Senin, 07 Februari 2011

BI rate naik, pendapatan bank tergerus

Date : Feb 07 2011, 10:17
Title : News Story
Header : BI rate naik, pendapatan bank tergerus


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan alias BI
rate sebesar 25 basis poin (0,25%) menjadi 6,75% berpotensi menggerus
pendapatan bank.
Penurunan ini tak terhindarkan apapun langkah yang diambil perbankan.
Menahan bunga kredit atau menaikkan bunga kredit, sama-sama bisa mengurangi
pendapatan.
Tony Prasetiantono, Komisaris Independen Bank Permata menjelaskan, dari
dua pilihan itu bank cenderung mengambil opsi menahan bunga karena risikonya
lebih kecil. "Pada putaran pertama, kenaikan BI rate akan mengurangi pendapatan
bank, tetapi tidak banyak," kata Tony.
Bank yang menahan bunga kredit akan mengurangi margin bunga bersih alias
net interest margin (NIM). Bank berpotensi kehilangan pendapatan sekitar 4%.
Menurut Toni, ini biasanya dengan estimasi bunga deposito sama dengan BI rate
6,75%.
Bank bisa saja menaikkan bunga kredit untuk mengompensasi kenaikan bunga
dana.
Namun pilihan ini memicu kenaikan kredit bermasalah atau non performing
loan (NPL). Bila ini terjadi, bank harus mengeluarkan dana lebih besar lagi
untuk menaikkan provisi atau pencadangan. "Ini menurunkan pendapatan, lebih
besar lagi," katanya.
Bank bisa menaikkan bunga kredit jika BI rate naik di atas 7%, karena
sudah tak bisa menghindarinya. Tony menilai, BI bisa mempertahankan BI rate di
6,75% selama pemerintah belum merealisasikan kebijakan pembatasan BBM
bersubsidi.
Ekonom Mirza Adityaswara menambahkan, terkereknya suku bunga acuan akan
diikuti naiknya suku bunga simpanan. Ujung-ujungnya, bunga kredit bisa naik.
Jika ini terjadi, NPL kredit konsumsi paling pertama melonjak.
Maklum, kredit ini paling banyak mengucur ke masyarakat kelas menengah
bawah yang sangat rentan dengan perubahan suku bunga. Mengingat akan bahaya
itu, bank sangat berhati-hati memutuskan menaikkan bunga kredit.
Mempelajari pasar
Bank Rakyat Indonesia (BRI) memilih menahan bunga kredit. Direktur Utama
BRI Sofyan Basir mengatakan pihaknya akan melakukan efisiensi untuk menutupi
turunnya NIM. "Kami akan menekan biaya operasional dan menaikkan dana murah,"
tuturnya.
Bank Mandiri juga tidak akan menaikkan bunga deposito dan kredit. Menurut
Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala N. Mansury, kondisi likuiditas
perseroannya masih baik. "Belum ada kebutuhan tersebut," sebut Pahala.
Bank Jasa Jakarta mengambil sikap menunggu bunga penjaminan Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS). Meski bunga deposito naik, bank ini tidak akan
menaikkan bunga kredit. "Kami akan mempelajari market lebih dahulu," kata
Lisawati, Wakil Direktur Utama Bank Jasa Jakarta.
Selain melakukan efisiensi, bank juga akan menggenjot pendapatan non bunga
(fee based income). Bisnis non-inti ini diharapkan dapat menopang laba, ketika
pendapatan bunga turun.
[ Wahyu Satriani ]

KONTAN Mon, 07 Feb 2011 ( 10:01:34 WIB )


=======================================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar