Rabu, 19 Januari 2011

Kenaikan inflasi menahan pertumbuhan UNVR

Date : Jan 19 2011, 13:15
Title : News Story
Header : Kenaikan inflasi menahan pertumbuhan UNVR


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Ancaman inflasi tinggi sudah di depan mata. Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat, inflasi sepanjang tahun lalu mencapai 6,96%. Kenaikan harga
bahan pangan menyumbang inflasi terbesar, yakni 3,5%.
Kenaikan harga pangan tentu berpotensi menahan laju pertumbuhan penjualan
barang-barang konsumsi (consumer goods), termasuk produk PT Unilever Indonesia
Tbk (UNVR).
Analis NISP Sekuritas, Lyana Margareth, memprediksi, kenaikan harga pangan
masih akan terjadi hingga beberapa bulan ke depan. Melonjaknya harga pangan,
terutama beras, bakal mengganjal pertumbuhan UNVR. Pasalnya, segmen yang rentan
terhadap kenaikan harga pangan adalah masyarakat ekonomi kelas menengah dan
bawah.
Menurut Lyana, sebesar 50% pengeluaran belanja dua golongan ini dipakai
untuk konsumsi makanan. Ketika harga pangan mendaki, anggaran belanja
masyarakat menengah ke bawah mengalami penyesuaian. "Kebutuhan yang tak terlalu
mendesak akan dieliminasi, misalnya keperluan toiletries," kata dia.
Lyana memprediksi penjualan UNVR untuk kedua segmen itu sepanjang 2010 dan
2011 masing-masing hanya tumbuh 7,5% dan 8,5%.
Analis Mandiri Sekuritas Yohan Setio memperkirakan kinerja UNVR semakin
berat, mengingat harga bahan baku terus menanjak. Misalnya minyak sawit mentah
atau crude palm oil (CPO). Harga CPO untuk pengiriman April 2011 di bursa
Malaysia, Selasa (18/1) pukul 16.34 WIB, senilai US$ 1.197 per ton. Harga ini
cenderung meningkat dibandingkan tahun lalu.
Namun analis mengakui UNVR memiliki konsumen loyal yang bersedia
menanggung kenaikan harga. UNVR tidak pernah kesulitan menaikkan harga jual
produknya.
Saham sudah mahal
Yohan menghitung, pendapatan UNVR tahun ini mencapai Rp 21,1 triliun.
Jumlah ini naik 7,65% dari estimasi tahun lalu. Laba bersihnya juga diprediksi
tumbuh 11,76% menjadi Rp 3,8 triliun. "Selain kontribusi konsumen yang sudah
ada, penjualan UNVR ditopang oleh pelanggan baru," kata dia.
Lyana menaksir pendapatan UNVR sepanjang 2011 mencapai Rp 21,87 triliun,
naik 9,83% dari tahun lalu. Laba bersihnya diperkirakan naik 9,92% menjadi Rp
3,644 triliun.
Meski kinerjanya tumbuh, harga saham UNVR dinilai kemahalan. Lyana
menghitung rasio harga terhadap laba atau price to earning ratio (PER) UNVR
sebesar 32,8 kali. Hitungan Yohan, PER UNVR tahun ini 33 kali. "Sebenarnya
harga ini masih wajar mengingat UNVR selalu tepat waktu membagi dividen, tak
punya utang dan pertumbuhannya positif," tutur Yohan.
Lyana merekomendasikan jual UNVR dengan target harga Rp 13.150 per saham.
Yohan menyarankan tahan dengan target Rp 16.000 per saham. Sedang Bonny Budi
Setiawan, analis UBS Securities, merekomendasikan netral dengan target Rp
15.800 per saham. Harga saham UNVR kemarin ditutup menurun 2,13% menjadi Rp
16.100 per saham.
[ Raka Mahesa W, KONTAN ]

KONTAN Wed, 19 Jan 2011 ( 10:57:43 WIB )


=======================================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar