Selasa, 26 Juli 2011

Krisis Utang AS & Eropa Jadi Berkah Terselubung

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs dan IHSG kompak mencetak rekor baru sepanjang sejarah. Kecemasan pasar atas besarnya peluang gagal bayar AS akibat buntunya negosiasi di parlemen jadi berkah terselubung bagi pasar finansial RI.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu oleh pasar yang semakin cemas akibat belum tercapainya kata sepakat antara Partai Demokrat dengan Partai Republik soal program pemangkasan defisit fiskal negara adidaya itu. Pemangkasan itu sebagai syarat kenaikan batas atas utang AS.

Karena itu, lanjutnya, pasar mulai menjauhi aset-asset dolar AS sampai mendapat kejelasan lebih lanjut mengenai kompromi kenaikan batas atas utang AS. Dolar AS pun tertekan. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.495 dan 8.524 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (26/7).

Apalagi, menurut Firman, tadi pagi pernyataan Presiden AS Barack Obama memberikan indikasi tidak adanya kesepakatan antara Kongres dengan pemerintah. Semalam, masing-masing pihak juga masih keukeuh, bahwa proposal masing-masing adalah yang paling benar.

"Jadi, pasar melihat peluang besar buntu," ujarnya. Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (26/7) ditutup menguat 18 poin (0,21%) ke level 8.500/8.510 dari posisi kemarin 8.518/8.528.

Hanya saja, Firman menggarisbawahi, melihat risiko yang mungkin terjadi jika AS tidak menaikkan batas utang, seharusnya Parlemen AS tidak akan menunda masalah ini lebih lanjut. Kesepakatan itu, akan ditunda-tunda hingga batas akhir pada 2 Agustus 2011. Karena itu, market dibuat lebih bersabar.

"Jadi, pasar kelihatannya panik meskipun kalangan analis memperkirakan pada akhirnya Kongres AS bakal menyetujui kenaikan batas atas utang pada detik-detik terakhir sebelum deadline 2 Agustus 2011," ungkapnya.

Di sisi lain, ditambahkan Firman, stabilnya harga komoditas terutama minyak mentah dunia yang nyaris di level US$100 per barel, juga turut menopang penguatan rupiah. Lalu, rekor IHSG di level 4.132,777 juga turut mendongkrak mata uang RI ini.

Menurutnya, rekor tersebut menandakan investor di negara-negara maju sudah mulai beralih ke negara-negara berkembang yang prospeknya cukup positif dan dapat menghindari pengaruh buruk dari gejolak AS dan Eropa. "Indonesia menjadi satu kandidat tempat berlabuhnya para investor asing itu," tuturnya.

Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS turun ke level 73,635 dari sebelumnya 74,064. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4481 dari posisi sebelumnya US$1,4374 per euro," imbuh Firman.

Dari bursa saham, analis Panin Securities Purwoko Sartono mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG ^JKSE ditup menguat 45,68 poin (1,12%) dan mencetak rekor tertinggi baru dalam sejarah 4.132,777 dipicu rilis beberapa laporan keuangan emiten domestik. Menurutnya, sebagian menunjukan angka di atas ekspektasi dan sebagian dirilis sesuai ekspektasi.

Sementara itu, lanjutnya, dari bursa global, pasar masih dihinggapi ketakutan potensi gagal bayar Amerika Serikat jika hingga 2 Agustus 2011, Kongres belum mencapai kata sepakat soal kenaikan batas atas utang AS. Belum lagi soal krisis utang di Eropa. “Jadi, secara global belum ada berita positif yang menopang penguatan indeks,” ujarnya.

Tapi, negatifnya sentimen AS dan Eropa itu, imbuhnya, terhalau oleh positifnya pergerakan bursa regional Asia seperti Nikkei dan Hang Seng. Kondisi itu, juga dipicu oleh positifnya laporan keuangan untuk kuartal kedua 2011. “Apalagi, beberapa perusahaan besar di Jepang seperti Canon mencatatkan kinerja yang kinclong di atas ekspektasi,” ungkap Purwoko. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar