Selasa, 26 Juli 2011

Danamon rights issue Rp 5 triliun

Danamon rights issue Rp 5 triliun
JAKARTA. PT Bank Danamon Tbk (BDMN) mengincar dana Rp 5 triliun dari penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Bank swasta ini akan menerbitkan saham baru sebanyak 1,21 miliar saham.

Berdasarkan prospektus yang terbit pada Senin (25/7), BDMN mematok harga penawaran saham baru berkisar antara Rp 4.100-
Rp 4.800 per saham. Setiap pemegang 1.000 saham berhak mendapat 144 saham baru. Pemegang saham yang tidak mengeksekusi haknya bakal kehilangan porsi kepemilikan hingga 12%.

BDMN akan menggunakan dana hasil rights issue untuk pendanaan kredit bagi sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta pembiayaan otomotif. Bank milik Temasek ini juga akan menggunakan dana untuk memperkuat permodalan.

Sayang, manajemen BDMN masih belum bersedia membeberkan lebih detil soal rencana aksi korporasi ini. Namun sebelum ini manajemen BDMN menyebutkan rights issue akan membuatnya leluasa untuk menggelar ekspansi. "Melihat momen yang positif ini, kami berencana melakukan rights issue yang akan memungkinkan Danamon memanfaatkan setiap peluang yang muncul di masa mendatang," kata Henry Ho, Direktur Utama BDMN beberapa waktu lalu.

Analis Erdhika Elit Sekuritas Arief Fahruri menilai BDMN memang membutuhkan rights issue. Maklumlah, perseroan ini tidak bisa mengandalkan dana dari pihak ketiga untuk meningkatkan modal. "Kalau mereka meningkatkan penyaluran kredit dengan menarik dana dari modal yang ada saat ini, maka capital adequacy ratio (CAR) mereka akan tergerus," tandas Arief.

Apalagi, di semester kedua biasanya perbankan akan menyalurkan kredit lebih banyak ketimbang di semester satu. Sebab, perusahaan dan usaha mikro biasanya merealisasikan pinjaman pada paruh kedua di tiap tahun.

Ia melihat rencana penggunaan dana hasil rights issue juga sesuai dengan rencana kerja BDMN. Karena itu, meski jumlah pembiayaan bisa naik, komposisi kredit tidak akan jauh berbeda. "Setelah rights issue komposisi penyaluran kredit tak banyak berubah," kata Arief.

Arief mencatat di semester satu 57% kredit dari BDMN mengalir ke mass market. Penyaluran kredit ke pasar ini disumbang oleh anak usaha BDMN, Adira Finance dan Adira Quantum, serta divisi Danamon Simpan Pinjam (DSP).

Sementara total kredit yang disalurkan untuk sektor UKM sekitar 25% dari total pembiayaan. Sedang penyaluran kredit ke pasar ritel dan wholesale masing-masing sebesar 5% dan 13%.

Sekadar informasi, sepanjang semester satu 2011 ini total kredit BDMN sudah mencapai Rp 92,79 triliun. Jumlah ini naik sekitar 30,5% dari penyaluran di semester satu 2010, yakni Rp 71,07 triliun.

Pertumbuhan kinerja

Pelaksanaan HMETD Danamon akan berlangsung pada 14 September 2011 hingga 21 September 2011. Asia Financial (Indonesia) Pte Ltd, pemegang saham terbesar BDMN, sudah menyatakan sanggup mengambil seluruh jatahnya.

BDMN juga sudah menunjuk pembeli siaga untuk aksi korporasi tersebut. "Dalam pelaksanaan penawaran umum terbatas ini kami telah menunjuk Citi dan Deutsche Bank sebagai pembeli siaga." kata Vera Eve Lim, Chief Financial Officer BDMN. Selain itu, bank ini juga menunjuk Danareksa Sekuritas sebagai arranger.

Dengan terlaksananya rights issue, maka rasio kewajiban penyediaan modal minimum untuk stand alone BDMN akan meningkat dari 12,05% pada Maret 2011 menjadi 16,98%. Sedang secara konsolidasi, rasio modal minimum akan meningkat dari 14,75% menjadi sebesar 19,16%.

Untuk catatan, Bank Danamon mencatatkan kenaikan pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar 8% menjadi Rp 5,24 triliun di semester satu 2011. Sementara pendapatan non bunga, yakni pendapatan dari credit related fees dan asuransi umum, tumbuh 12%, menjadi Rp 1,77 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar