Senin, 02 April 2012

BBM Batal Naik, Rupiah Bisa Menguat

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (2/4/2012) diprediksi naik. Pasar merespons positif batalnya penaikan harga BBM dan faktor sentimen dari Eropa dan AS.

Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi penguatan rupiah awal pekan ini salah satunya dipicu oleh pembatalan penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dalam Paripurna DPR akhir pekan lalu. Sebab, menurut Christian, dengan tidak naiknya harga BBM per 1 April 2012, rupiah akan kembali stabil setelah terkoreksi tajam akibat wacana penaikan harga BBM.

Di sisi lain, lanjutnya, pasar juga melihat tidak adanya bahaya tekanan inflasi. "Karena itu, rupiah cenderung menguat dalam kisaran 9.110 hingga 9.150 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Selain itu, pergerakan rupiah juga terpengaruh positif oleh hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa akhir pekan lalu dan menteri keuangan Uni Eropa yang juga bertemu dalam Ecofin Meeting.

Pada saat yang sama, rupiah masih mendapat dukungan dari tersedianya peluang pemberian stimulus moneter AS oleh Bank Sentral The Fed. "Sentimennya akan positif bagi aset-aset berisiko termasuk rupiah. Jadi, rupiah masih tertopang oleh pteonsi arus hot money yang masuk seiring terbukannya peluang Quantitative Easing (QE) di AS," tandas Christian.

Hanya saja, Christian memperkirakan, setelah rupiah mendiskon faktor AS dan Eropa, pasar akan fokus pada indikasi kekuatan ekonomi China yang akan melaporkan aktivitas manufaktur selama Maret 2012. "Para investor akan melihat konfirmasinya apakah terjadi kontraksi seperti pada PMI Manufacturing Indeks sebelumumya," ujarnya.

Jika terjadi perlambatan, kata dia, manufaktur China menunjukkan prospek pelonggaran moneter negeri Tirai Bambu itu untuk kembali mendongkrak perekonomian. "Setelah ekonomi China mendapat topangan, akan terkoreksi kembali jika data manufaktur kembali menunjukkan kontraksi," tandasnya.

Angkanya, lanjut Christian, sudah diperkirakan turun dari 51 menjadi 50,5. "Tapi, meski China negatif, rupiah bakal menguat untuk jangka pendek karena sentimen AS dan Eropa serta batalnya penaikan harga BBM," imbuh Christian.

Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS pada kontrak harga emas di London, Jumat (30/3/2012) ditutup menguat 13 poin (0,14%) ke angka 9.165/9.175.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar