Minggu, 28 Agustus 2011

Kinerja PGAS di semester satu stagnan

Kinerja PGAS di semester satu stagnan
JAKARTA. Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 9,41 triliun. Sedang laba operasi perusahaan ini di periode tersebut mencapai Rp 4,06 triliun.

Angka tersebut turun tipis jika dibandingkan pendapatan usaha di periode yang sama di 2010 lalu sebesar Rp 9,52 triliun, dengan laba operasional Rp 4,57 triliun. Penurunan ini terjadi lantaran volume penyaluran distribusi gas turun.

Selain itu, PGAS menanggung kenaikan beban pokok dan beban operasi. Peningkatan beban pokok merupakan dampak dari kenaikan harga beli gas dalam perpanjangan kontrak dan kontrak gas baru.

Laba bersih emiten Badan Usaha Milik Negara ini tidak banyak berubah. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di semester satu 2011 hanya mencapai Rp 3,26 triliun, naik tipis dari laba bersih semester satu 2010 yang sebesar Rp 3,21 triliun.

Di usaha transmisi, PGAS telah menyalurkan gas rata-rata 846 juta standar kaki kubik per hari alias million standard cubic feet per day (MMSCFD). Sedangkan lini usaha distribusi perusahaan ini menyalurkan gas 782 MMSCFD ke pelanggan rumah tangga, komersial, industri, dan pembangkit listrik di semester I-2011.

Pasokan gas

Dibanding tahun lalu, volume penjualan bisnis distribusi turun 5%. Penyebabnya, volume gas yang diperoleh PGAS dari produsen gas di hulu juga turun. "Fluktuasi pasokan akibat prioritas alokasi gas dan kegiatan pemeliharaan di sektor hulu masih terjadi semester satu tahun ini," kata Hendi Prio Santoso, Direktur Utama PGAS melalui keterangan pers yang diterima KONTAN, Jumat (26/8).

Tim Riset Kim Eng, dalam risetnya, menilai, kinerja PGAS tersebut sudah sejalan dengan prediksi. Meski begitu, para analis Kim Eng menilai, kinerja operasional perseroan ini mengecewakan.

Meski begitu, Hendi menegaskan beberapa minggu terakhir ini keadaannya sudah berangsur membaik. "Ke depan, kami harapkan agar alokasi gas bumi yang diberikan kepada PGN dapat terus meningkat," sebut Hendi.

PGAS sendiri baru saja mendapat tawaran pasokan gas tambahan dari lapangan Grissik, Sumatra Selatan. Perusahaan pelat merah ini akan mendapat pasokan gas sebesar 110 MMSCFD.

Pasokan gas tambahan tersebut nantinya akan dialokasikan untuk jalur distribusi pipa South Sumatra-West Java (SSWJ). "Dari BP Migas menawarkan tambahan pasokan dari Grissik Besarnya sekitar 110 MMSCFD sampai 20 tahun," kata Wahid Sutopo, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PGAS kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Namun, PGAS masih harus melanjutkan negosiasi untuk tawaran tersebut. Saat ini, PGAS sudah memiliki pasokan gas sekitar 400 MMSCFD dari lapangan tersebut. Hampir seluruhnya dibeli sektor industri.

Bulan lalu, PGAS juga telah menandatangani head of agreement (HoA) dengan PT Indogas Kriya Dwiguna untuk pengelolaan dan pemanfaatan gas dari Lapangan Terang Sirasun Batur. PGAS berharap, lapangan ini bisa mengalirkan gas sejumlah 20 billion british thermal unit per day (BBTUD) mulai kuartal pertama 2012.

PGAS juga terus berusaha memenuhi kebutuhan pasokan gas bumi. Saat ini, PGAS tengah melakukan pembangunan terminal penerimaan LNG di Sumatra Utara dan Teluk Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar