 dan2012,” ujarnya.

Karena itu, lanjut dia, ekspektasi market ke depannya pun masih pesimistis terutama pada 2012. Di sisi lain, Presiden Bank Dunia Robert Zoellick juga mengingatkan hal yang sama bahwa ada ancaman melambatnya ekonomi dunia per hari ini. “Karena itu, kalaupun indeks menguat hari ini pasar tetap ragu-ragu, sehingga kondisi itu hanya membuat koreksi indeks jadi terbatas,” papar dia.

Pada saat yang sama, pasar juga menunggu kepastian dari Yunani apakah akan di-bailout atau tidak. Meskipun, hingga saat ini, negara yang tergabung dalam BRIC (Brazil, Rusia, India dan China) berkomitmen untuk membantu penyelesaikan krisis utang Eropa, komitmen ini hanya bersifat sementara. “Hingga saat ini belum ada keputusan final,” imbuhnya.

Karena itu, market akhir pekan ini bakal fluktuatif bahkan juga dalam sepekan ke depan. Tapi, untuk tembus level support 3.310 hari ini sangat kecil kemungkinannya. Sebab, saham-saham di sektor perbankan dan infrastruktur sudah jadi tahanan bagi koreksi indeks. “Di sisi lain, penuruan saham PT Astra Internasional (ASII) sudah mulai mereda hari ini,” paparnya.

Sementara itu, peluang penguatan indeks, sangat tergantung pada pergerakan bursa Eropa. “Indeks punya peluang menguat jika bursa Eropa dibuka menguat,” timpalnya.

Dalam situasi ini, Praska merekomendasikan positif saham-saham yang dilirik oleh investor asing sehingga memiliki potential upside lebih cepat. Saham-saham pilihannya adalah PT Indocement Tunggal Prakasa (INTP), PT Semen Gresik (SMGR), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI). “Saya rekomendasikan buy on weakness saham-saham tersebut karena pergerakan indeks cenderung volatile,” imbuhnya. [ast]

Jamsostek: Ini Saatnya Beli Saham Murah

Medium
INILAH.COM, Jakarta - PT Jamsostek mengatakan aksi jual yang dilakukan investor asing akibat krisis di AS dan Eropa adalah kesempatan untuk membeli.

"Jamsostek dalam posisi untuk membeli ketika valuasi saham sudah begitu murah di perbankan dan sumber daya. Saya sedang membeli obligasi dan saham sekarang," kata Elvyn Masassya, Direktur Investasi Jamsostek yang mengelola dana masyarakat lebih dari $ 13 miliar seperti dikutip Reuters.

IHSG pada perdagangan Jumat (23/9) pagi tadi kembali dibuka anjlok 2,69% ke level 3.278,19 setelah mengalami penurunan tajam hampir 9% kemarin. Namun, siang ini IHSG kembali positif.

Fundamental Ekonomi Diharap Bisa Balikkan Pasar

Medium
INILAH.COM, Jakarta - Fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai cukup baik diharapkan dapat memberikan sentimen positif untuk bursa saham.

Investor lokal diharapkan dapat percaya diri, aktif dan mengambil kesempatan untuk membeli saham di saat harga saham sudah murah. "Sentimen positif ekonomi masih cukup baik dan Indonesia harus percaya diri. Selain itu, investor lokal dapat memanfaatkan momen untuk buy on weakness tapi sedikit demi sedikit," ujar analis pasar Haryajid kemarin.

Kepala Riset PT Sinarmas Sekuritas Jeff Tan menuturkan, Pemerintah Indonesia diharapkan bisa dan tidak takut untuk memainkan peranan penting sebagai peserta di komunitas ekonomi global untuk mengambil langkah-langkah counter cylical yang diharapkan dapat membantu ekonomi global yang kian terpuruk.

Sementara itu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito, Kamis (22/9) malam. "Bursa menjalankan protokol manajemen krisis untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan situasi pasar. Bursa juga mendiskusikan keputusan-keputusan yang perlu diambil berdasarkan situasi yang dihadapi. Bursa selalu memonitor situasi pasar dalam kondisi apa pun," ujar Ito. [cms]

G20 Sepakat Lindungi Pasar Finansial

Washington - Negara-negara yang tergabung dalam G20 sepakat untuk melindungi stabilitas pasar finansial dan bank-bank sentral siap untuk menyediakan likuiditas yang dibutuhkan perbankan.

"Kami berkomitmen untuk mengambil semua langkah yang penting guna melindungi stabilitas sistem perbankan dan pasar finansial seperti yang dibutuhkan," ujar para pejabat G20 dalam kesepakatannya setelah pertemuan membahas krisis utang Eropa, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (23/9/2011).

Para menteri keuangan dan pemimpin bank sentral G20 dalam pernyataan bersamanya akan melakukan respons yang kuat dan berkoordinasi internasional untuk menghadapi tantangan baru yang dihadapi perekonomian global.

Mereka juga mencatat adanya risiko penurunan yang semakin berat dari tekanan kredit sovereign, kerentanan sistem finansial, turbulensi pasar, pertumbuhan ekonomi yang lemah, dan tingginya tingkat pengangguran yang tidak bisa diterima.

"Ini memerlukan rencana aksi yang kolektif dan berani, dan setiap orang melaksanakan bagiannya," ujar G20 dalam pernyataannya tersebut.

Rencana aksi itu akan disiapkan pada pertemuan pemimpin G20 di Cannes, Prancis pada 3-4 November mendatang.
(qom/qom)

Menilik Kekuatan Saham Pelat Merah

INILAH.COM, Jakarta - Saham sektor perbankan, memang selalu menjadi incaran. Apalagi yang diterbitkan oleh bank pemerintah. Sebab, selain rata-rata punya kinerja bagus, keamanannya dijamin (oleh pemerintah), mereka juga rajin membagikan dividen.

Ditambah lagi, saham bank BUMN banyak yang masih murah. Apalagi setelah harganya longsor berat pada Kamia (22/11) ini. Lihat saja, setelah tergerus 14,52%, saham PT Bank Mandiri (BMRI) kini hanya dihargai Rp5.300. Sementara PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) terkikis 13,11% menjadi Rp 5.300 dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) melemah 14,84% tinggal Rp3.300.

Harga-harga di atas, menurut perhitungan sejumlah analis, jauh di bawah target. Trimegah Securities, misalnya, menargetkan harga untuk BMRI di level Rp 9.000. Itu berarti saham ini masih memiliki potensi penguatan hingga 70%. Sementara target untuk BBRI dan BBNI masing-masih dipasang pada kisaran Rp7.750 dan Rp5.100.

Banyak faktor yang membuat analis memasang target tinggi dan memberikan rekomendasi beli untuk tiga saham ini. Tapi faktor utamanya adalah lantaran kinerja tiga bank ini sangat kinclong. Bank Mandiri contohnya. Selain merupakan bank dengan aset terbesar, semester I lalu berhasil mencatatkan kenaikan laba hingga 56,7% menjadi Rp 6,3 triliun.

Sementara pesaing terdekatnya, Bank BRI, pada periode yang sama meraup laba bersih Rp 6,7 triliun. Mungkin itu sebabnya, Samuel Sekuritas memasang target harga yang lebih tinggi untuk saham ini yakni Rp 9.600.

Kendati belum sebesar BRI dan Mandiri, kinerja Bank BNI juga patut mendapat acungan jempol. Bank yang dipimpin Gatot Suwondho ini, pada triwulan II, berhasil meningkatkan laba bersihnya sebesar 41% menjadi Rp2,71 triliun. Nah, jadi tunggu apa lagi? Mumpung murah. [mdr]

Mengenal NDF yang bisa membuat rupiah gonjang-ganjing.

JAKARTA. Perdagangan mata uang berjangka alias non delivareble forward (NDF) rupiah merupakan suatu kontrak forward jangka pendek. Kontrak ini biasanya berjangka waktu satu bulan hingga setahun.

Prinsip transaksi produk ini memang mirip dengan forward. Bedanya, pada forward valas, kedua belah pihak yang menyepakati kontrak harus menyerahkan duit masing-masing berdasarkan kurs yang telah disepakati di muka. Sementara, dalam NDF, yang diserahkan cukup keuntungan atau kerugian berdasarkan selisih nilai tukar yang telah disetujui dengan nilai tukar di pasar spot saat kontrak jatuh tempo. Itu pun bukan dalam rupiah tapi dalam dolar AS.

Sejatinya, NDF merupakan instrumen lindung nilai (hedging) yang populer untuk mata uang yang tidak diperdagangkan secara internasional, termasuk rupiah. Saat ini, investor banyak memperdagangkan NDF rupiah di Singapura.

NDF dapat mempengaruhi arah pergerakan nilai tukar rupiah di dalam negeri. Misalnya, saat libur Lebaran pasarspot dolar/rupiah (USD/IDR) dalam negeri ditutup. Tapi, selama pasar Jakarta libur, pasar NDF di Singapura tetap bekerja membentuk harga rupiah. Akibatnya,saat pasar di Jakarta kembali dibuka, kurs rupiah akan berbeda dibandingkan posisi sebelum libur.

Seperti halnya rupiah, pergerakan NDF juga dipengaruhi perkembangan ekonomi Indonesia. Jika ekspektasi ekonomi membaik, NDF rupiah akan ikut menguat layaknya yang terjadi pada rupiah. Masalahnya, selain untuk kepentingan hedging, banyak investor yang menggunakan NDF ini sebagai alat spekulasi semata.

Bursa Asia Masih Terpukul

Bursa Asia Masih Terpukul
INILAH.COM, Sydney – Bursa saham Asia memperpanjang kerugian pada Jumat (23/9) pagi, dengan saham sumber daya terpukul. Investor cemas tentang kemungkinan pertumbuhan global yang melambat dan reaksi terhadap aksi jual tajam di AS.

Di Australia, indeks S & P / ASX 200 jatuh 1,5%, dan indeks Kospi di Korea Selatan turun 3,5% pada awal perdagangan. Pasar Jepang tutup karena libur.

Perusahaan komoditas adalah salah satu sektor yang terpukul dalam, dimana sumber daya raksasa BHP Billiton Ltd Australia turun 3,1%, dan saingannya Rio Tinto Ltd kehilangan 4,8%. Produsen bijih besi Fortescue Metals Group Ltd anjlok 8,1%, dan Murchison Metals Ltd merosot 8,9%.

Koreksi terjadi di tengah turunnya harga komoditas, dengan patokan minyak berjangka Nymex diperdagangkan hanya sekitar US$ 81 per barel, dan acuan tembaga berjangka turun 1 sen ke US$ 3,48 per pon di perdagangan elektronik.

Sentimen penurunan tajam di pasar global lainnya juga menekan bursa Asia, dengan indeks utama AS anjlok terbesar dalam lima pekan, membawa Dow Jones Industrial Average jatuh 3,5%.

Saham Korea Selatan jatuh keras, karena ekonomi yang fokus pada ekspor ada yang terimbas harapan pertumbuhan ekonomi global, mengutip beberapa laporan berita bahwa asing melakukan aksi jual kuat atas saham Korea.

Produsen mobil Hyundai Motor Co. jatuh 3,1%, sementara afiliasi Kia Motors Corp turun 2,5%. Samsung Heavy Industries Co turun 6,8%, dan Daewoo Shipbuilding & Marine turun 6,9%, sementara Hyundai Heavy Industries Co kehilangan 6,7%. [ast]

Aturan Devisa Ekspor Tak Bisa Ditawar

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kalau tak ada aral melintang, pekan ini BI akan menurunkan aturan yang menyangkut devisa hasil ekspor dan hasil berutang di luar negeri.

Isinya, seperti yang dihebohkan kalangan pengusaha belakangan ini, devisa yang mereka peroleh mesti dimasukkan ke sistem perbankan nasional. Sesuai rencana, penyetoran devisa hasil ekspor (DHE) itu mesti dilakukan tiga bulan setelah ekspor dilakukan.

Dari beleid tersebut, BI berharap akan ada tambahan cadangan devisa sebesar US$31,5 miliar. Sebab, berdasarkan penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini, sebesar itulah DHE yang tak pernah masuk ke Indonesia.

Seperti sudah ditebak sebelumnya, kebijakan yang masih dalam kandungan ini langsung menuai protes. Mereka tidak secara langsung menolak kebijakan ini. Saat bertemu dengan pimpinan Bank Indonesia, kalanmgan pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta agar peraturan yang segera dirilis itu dilengkapi petunjuk teknis yang jelas.

Misalnya, ekspor yang terkait dengan impor bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan afiliasi. Jika satu perusahaan mengekspor dengan nilai 10 tapi kemudian anak perusahaannya mengimpor bahan baku senilai 3, misalnya, mana yang harus dilaporkan? Ekspor senilai 10 atau 7 (setelah dikurangi nilai impor).

Selain itu, penegenaan denda atas pelanggaran yang dilakukan pengusaha dalam memasukkan DHE juga harus jelas benar. Kesalahan apa yang harus dikenakan sanksi berapa? “Sebab, dalam keterangan awal kemarin, BI hanya menyebutkan sanksi atas pelanggaran itu nilainya antara Rp 10 juta hingga Rp 100 juta,”kata seorang pengusaha.

Permintaan lainnya, pengusaha mengusulkan agar aturan baru ini tidak ditetapkan efektif penuh per 2012, tapi di 2013. Namun, untuk yang satu ini, kelihatannya BI tidak mungkin mengabulkan. Bahkan aturan DHE , kalau bisa diterapkan sesegera mungkin. Alasannya, dampak dari gonjang-ganjing kacaunya perekonomian di Eropa dan Amerika mulai terasa di negeri ini.

Lihat saja, nilai tukar rupiah terhadap dolar sudah mencapai Rp 9.200 (22/11). “Jadi kita butuh kekuatan devisa yang mumpuni sekarang juga,” kata seorang pejabat di Bank Indonesia. [mdr]

Harga minyak bangkit dari penurunan terbesar dalam enam pekan

Harga minyak bangkit dari penurunan terbesar dalam enam pekan
SYDNEY. Setelah sempat terseret jatuh hingga ke level terendah dalam enam pekan, pagi ini, harga kontrak minyak dunia menanjak. Pagi tadi, kontrak harga minyak untuk pengantaran November naik 0,8% menjadi US$ 81,17 per barel di transaksi elektronik New York Mercantile Exchange. Pada pukul 10.14 waktu Sydney, kontrak yang sama berada di posisi US$ 81,13.

Kemarin, harga kontrak minyak tersebut terpapas hingga 6,3% menjadi US$ 80,51 per barel. Ini merupakan level terendah dalam enam pekan terakhir. Sementara itu, harga kontrak minyak sudah turun 7,8% pada pekan ini dan turun 11% di sepanjang tahun ini.

Sementara itu, kontrak harga minyak jenis Brent untuk pengantaran November naik 0,8% menjadi US$ 106,36 per barel di ICE Futures Exchange London. Kemarin, harga kontrak minyak tersebut melorot 4,4% menjadi US$ 105,49 per barel.

Bursa saham global terjungkal ke pasar bearish

Bursa saham global terjungkal ke pasar bearish
NEW YORK. Bursa saham global terjungkal ke pasar bearish untuk pertama kali dalam dua tahun terakhir. Kondisi krisis utang Eropa yang memburuk serta ancaman resesi AS telah menghapus nilai pasar saham mencapai US$ 10 triliun sejak Mei lalu.

Indeks MSCI All-Country World, yang mengukur indeks 45 negara dunia, sudah terpangkas 20% sejak melesat ke level tertinggi pada 2 Mei lalu. Ini menjadi salah satu pertanda, pasar saham global sudah masuk ke dalam pasar bearish.

Kemarin, indeks pasar saham global ini turun 4,5% ke level terendah dalam 13 bulan terakhir ke posisi 277,38. Sementara itu, indeks MSCI World, yang mengukur pergerakan indeks negara-negara maju, terjungkal 4,2%.

"Pasar saham global tersengat krisis finansial," jelas Mohamed El-Erian, chief executive officer Pacific Investment Management Co.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ng Soo Nam, chief investment officer Nikko Asset Management Co. "Harga saham terlihat sangat murah, tapi membutuhkan keberanian yang sangat besar untuk melihat itu semua. Situasi bisa bertambah parah. Kecemasan default Yunani menjadi penyebab utamanya," ujar Ng Soo.

Ekonomi Global Lesu, Wall Street Negatif

Ekonomi Global Lesu, Wall Street Negatif
INILAH.COM, New York - Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada perdagangan saham Kamis (22/9) setelah pembuat kebijakan gagal untuk mengatasi perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Indeks Dow Jones turun 391,01 poin atau 3,51% ke level 10.733,83. Indeks S&P 500 turun 37,20 poin atau 3,19%,dan indeks Nasdaq turun 82,52 poin atau 3,25% ke level 2.455,67.

Volume perdagangan saham dalam satu hari menandakan investor mengantisipasi dengan menjual saham. Wall Street mengalami ketakutan, CBOE Volatility Indeks naik 12%, investor melindungi portofolionya sebelum kembali mengalami kejatuhan.

Saham energi dan material merupakan sektor saham yang paling terkena dampaknya karena permintaan melemah. Signal perlambatan di Cina juga membuat kekhawatiran.

"Sangat sulit menemukan katalis positif untuk pasar saham baik domestik dan global," ujar TD Ameritrade Chief Derivatives Strategist J.J. Kinahan, seperti dikutip dari yahoofinance.com.

Data ekonomi melemah dari Cina mengikuti outlook ekonomi Amerika Serikat yang tidak begitu baik dari The Fed. Pernyataan The Fed memberikan sentimen negatif ke bursa saham.

Volume perdagangan saham sebesar 13,24 miliar saham diperdagangkan di bursa saham New York, NYSE Amex, dan Nasdaq di atas rata-rata perdagangan saham sebesar 7,8 miliar.

Indeks PHLX oil service sector turun 6,6. Schlumberger turun 6% ke level US$61,22. Indeks S&P material turun 5,5% di mana Freeport-Mcmoran turun 9,7% ke level US$32,14.

Sektor perbankan juga mengalami pelemahan di mana indeks KBW bank turun 2,7%. Saham Citigroup turun 6,1% ke level US$23,96. The Fed berencana menetapkan tingkat suku bunga di level terendah akan menekan margin bank yang meminjam di short-term rated dan memberi pinjaman dalam jangka panjang.

Penurunan juga datang dari Moody's yang memotong rating utang pemberi pinjaman terbesar. Selain itu, saham yang mengalami penurunan yaitu saham FedEx Corp turun 8,2% ke level US$66,58. [hid]

Otoritas akan melakukan suspend kalau terjadi panic selling

Otoritas akan melakukan suspend kalau terjadi panic selling
JAKARTA. Otoritas bursa akan melakukan suspensi jika pada perdagangan hari ini terjadi panic selling yang menyebabkan indeks terjerembap hingga 10%. Langkah itu dilakukan dalam rangka penenangan pasar (cooling down).

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan, pemberhentian saham (suspensi) sementara merupakan kebijakan otoritas bursa. Kebijakan itu akan dilakukan jika indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 10% dan terjadi penjualan saham serentak akibat kepanikan investor.

"Jika terjadi (panic selling dan indeks turun 10%) kami akan hentikan perdagangan, bisa 30 menit, kami akan lihat lagi kondisinya," ujarnya, Kamis (22/9).

Namun, Eddy mengingatkan, penghentian itu tidak semata-mata karena terjadi panic selling atau IHSG yang anjlok di level tertentu. Otoritas juga akan melihat kondisi pasar di tingkat global dan pengaruhnya ke dalam negeri.

Pada perdagangan kemarin, kata Eddy belum bisa dikategorikan sebagai panic selling atau penjualan saham secara bersamaan dalam jumlah yang besar yang menyebabkan level indeks jatuh lebih dalam. Eddy mencatat volume penjualan bersih (di luar crossing) nilainya sekitar Rp 7 triliun. Jika dibandingkan dengan 2008, angka itu masih lebih rendah. Otoritas pernah melakukan suspensi pada 2008, ketika itu penjualan saham mencapai Rp 10 triliun.

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nurhaida mengatakan, pihaknya sudah memerintahkan kepada otoritas bursa agar melakukan pengawasan secara serius. Ia menjelaskan, ada beberapa kategori kondisi pasar, yaitu normal, waspada, pra krisis, dan krisis.

Sayang, Nurhaida enggan menyebutkan kriteria-kriteria dari masing-masing tingkatan.
"Khawatir terjadi moral hazard, ada oknum-oknum tertentu yang sengaja membuat market turun karena tahu kami akan berbuat apa," paparnya.

Namun, ia menjelaskan sejumlah indikatornya. Indikator-indikator itu antara lain bobot penurunan indeks, menyusutnya kapitalisasi pasar ke tingkat tertentu, serta turunnya volume transaksi. Pihaknya juga akan memperhatikan kondisi makro lainnya termasuk yang terjadi di sektor perbankan.

Semua indikator itu masuk ke dalam kebijakan protokol manajemen krisis (crisis management protocol /CMP) milik Bapepam-LK. Saat ini, masing-masing pengambil kebijakan di wilayah Kementerian Keuangan sudah memiliki CMP. Mereka adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), dan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan. Penggabungan CMP di masing-masing direktorat itu saat ini masih dalam proses penggabungan untuk dijadikan CMP Kementerian Keuangan.

CMP Kementerian Keuangan itu nantinya mengarah pada CMP nasional yaitu gabungan kebijakan yang dimiliki BI dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). "CMP Nasional itu sedang kami susun di Kementerian Keuangan," imbuh Nurhaida.

Koreksi Spektakuler IHSG Tidak Mirip 2008

INILAH.COM, Jakarta - Kerontokan IHSG kemarin, dinilai bukanlah tren bearish seperti yang terjadi 2008. Saat itu, krisis likuiditas terjadi di seluruh dunia.

Pada perdagangan Kamis (22/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup turun drastis 328,35 poin (8,88%) ke level 3.369,14, dengan intraday terendah di 3.360,19 dan tertinggi di 3.695,93. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang turun 64,93 poin (10,09%) ke 578,46.

President Director and Founder of PT Astronacci International Gema Goeyardi mengatakan, trend bullish IHSG akan selalu lebih panjang dari pada bearish. Bahkan, seringkali bullish lebih panjang hampir 2 kali bearihs-nya.

Dia menjelaskan, dalam teori siklus, dikenal siklus terbesar hingga 60 tahun, 30 tahun, 10 tahun, 5 tahun dan seterusnya hingga yang terkecil adalah siklus 1 jam. "Untuk jangka waktu yang akan saya bahas adalah siklus 5 tahun," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (22/9).

Menurutnya, IHSG memulai siklus bullish spektakulernya pada 2003 hingga 2007 (5 Tahun) dan diikuti oleh 1,5 tahun siklus bearish (2007-2009). "Pada 2009 IHSG memulai rebound-nya dan diasumsikan sebagai siklus bullish baru yang idealnya berkisar antara 4-5 tahun hingga tahun 2013 sebelum diikuti krisis seperti tahun 2008 lalu," ungkapnya.

Nah, menurut Gema, sekiranya terjadi koreksi yang spektakuler seperti pada Rabu (22/9/2011) ini, sepertinya bukan merupakan krisis seperti 2008. "Pasar Modal merupakan barometer ekonomi suatu negara di mana perbedaan mencoloknya adalah pada 2008 hampir seluruh negara di dunia mengalami krisis likuiditas dan diikuti dengan redemption besar-besaran di pasar saham," paparnya.

Namun kali ini? Dia mempertanyakan, apakah krisis juga terjadi di Asia? "Nah mari kita melihat dengan lebih jernih perbedaan antara 2008 dan 2011 paling tidak dari data yang saya dapat hingga hari ini," paparnya.

Dia yakin, penurunan tajam IHSG yang jadi penderitaan bagi pasar akan segera berakhir dan pelangi akan mulai terlihat di saat new moon nanti. "Ini adalah musim tanam, para petani tidak akan memanen di saat musim tanam. PT Astronacci International akan terus mendukung investor di seluruh Indonesia dan global dengan ulasan pasar demi kenyamanan Anda berinvestasi dan tentunya keselamatan anda," imbuhnya.

Rupiah Kuat Jadi Kepentingan BI

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (22/9) diprediksi melemah tajam. Tapi, koreksi itu akan berkurang setelah BI intervensi jelang penutupan.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, seperti kemarin, rupiah berpeluang melemah di awal sesi dan kembali menguat jelang penutupan karena intervensi dari Bank Indonesia. Namun, lanjut dia, meski pelemahan rupiah berkurang, belum tentu menguat dibandingkan kemarin.

Sebab, lanjutnya, pergerakan rupiah masih sangat volatile. "Rupiah akan bergerak lebar dengan kecenderungan melemah dalam kisaran 8.750-9.000 per dolar AS. Tapi pelemahan itu akan berkurang di akhir sesi jelang penutupan,” katanya kepada INILAH.COM.

Sebab, lanjutnya, BI masih jadi suplier utama dolar AS di pasar saat ini. Jika dilepas oleh BI, rupiah akan 'terbang ke mana-mana'. Menurutnya, BI tidak akan membiarkan rupiah melemah. "Sebab, sudah menajdi kepentingan BI untuk melihat rupiah menguat," timpalnya.

Pasalnya, penguatan rupiah berkontribusi terhadap penurunan inflasi. Akibatnya, jika rupiah stabil di level yang lemah, inflasi bakal naik. "Ini juga bukan kabar bagus bagi BI," imbuhnya. "Kalau rupiah dilepas (tanpa intervensi) rupiah melemah cepat ke 10.000 ribu."

Sementara itu, dari eksternal, investor wait and see atas hasil pertemuan G20 dan International Monetray Fund (IMF) yang berlangsung hingga akhir pekan ini di Washington. "Pertemuan tersebut mungkin dapat memberikan harapan bagi investor yang menginginkan adanya koordinasi kebijakan di tingkat global untuk mencegah terulangnya resesi," ucapnya. "Walaupun, ini masih berupa harapan."

Semalam, lanjutnya, juga dirilis data klaim pengangguran AS yang angkanya sudah diperkirakan sedikit positif. Angkanya diperkirakan berkurang jadi 419 ribu dari sebelumnya 428 ribu.

Hanya saja, dia menggarisbawahi, investor masih dibayangi memburuknya kondisi krisis utang di Eropa. Meskipun, European Central Bank (ECB) telah memperluas cakupan instrumen keuangan yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk mengakses likuiditas.

"Tapi, itu dilihat pasar belum cukup untuk mengurangi krisis utang di kawasan itu," ucapnya. Apalagi, pemerintah kawasan Eropa belum memiliki kesatuan visi untuk menyelesaikan krisis utang.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (22/9) ditutup menguat 100 poin (1,12%) ke level 8.760/8.765 per dolar AS.

Koreksi Bursa Global Belum Usai, IHSG Masih Terancam

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin terjun bebas 328 poin akibat aksi jual masif yang dilakukan investor lokal dan asing. Indeks mencetak rekor koreksi terburuk di Asia dan kembali bertengger di level 3.300.

Pada perdagangan, Kamis (22/9/2011), IHSG terjun bebas 328,351 poin (8,89%) ke level Rp 3.369,143. Sementara Indeks LQ 45 jatuh 65,184 poin (10,14%) ke level 578,207. Ini adalah posisi IHSG terburuk sejak 20 September 2010, ketika IHSG di posisi 3.384,556.

Sentimen negatif belum pergi dari pasar saham. Anjloknya lagi bursa-bursa utama dunia yang diikuti merosotnya harga komoditas dan penguatan dolar AS akan menjadi sentimen negatif yang melingkari pergerakan bursa Indonesia hari ini.

Investor diprediksi akan melanjutkan aksi jualnya sehingga membuat IHSG pada perdagangan Jumat (23/9/2011) kembali bergerak di teritori positif.

Kejatuhan pasar saham setelah Bank Sentral AS mengatakan adanya risiko penurunan ekonomi AS yang signifikan masih terus menggerus bursa Wall Street.

Pada perdagangan Kamis (22/9/2011), indeks Dow Jones industrial average ditutup merosot 391,01 poin (3,51%) ke level 10.733,83. Indeks Standard & Poor's 500 juga melemah 37,20 poin (3,19%) ke level 1.129,56 dan Nasdaq merosot 82,52 poin (3,25%) ke level 2.455,67.

Kejatuhan bursa Wall Street kembali diikuti oleh penurunan bursa Asia Pasifik. Berikut pergerakan bursa regional pagi ini:
  • Indeks S&P/ASX melemah 56,1 poin (1,42%) ke level 3.908,8.
  • Indeks KOSPI melemah 64,17 poin (3,56%) ke level 1.736,38.

Kresna Sekuritas:
Ketidakpastian global kembali memicu sell off sehingga IHSG mencapai target dari double top. Secara teknikal, IHSG masih memiliki risiko dari pola head and shoulder dengan target koreksi di 3.250-3.300. Hari ini IHSG diperkirakan akan bergerak di kisaran 3.250-3.470 dan level 3.300 menjadi titik penentu arah jangka panjang IHSG.

Panin Sekuritas:
IHSG anjlok -8,88% ke 3.369,143 mengikuti anjloknya bursa regional yang dipengaruhi oleh data ekonomi China dan pernyataan The Fed terkait peluang memburuknya ekonomi global. Pergerakan IHSG juga terpengaruh oleh anjloknya nilai tukar rupiah sebagai indikasi adanya capital outflow dari investor asing. Hari ini kami proyeksikan IHSG masih akan tertekan dan dipengaruhi oleh perkembangan dari bursa regional dengan kisaran support-resistance 3.240-3.395.

eTrading Securities:
IHSG Kamis (22/9) ditutup turun 328 point (-8.88%), penurunan terbesar dalam setahun terakhir, ke level 3,369.14 menyusul sentimen dari AS yang membuat investor asing keluar dari bursa lokal serta buruknya data manufaktur China yang ikut memberikan sentimen negatif. Seluruh sektor mengalami penurunan pada dengan total transaksi di bursa tercatat sebanyak 13.4 juta lot atau setara dengan Rp11.04 triliun.

Tercatat sebanyak 7 saham mengalami kenaikan, 200 saham mengalami penurunan, 18 saham tidak mengalami perubahan dan 143 saham tidak diperdagangkan sama sekali. Saham-saham yang menjadi penahan turunnya bursa a.l. EMTK, INPP, SOBI, MYTX dan GDYR sementara yang menjadi pemberat bursa hari ini a.l. ASII, BMRI, BBRI, BBCA dan TLKM. Asing hari ini tercatat melakukan net sell pada pasar regular sebesar Rp1.7 triliun dengan saham-saham yang paling banyak di jual adalah ASII, BMRI, BBRI, BUMI dan INDF. Rupiah ditutup melemah 6 point ke level Rp9,024 terhadap US Dollar.

Secara teknikal, setelah menembus garis MA 200 nya IHSG kembali terkoreksi dengan membentuk pola Bearish Marubozu yang mengindikasikan sinyal Bearish Continuation sekalipun saat ini pergerakan indikator sudah memasuki fase oversold. Pada perdagangan hari ini (23/9) IHSG diperkirakan masih melanjutkan koreksinya dan akan bergerak pada range 3309-3405.

(qom/qom)

Pilih Saham Unggulan Murah & Menjanjikan

INILAH.COM, Jakarta- Bursa saham Indonesia Jumat (23/9) berpeluang terkoreksi. Namun, investor bisa memilih saham unggulan yang sudah murah dan memiliki prospek menjanjikan.

Helmi Therik dari AAA Securities mengatakan, IHSG hari ini berpotensi melanjutkan pelemahan. Terutama karena investor masih menghindari pasar saham dan obligasi, serta terus melakukan deleveraging, “Hal ini dipicu memburuknya perbankan di Eropa yang menyebabkan interbank distrust,” katanya kepada INILAH.COM.

Namun, Asia dan Indonesia sebenarnya masih fundamental yang bagus dengan inflasi rendah. Resiko likuiditas juga masih minim di Indonesia, karena perbankan masih memiliki likuiditas cukup dengan LDR rata 70% dan DPK tumbuh > 20%.

Di tengah kondisi seperti ini, investor jangka panjang disarankan akumulasi saham unggulan yang saat ini valuasinya kembali murah, dengan harga terkoreksi dalam dan proyeksi pertumbuhan earning masih tinggi hingga akhir tahun. “Terutama mengingat PER saham-saham blue chip yang atraktif lagi,”katanya.

Beberapa pilihannya adalah Astra International (ASII), bank rakyat Indonesia (BBRI) dan Semen Gresik (SMGR),”Emiten-emiten ini bisa menjadi pilihan,”ujarnya.

Sementara Satrio Utomo dari Universal Broker Indonesia mengatakan, posisi IHSG hari ini benar-benar menggoda. Terutama setelah kemarin ditutup menembus kisaran target dari skenario wave di 3.400-3.450. “Namun, indeks HangSeng ditutup menembus suport retracement 50% -nya di 17.980, mengindikasikan adanya potensi penurunan lebih lanjut,”katanya.

Ia menuturkan, harapan muncul dari penurunan IHSG yang terlalu dalam, dibandingkan koreksi di bursa regional. “Selain posisi fund flow asing 2011 yang sudah mulai mendekati titik impas,” ucapnya.

Pada perdagangan Jumat (23/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun drastis 328,35 poin (8,88%) ke level 3.369,14, dengan intraday terendah di 3.360,19 dan tertinggi di 3.695,93. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia didukung volume transaksi sebesar 6,071 miliar lembar saham, senilai Rp 11,037 triliun dan frekuensi 173.509 kali.

Sebanyak 7 saham naik, sisanya 304 saham turun, dan 19 saham stagnan. Koreksi bursa didukung keluarnya dana asing, dimana nilai transaksi jual bersih (net foreign sell) tercatat sebesar Rp825 miliar. Rinciannya adalah transaksi jual sebesar Rp6,152 triliun dan transaksi beli mencapai Rp5,326 triliun. [mdr]

Harga kontrak emas terpangkas 2,4%, terburuk dalam dua pekan

Harga kontrak emas terpangkas 2,4%, terburuk dalam dua pekan
SINGAPURA. Harga kontrak emas dunia masih melorot. Diprediksi, penurunan harga emas minggu ini merupakan yang terparah dalam empat bulan terakhir. Asal tahu saja, pada pukul 06.44 waktu Singapura, kontrak harga emas untuk pengantaran cepat tak banyak berubah di posisi US$ 1.739,97 per troy ounce.

Kemarin, harga kontrak emas sempat terpangkas hingga 2,4%, penurunan terbesar dalam dua pekan. Jika dihitung, penurunan harga kontrak emas dalam sepekan ini sudah mencapai 4%. Ini merupakan penurunan terbesar sejak periode yang berakhir 6 Mei.

Penurunan harga emas mengekor anjloknya harga komoditas dan pasar saham dunia. Seperti yang diketahui, pasar saham global masuk ke dalam pasar bearish untuk pertama kali dalam dua tahun terakhir. Harga minyak terpangkas ke level paling rendah dalam enam bulan terakhir. Sementara, harga baja anjlok ke level paling rendah dalam setahun terakhir.

Pelaku pasar mencemaskan mengenai kondisi krisis utang di Eropa dan kemungkinan terjadinya resesi di AS. Apalagi, the Federal Reserve sebelumnya mengungkapkan, outlook perekonomian AS memiliki resiko penurunan yang sangat signifikan. Pernyataan the Fed tersebut juga mendongkrak keperkasaan dollar ke level paling tinggi dalam tujuh bulan terakhir terhadap enam mata uang utama dunia.

"Dunia tengah berada di tepi jurang krisis finansial selanjutnya," kata Mohamed El-Erian, chief executove officer Pacific Investment Management Co.

Wall Street terbakar, indeks Dow Jones terjungkal 3,5%

Wall Street terbakar, indeks Dow Jones terjungkal 3,5%
NEW YORK. Mayoritas saham di bursa AS jeblok kemarin malam. Pada pukul 16.00 waktu New York, indeks Standard & Poor's 500 turun 3,2% menjadi 1.129,56. Jika dihitung, dalam empat hari terakhir, indeks S&P sudah tergerus 7,1%.

Sementara, indeks Dow Jones Industrial Average melorot 3,5% menjadi 10.733,83. Penurunan Dow Jones selama dua hari terakhir merupakan yang terparah sejak Desember 2008.

Sepuluh sektor industri yang terhimpun dalam Index Standard & Poor's tergerus setidaknya 1,8%. Sementara, saham-saham berkapitalisasi besar yang mempengaruhi pergerakan bursa AS antara lain: Alcoa Inc, Caterpillar Inc, dan Bank of America Corp yang melorot masing-masing lebih 5%. Sementara itu, FedEx Corp anjlok hingga 8,2% setelah memangkas proyeksi laba mereka.

Aksi jual yang melanda bursa AS terjadi akibat kecemasan investor bahwa penentu kebijakan AS tidak memiliki strategi lain dalam menangani resesi ekonomi global.

"Pelaku pasar melakukan aksi jual lebih dulu, baru mempertanyakan kemudian. Masalahnya adalah penentu kebijakan tidak memiliki petunjuk mengenai solusi atas permasalahan ini. Saya tidak bisa memprediksi seberapa jauh lagi pasar akan melorot," jelas David Kelly, chief market strategist JPMorgan Funds di New York.

Harga Emas, Minyak Ikut Merosot Karena Kekhawatiran Resesi

New York/London - Memuncaknya kekhawatiran terjadinya resesi global selain menjatuhkan pasar saham juga menjatuhkan harga-harga komoditas. Harga emas yang selama ini dinilai 'tahan banting' ikut merosot, demikian pula harga minyak mentah.

Pada perdagangan Kamis (22/9/2011), harga minyak West Texas Intermediate pengiriman November merosot hingga US$ 5,22 (6,3%) menjadi US$ 80,70 per barel. Minyak Brent pengiriman November juga merosot US$ 4,87 menjadi US$ 105,49 per barel.

Harga emas yang selama ini dianggap sebagai tempat investasi paling aman juga tak luput dari kemerosotan. Harga emas di pasar spot ambles lebih dari 3% menjadi US$ 1.721 per ounce, atau merupakan harga terendah dalam 1 bulan.

Kejatuhan harga-harga emas ini merupakan imbas dari menguatnya dolar AS terhadap mayoritas mata uang global. Gejolak harga emas pun kini semakin memperuncing perdebatan tentang keamanan investasi emas.

"Emas tidak pernah menjadi 'safe haven'. Ketika sesuatu dapat bergerak 3 atau 5 atau 6 persen selama 2 hari berturut-turut, itu bukanlah safe haven. Safe haven mestinya diam dan stabil, tidak bergejolak," ujar Dennis Gartman, seorang investor independen dari Virginia seperti dikutip dari Reuters, Jumat (23/9/2011).

Kejatuhan harga komoditas ini mengikuti kejatuhan di pasar saham global, tak terkecuali di Wall Street. Pada perdagangan Kamis (22/9/2011), indeks Dow Jones industrial average ditutup merosot 391,01 poin (3,51%) ke level 10.733,83. Indeks Standard & Poor's 500 juga melemah 37,20 poin (3,19%) ke level 1.129,56 dan Nasdaq merosot 82,52 poin (3,25%) ke level 2.455,67.

Hal itu terjadi setelah Bank Sentral AS mengatakan perekonomian AS menghadapi risiko penurunan yang signifikan sehingga memicu kekhawatiran investor tentang terjadinya resesi global. Sementara kebijakan 'Operation Twist' the Fed dengan membeli surat utang jangka panjang senilai US$ 400 dinilai tidak akan optimal.

Data ekonomi yang negatif dari China turut memperburuk sentimen. China merilis data yang menunjukkan salah satu sektor paling booming, manufaktur mengalami kontraksi.

Namun sentimen tersebut justru membuat dolar AS menguat ke titik tertingginya selama 7 bulan terakhir terhadap mayoritas mata uang global. Euro merosot terhadap dolar AS ke titik terendahnya sejak Januari di US$ 1,3384.

"Kekhawatiran seputar pertumbuhan global hari ini lebih menonjol ketimbang krisis utang dan itu tidak disebabkan karena risiko krisis kredit sovereign sudah berkurang, tapi karena kekhawatiran pertumbuhan global secara jelas telah meningkat," ujar Patrick Moonen, analis dari ING Investment Management.

(qom/qom)

Kekhawatiran Resesi Memuncak, Wall Street Ambles 3%

New York - Bursa Wall Street melanjutkan kejatuhannya hingga lebih dari 3%. Ambruknya pasar saham di AS bersamaan dengan pasar global serentak menunjukkan kekecewaan investor akan ketidakmampuan para pemimpin global untuk mengatasi stagnasi ekonomi dunia.

Bursa-bursa global sebelumnya rontok merespons komentar Bank Sentral AS seputar perekonomian AS yang menghadapi risiko penurunan yang signifikan. Sementara kebijakan 'Operation Twist' the Fed dengan membeli surat utang jangka panjang senilai US$ 400 dinilai tidak akan optimal.

"Sangat sulit menemukan sesuatu yang menjadi katalis positif di pasar, baik secara domestik maupun internasional," ujar Kepala analis derivatif TD Ameritrade, J.J Kinahan seperti dikutip dari Reuters, Jumat (23/9/2011).

Data ekonomi yang negatif dari China turut memperburuk sentimen. China merilis data yang menunjukkan salah satu sektor paling booming, manufaktur mengalami kontraksi.

Pada perdagangan Kamis (22/9/2011), indeks Dow Jones industrial average ditutup merosot 391,01 poin (3,51%) ke level 10.733,83. Indeks Standard & Poor's 500 juga melemah 37,20 poin (3,19%) ke level 1.129,56 dan Nasdaq merosot 82,52 poin (3,25%) ke level 2.455,67.

Kejatuhan bursa Wall Street terjadi dalam volume perdagangan yang cukup besar sehingga memberikan sinyal investor menjual untuk mengantisipasi kerugian labih lanjut. Panduan kekhawatiran investor, indeks volatilitas CBOE tercatat melonjak hingga 12%.

Volume perdagangan di New York Stock Exchange mencapai 13,24 miliar lembar saham, jauh di atas rata-rata harian yang sebesar 7,8 miliar.

Saham-saham sektor jasa perminyakan rontok, dengan indeks sektor jasa perminyakan PHLX ambles 6,6%, Schlumberger turun 6%. Demikian pula saham pertambangan, dengan saham Freeport-McMoRan merosot 9,7%.

Demikian pula saham-saham perbankan ikut merosot, dengan indeks bank KBW terpangkas 2,7%. Saham Citigroup tercatat turun hingga 6,1% menjadi US$ 32,14.

(qom/qom)