Rabu, 18 Januari 2012

Jangan Terpesona Kenaikan IHSG

INILAH.COM, Jakarta - Seperti mobil sedang tancap gas, itulah yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Selasa ini (17/1). Lihat saja, begitu pasar dibuka, perdagangan langsung meriah.

Berbagai jenis saham, terutama yang blue chips, menjadi rebutan para investor asing dan lokal. Hasilnya, indekspun langsung meroket. Setelah mengalami naik turun, indeks akhirnya ditutup di level 3.954,75 atau menguat 45,06 poin (1,15%).

Tak hanya di Jakarta, kemeriahan juga bisa disaksikan di bursa lainnya. Di China misalnya, hari ini indeks Hang Seng menguat sebesar 3,24%. Kenaikan juga dicatat oleh indeks Straits Times (2,15), Kospi (1,80%), dan Nikkel (1,05%).

Ada beberapa faktor yang membuat bursa di kawasan Asia semarak. Salah satunya adalah janji Bank Sentral Eropa (ECB) segera memulihkan krisis utang di Eropa. Pernyataan itu muncul setelah pekan lalu Standard & Poors menurunkan peringkat utang sembilan negara Eropa.

Faktor lainnya adalah pernyataan Haruhiko Kuroda di Asian Financial Forum (AFF) Hong Kong, Senin lalu. Presiden Asian Development Bank (ADB) itu yakin, tahun ini Asia akan tumbuh pesat.

“Khususnya tiga ekonomi besar, yakni China, India dan Indonesia,” katanya. Tak hanya itu, Kuroda pun yakin pondasi negara-negara di kawasan Asia cukup kuat untuk menghadapi dampak krisis Eropa. Itu terlihat dari surplus neraca berjalan, cadangan devisa yang semakin kuat, serta perbankan yang kian sehat.

Namun demikian, hal itu bukan berarti pekan ini indeks bakal merangkak dengan mulus. Octavianus Marbun, analis Waterfront Securities, memperkirakanbursa pekan ini akan memasuki masa konsolidasi. Sebab, indeks Dow Jones dan Nasdag diperkirakan masih akan melemah sebagai akibat keluarnya data ekonomi Amerika yang belum membaik.

Kenaikan harga minyak mentah juga diyakini bakal menekan harga saham. Mungkin itu sebabnya, Octavianus meramalkan pekan ini indeks akan bergerak di kisaran 3.890-3.940. “Saya perkirakan indeks masih akan melemah,” katanya.

Setelah indeks naik, memang, biasanya akan diikuti dengan aksi profit taking. Karena itu, seorang analis dari PT Kresna Securities mengingatkan agar investor tetap hati-hati dalam memilih pasar. Sebab, selain aksi profit taking, beberapa saham dinilai sudah kemahalan.

Harga saham blue chips, seperti PT Telkom (TLKM) dan PT Bank Mandiri (BMRI) sudah berada di atas rata-rata. Artinya, saham-saham seperti ini biasanya akan mengalami koreksi. Jadi, jangan terpesona oleh saham-saham unggulan. Api masih membara di bursa, lho. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar