Selasa, 28 Desember 2010

Harga minyak naik, belum ada revisi APBN

Date : Dec 28 2010, 09:22
Title : News Story
Header : Harga minyak naik, belum ada revisi APBN


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Harga minyak mentah dunia terus bertengger di atas US$ 90 per
barel. Pada perdagangan Senin (27/12) di Singapura, minyak jenis Brent untuk
pengiriman Februari 2011 sebesar
US$ 93,89 per barel. Bahkan, pada Jumat (24/12) harga minyak sempat
menyentuh US$ 94,74 per barel, rekor harga dua tahun terakhir.
Negara-negara Arab produsen minyak alias Organization Of Arab Petroleum
Exporting Countries (OAPEC), pada pertemuan mereka akhir pekan lalu di Kairo,
Mesir, yakin, harga minyak tahun depan bisa kembali menyentuh US$ 100 per
barel.
Dalam rilis mingguannya, Samuel Sekuritas juga memprediksi tak tertutup
kemungkinan harga minyak mencapai US$ 100 per barel, jauh melewati asumsi
minyak Indonesia atau ICP (Indonesia Crude Price) di APBN 2011 yang dipatok
sebesar US$ 80 per barrel. Dengan harga setinggi itu, jelas, bisa mempengaruhi
APBN 2011 karena bisa membuat bengkak subsidi bahan bakar minyak (BBM). "Dampak
risiko di APBN 2011 dari tiap kenaikan harga jual minyak ICP US$ 1 akan
menambah beban subsidi Rp 2,6 triliun, dan kenaikan kurs rupiah Rp 100 per
US$ akan menaikkan subsidi Rp 2,4 triliun. Keduanya memberi tekanan
tambahan subsidi sebesar Rp 5 triliun," tulis Samuel Sekuritas.
Pemerintah tenang
Meski demikian, pemerintah tampak tenang. Menteri Koordinator
Perekonomian, Hatta Rajasa bilang, pemerintah belum akan merevisi APBN 2011.
Alasannya, jarak ICP terhadap harga minyak dunia masih relatif aman. "Biasanya
ICP kita US$ 5 per barel di bawah minyak dunia," kata Hatta.
Selain itu, kata Hatta, pemerintah menghitung asumsi rata-rata ICP dalam
APBN 2011 sebesar US$ 80 per barel tetap akan tercapai sepanjang 2011. Meski
demikian, menurut Hatta pemerintah memiliki policy response apabila harga
minyak mentah di atas target ICP dalam APBN.
Hatta bilang, pemerintah akan mengatasi dampak harga minyak dunia yang
tinggi dari dua sisi, yaitu penawaran dan permintaan. Sisi penawaran,
pemerintah bakal menggenjot produksi minyak.
Adapun sisi permintaan, konsumsi masyarakat ditekan dengan program
pembatasan BBM bersubsidi. Program pembatasan ini bakal terus berjalan dan tak
terpengaruh kenaikan harga minyak dunia.Dalam APBN 2011, subsidi BBM sebesar Rp
95,9 triliun, naik dari 2010 yang cuma sebesar Rp 88,9 triliun.
Pejabat sementara (Pjs) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian
Keuangan, Agus Suprijanto, menambahkan, pemerintah baru akan merevisi APBN 2011
setelah melihat laju harga minyak sekitar tiga bulan di awal 2011 nanti atau
ketika harga minyak sudah 10% di atas harga asumsi pemerintah. "Kita lihat
perkembangannya seperti apa. Kalau memang kenaikannya ekstrem seperti pada 2008
yang mencapai US$ 150 per barel, kita enggak usah nunggu sampai akhir semester
2011," kata dia
[ Hans Henricus, Irma Yani, Bambang Rakhmanto, Danto ]

KONTAN Tue, 28 Dec 2010 ( 09:15:35 WIB )


=======================================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar