Sabtu, 05 Maret 2011

Menimang Prospek Akuisisi Indosiar

Headline
Foto: Istimewa
Oleh:
Pasar Modal - Sabtu, 5 Maret 2011 | 09:09 WIB
TERKAIT

INILAH.COM, Jakarta – PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) mengumumkan rencana akuisisi PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM). Aksi korporasi yang dinilai prospektif. Benarkah?

Pada penutupan perdagangan Jumat (4/3), PT Indosiar Karya Mandiri Tbk (IDKM) anjlok 4,9% ke Rp960 dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) terperosok 12,7% ke Rp1.170. Sedangkan PT Surya Citra Media Tbk (SMCA) naik 2,6% ke Rp3.900.

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sesi pertama hari ini mencabut suspensi ketiga saham yang berlaku sejak Selasa (22/2) lalu, karena rencana pengambilalihan Indosiar sudah dilaporkan melalui keterbukaan informasi.

Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities mengaku, langkah akuisisi yang dilakukan SCMA terhadap IDKM sangat positif. Hal ini karena kinerja dan fundamental SCMA yang lebih baik dari IDKM, “Melihat beberapa indikator, termasuk laporan keuangan, tidak heran bila SCMA mengakuisisi IDKM,”ujarnya.

SCMA dinilai lebih pantas mengakuisisi IDKM. Lihat saja kapitalisasi pasar SCMA yang jauh lebih besar mencapai Rp7,3 triliun, ketimbang IDKM yang hanya Rp2,04 triliun. Sedangkan total debt to equity ratio (rasio utang terhadap ekuitas) SCMA hanya 0,74 kali, lebih kecil dari IDKM sebesar 2,15 kali.

Price to earning ratio (PE) dan price book value (PBV) SCMA juga dinilai lebih rendah mencapai 16,45 kali dan 5,2 kali, dibanding IDKM yang mencapai 56,11 kali dan 6,45 kali. Adapun, rasio return on equity (ROE) SCMA juga lebih bagus mencapai 18,21% ketimbang IDKM sebesar 3,53%.

Tidak hanya itu,dari sisi profit, SCMA lebih unggul. Laba bersih dan laba usaha SCMA mencapai 23,49% dan 37%, sedangkan IDKM hanya 4,4% dan 35%.

Seperti diketahui, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), induk usaha Surya Citra Media (SCMA), akan mengakuisisi 551,7 juta lembar saham PT Indosiar Karya Media (IDKM), setara dengan 27,2% kepemilikan. Harga pembelian saham Indosiar dari PT Prima Visualindo mencapai Rp900 per saham, dengan total nilai transaksi sebesar Rp496,537 miliar.

Dalam langkah konsolidasi kedua perusahaan televisi nasional ini, opsi merger memang sempat menyeruak, selain pilihan akuisisi. Hal ini dipertegas keterbukaan informasi beberapa waktu lalu, dimana manajemen EMTK dan SCMA mengakui telah mengantongi persetujuan dari dewan komisaris untuk melakukan merger maupun akuisisi atas IDKM.

Namun setelah melalui pengkajian, akuisisi menjadi pilihannya. “Lebih baik akuisisi memang, karena kalau merger akan lebih sulit, terkait keuangan dan manajemen kedua perusahaan,” katanya.

Bagaimanapun, Edwin masih mengkhawatirkan beban utang IDKM yang cukup besar. Karena hal ini dapat membebani dan mengganggu fundamental SCMA di masa mendatang. “Harus ada komitmen dari manajemen IDKM terkait utangnya. Ini harus selesai di atas kertas,” tegasnya.

Berbeda dengan Head of Research PT Sinarmas Sekuritas Jeff Tan yang menilai, besarnya utang Indosiar, tidak akan berpengaruh signifikan terhadap SCMA. Terutama karena akuisisi ini akan meningkatkan pertumbuhan iklan dan menumbuhkan daya saing perseroan terhadap rivalnya,”

Saya kira akan bagus bagi SCTV di mana iklan TV masih bertumbuh pesat sekitar 20%-23%, dan akan menambah daya saing SCTV terhadap Grup MNC,”ujarnya.

Dengan akuisisi ini, SCMA akan menjadi pemegang saham pengendali baru di IDKM dan terkena kewajiban melakukan penawaran tender (tender offer) saham IDKM. Perseroan menyatakan harga tender offer akan disamakan dengan harga akuisisi.

Adapun dana untuk penawaran tender dan akuisisi itu seluruhnya diambil dari sumber internal EMTK dan pinjaman. Bergantung pada kajian lebih lanjut, pinjaman itu dapat dibiayai kembali oleh sebagian ekuitas dan penggalangan dana terkait lainnya.

Analis Indo Premier Securities Ikhsan Binarto menilai, tender offer ini akan menekan keuangan EMTK, mengingat biayanya yang cukup besar. Kendati demikian, ia menilai prospek bisnis pertelevisian masih menjanjikan dengan potensi belanja iklan yang besar. "Apalagi pangsa pasar SCTV dan Indosiar masih lebih baik ketimbang MNC Group dan Trans Corp," katanya.

Edwin menambahkan, pilihan konsolidasi SCMA dan IDKM adalah tepat. Terutama mengingat tren di masa depan, bahwa iklan akan memilih masuk ke industri televisi yang memiliki infrastruktur kuat, seperti memiliki radio atau koran. “Mereka harus bersatu, kalau perang sendiri-sendiri akan kalah. Apalagi infrastruktur tidak mendukung,” ujarnya.

Ia merujuk pada para pesaing di industri televisi, yang cenderung bergabung untuk memperluas pasar, seperti RCTI, Global TV, dan MNC TV yang tergabung dalam grup MNC; Trans Tv dan Trans 7 dalam Trans Corp, kemudian TV One dan ANTV dalam grup Viva. “Dengan bergabung, SCMA dan IDKM berkesempatan meningkatkan pangsa pasar dan menaikkan penjualan iklan,” paparnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar