Selasa, 28 Desember 2010

Harga komoditas masih rancak

Date : Dec 28 2010, 10:50
Title : News Story
Header : Harga komoditas masih rancak


Story
=======================================================================================

Kalangan pebisnis di bidang komoditas pertanian dan tambang rupanya
mengalami sedikit kekhawatiran memasuki tahun 2011 ini. Pasalnya, menurut
ramalan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisik (BMG) curah hujan yang telah
berlangsung sepanjang 2010 masih akan terus berlangsung hingga tahun depan.
Bahkan tidak mustahil curah hujan yang tinggi akan terjadi hingga
Februari, Maret atau Mei 2011. Bila benar itu terjadi, bisnis komoditas
pertanian, perkebunan bahkan tambang, kemungkinan akan terkena dampak
negatifnya.
Betapa tidak. Lihat saja tahun ini. Produksi tambang timah menurun
gara-gara penambangan timah, terutama yang di laut terganggu. Aktifitas
penambangan batubara juga terganggu. Sementara di sektor pertanian, produksi
gabah, biji kakao, karet, bawang bahkan juga buah-buahan terganggu gara-gara
hujan yang berlebihan.
Maka, tidak aneh, kalau para eksportir kakao misalnya, sudah mulai
hitung-hitungan mengenai harga tahun depan. Mereka mengkalkulasi bagaimana
kira-kira produksi, pasokan dan harga-harga di tahun yang akan datang ini.
"Saya tidak melihat di semester I tahun depan akan ada panen raya kakao, kalau
hujan terus. Apalgi, menurut ramalan BMG puncak curah hujan di Februari, Maret
dan April," kata Zulhefi Sikumbang, Sekretaris Jenderal Asosiasi Kakao
Indonesia (Askindo).
Karena itu, tidak mustahil produksi kakao di 2011 hanya akan mencapai
500.000 ton. Angka itu lebih rendah dari tahun ini yang berkisar 550.000 ton.
Namun, di sektor karet, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet
Indonesia (Gapkindo) Suharto Honggokusumo melihat, meski perubahan cuaca
memberikan pengaruh pada produktivitas tanaman karet, produksi karet alam
Indonesia tampaknya masih kinclong.
Bahkan, sejelek-jeleknya, produksi karet tahun depan bisa tumbuh 8% dari
produksi tahun ini yang diperkirakan mencapai 2,8 juta ton. Alhasil, "Kinerja
ekspornya juga cukup baik," kata Suharto.
Karet termasuk komoditas ekspor yang penting. Selain karet, komoditas lain
yang menjadi andalan meraup devisa ekspor adalah batubara dan minyak sawit
mentah atau crude palm oil (CPO).
Laporan Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan, komoditas karet,
batubara, serta CPO ini memberi kontribusi terbesar terhadap kenaikan nilai
ekspor Indonesia sepanjang tahun ini. Seperti kita ketahui, ekspor Indonesia
selama tiga kuartal 2010 mengalami kenaikan 32,21% dibanding periode sama 2009.
Sementara data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekspor
tertinggi disematkan kepada karet yang tumbuh 94%, setelah itu CPO dengan
pertumbuhan 33%. Sedangkan batubara pada kelompok ekspor bahan bahan bakar
mineral tumbuh 32,81%.
Dari segi volume, pertumbuhan kinerja ketiga komoditas ini juga cukup
baik. Masing-masing mencatat pertumbuhan karet (15,3%), CPO (1,35%) dan
batubara (30%). "Ekspor karet mengalami pertumbuhan sangat tinggi karena
dipengaruhi oleh naiknya harga internasional," kata Mari Elka Pangestu dalam
laporan kinerja perdagangan awal Desember 2010 lalu.
Tak hanya karet, harga CPO juga diprediksi makin bersinar di 2011 nanti.
Bahkan, harga CPO yang cenderung naik tahun ini berpeluang terus berlanjut
sampai tahun depan. Kenaikan harga ini dipengaruhi oleh tingginya permintaan
terhadap komoditas tersebut.
Sebelumnya, Mari Elka Pangestu mengatakan, kebutuhan CPO dunia dalam lima
hingga 10 tahun terakhir meningkat. "Permintaan CPO masih akan kuat hingga lima
tahun ke depan," kata Mari.
Merujuk data yang dilansir lembaga analis dunia, Oil World, ekspor CPO
Indonesia hingga September 2010 mencapai 16,72 juta ton. Jumlah ini setara 77%
dari total produksi sebesar 21,7 juta ton. Dari ekspor sebanyak itu, ekspor CPO
ke India tahun ini tumbuh 35,5% dengan nilai US$ 2 miliar.
Dalam kurun 2005-2009, ekspor naik 53,9%. Laju ekspor CPO ke Eropa juga
melonjak. Negara tujuan ekspor dengan pertumbuhan tertinggi di Eropa adalah
Italia yang tumbuh 102% dalam lima tahun terakhir. Disusul Jerman yang tumbuh
45,6% dan Belanda 33%.
Komoditas batubara juga tak kalah kinclong. Harga emas hitam ini
dipastikan tembus pada level US$ 100 per ton di 2011. Sementara produksinya
diprediksi bakal mencapai 340 juta ton pada 2011.
Tak heran, Kemendag mematok target ekspor 2011 tembus hingga US$ 165
miliar.
[ Asnil Bambani Amri, Herlina KD, Sofyan Nur Hidayat, Veri Nurhansyah
Tragistina, Fitri Nur Arifenie ]

KONTAN Tue, 28 Dec 2010 ( 10:47:31 WIB )


=======================================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar