Jumat, 23 September 2011

Rupiah Kuat Jadi Kepentingan BI

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (22/9) diprediksi melemah tajam. Tapi, koreksi itu akan berkurang setelah BI intervensi jelang penutupan.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, seperti kemarin, rupiah berpeluang melemah di awal sesi dan kembali menguat jelang penutupan karena intervensi dari Bank Indonesia. Namun, lanjut dia, meski pelemahan rupiah berkurang, belum tentu menguat dibandingkan kemarin.

Sebab, lanjutnya, pergerakan rupiah masih sangat volatile. "Rupiah akan bergerak lebar dengan kecenderungan melemah dalam kisaran 8.750-9.000 per dolar AS. Tapi pelemahan itu akan berkurang di akhir sesi jelang penutupan,” katanya kepada INILAH.COM.

Sebab, lanjutnya, BI masih jadi suplier utama dolar AS di pasar saat ini. Jika dilepas oleh BI, rupiah akan 'terbang ke mana-mana'. Menurutnya, BI tidak akan membiarkan rupiah melemah. "Sebab, sudah menajdi kepentingan BI untuk melihat rupiah menguat," timpalnya.

Pasalnya, penguatan rupiah berkontribusi terhadap penurunan inflasi. Akibatnya, jika rupiah stabil di level yang lemah, inflasi bakal naik. "Ini juga bukan kabar bagus bagi BI," imbuhnya. "Kalau rupiah dilepas (tanpa intervensi) rupiah melemah cepat ke 10.000 ribu."

Sementara itu, dari eksternal, investor wait and see atas hasil pertemuan G20 dan International Monetray Fund (IMF) yang berlangsung hingga akhir pekan ini di Washington. "Pertemuan tersebut mungkin dapat memberikan harapan bagi investor yang menginginkan adanya koordinasi kebijakan di tingkat global untuk mencegah terulangnya resesi," ucapnya. "Walaupun, ini masih berupa harapan."

Semalam, lanjutnya, juga dirilis data klaim pengangguran AS yang angkanya sudah diperkirakan sedikit positif. Angkanya diperkirakan berkurang jadi 419 ribu dari sebelumnya 428 ribu.

Hanya saja, dia menggarisbawahi, investor masih dibayangi memburuknya kondisi krisis utang di Eropa. Meskipun, European Central Bank (ECB) telah memperluas cakupan instrumen keuangan yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk mengakses likuiditas.

"Tapi, itu dilihat pasar belum cukup untuk mengurangi krisis utang di kawasan itu," ucapnya. Apalagi, pemerintah kawasan Eropa belum memiliki kesatuan visi untuk menyelesaikan krisis utang.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (22/9) ditutup menguat 100 poin (1,12%) ke level 8.760/8.765 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar