Jumat, 22 April 2011

Minyak Mentah Sempat Sentuh USD124,81/Barel

Ilustrasi
NEW YORK - Harga minyak mentah tampak stabil usai mengalami peningkatan harga. Tekanan terhadap komoditas energi terjadi lantaran investor tampak menarik dananya dari pasar komoditas.

Sebelumnya, minyak mengalami kenaikan harga ketika dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah hingga jatuh ke titik terendah sejak 2008 terhadap mata uang asing. Hal ini menjadi sentimen positif bagi harga komditas.

Laporan terpisah menunjukkan kecepatan aktivitas pabrik di daerah Mid-Atlantic AS turun pada bulan April. Selain itu, klaim pengangguran AS ada di atas 400.000 yang meragukan kecepatan pemulihan ekonomi AS dan hal itu dapat mempengaruhi permintaan energi.

Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (22/4/2011), dolar jatuh di hari ketiga dan indeks dolar juga mendekati level terendah sepanjang waktu. Minyak mentah jenis brent untuk pengiriman Juni naik tipis 10 sen menjadi USD123,95 per barel setelah sebelumnya menguat hampir USD1 hingga USD124,81. Ini merupakan level tertinggi sejak 11 April lalu.

Minyak mentah di AS untuk pengiriman Juni naik 70 sen menjadi USD112,15, tak jauh ari periode hari sebelumnya yang parkir di USD112,48. Premium Brent untuk AS menurun 60 sen menjadi USD11,80 per barel.

"Brent telah kehilangan momentum kecil di pasar. Tapi harga minyak masih bisa memberikan keuntungan besar, khusunya untuk minyak mentah AS dan menyebarkan yang sedikit unwinding sekarang," kata analis energi Gene McGillian.

Kerusuhan dan ancaman geopolitik untuk pasokan minyak di Afrika dan Timur Tengah tetap mendukung kenaikan harga.

Sementara dolar telah melemah pekan ini setelah Standard & Poor's memotong prospek utang pemerintah AS negatif, memimpin beberapa analis valuta asing untuk mempromosikan potensi euro sebagai cadangan mata uang alternatif.

Kedua harga jenis minyak itu telah melonjak pada hari Rabu setelah pemerintah AS melaporkan minyak mentah dan produk olahan persediaan menurun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar