Selasa, 12 Juli 2011

Krisis Utang Eropa Berpotensi Menular, IHSG Jatuh 57 Poin

Jakarta - Memanasnya lagi masalah krisis utang di zona Eropa membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok jatuh hingga 57 poin. Indeks pun semakin jauh meninggalkan level 4.000.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di posisi Rp 8.585 per dolar AS dibandingkan penutupan kemarin di Rp 8.525 per dolar AS.

Mengawali perdagangan pagi tadi, IHSG dibuka jatuh 26,150 poin (0,66%) ke level 3.969,437 akibat kembali munculnya kekhawatiran akan krisis utang Eropa yang diperkirakan bisa menyebar lebih luas. Indeks pun semakin jauh tinggalkan level 4.000.

Tekanan aksi jual terjadi di saham-saham unggulan berbasis komoditas. Indeks sama sekali tak menyentuh jalur hijau pada perdagangan hari ini.

Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG turun 36,605 poin (0,92%) ke level 3.958,982 setelah saham-saham unggulan terkena aksi ambil untung. Koreksi yang diderita IHSG jumlahnya paling kecil jika dibandingkan bursa-bursa Asia yang ambruk lebih dari 1%.

Indeks kembali jatuh ke posisi terendahnya setelah terkena tekanan jual, baik dari investor asing maupun lokal. IHSG pun sempat jatuh ke level terendahnya di 3.927,411.

Mengakhiri perdagangan, Selasa (12/7/2011), IHSG ditutup ambruk 57,572 poin (1,45%) ke level 3.938,015. Sementara Indeks LQ 45 ditutup jatuh 10.910 poin (1,54%) ke level 698,049.

Sentimen negatif dari zona Eropa kembali memuncak setelah ada kekhawatiran krisis utang Yunani dan Portugal bisa menular ke Italia. Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ketiga di eropa, Italia memiliki rasio utang terhadap PDB tertinggi kedua di Eropa setelah Yunani.

Investor asing merespons sentimen negatif ini dengan mengamankan portofolionya. Transaksi investor asing pun tercatat melakukan penjualan bersih (foreign net sell) senilai Rp 231,607 miliar di seluruh pasar.

Seluruh indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia terkena koreksi tajam, rata-rata terpangkas lebih dari 1%. Pelemahan terbanyak diderita indeks sektor tambang yang melemah hampir 2%.

Perdagangan berjalan cukup ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 123.467 kali pada volume 2,957 miliar lembar saham senilai Rp 4,814 triliun. Sebanyak 51 saham naik, 208 saham turun, dan 62 saham stagnan.

Seluruh bursa di regional pun semakin 'terbakar', kehilangan poinnya semakin tinggi akibat maraknya profit taking. Bahkan, bursa Hong Kong mengalami koreksi hingga lebih 3%.

Berikut situasi dan kondisi bursa-bursa di Asia:
  • Indeks Komposit Shanghai jatuh 48,11 poin (1,72%) ke level 2.754,58.
  • Indeks Hang Seng ambruk 684,07 poin (3,06%) ke level 21.663,16.
  • Indeks Nikkei 225 anjlok 143,61 poin (1,43%) ke level 9.925,92.
  • Indeks Straits Times terpangkas 46,71 poin (1,50%) ke level 3.070,66.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Gudang Garam (GGRM) naik Rp 350 ke Rp 50.000, Tembaga Mulia (TBMS) naik Rp 300 ke Rp 8.700, Nipress (NIPS) naik Rp 200 ke Rp 3.300, dan Colorpak (CLPI) naik Rp 150 ke Rp 2.275.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Astra Internasional (ASII) turun Rp 950 ke Rp 67.050, United Tractor (UNTR) turun Rp 800 ke Rp 24.600, Petrosea (PTRO) turun Rp 500 ke Rp 40.000, dan Indomobil (IMAS) turun Rp 400 ke Rp 9.900.

(ang/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar