Senin, 31 Oktober 2011

Downgrade AS dan Likuiditas Eropa Jadi Ancaman

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah pada harga kontrak emas di London, Senin (31/10) diprediksi menguat. Risk appetite masih tumbuh seiring nafas lega Yunani pascahasil KTT Uni Eropa.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi penguatan rupiah awal pekan ini karena masih tertopang oleh meningkatnya risk appetite (hasrat pasar atas aset-aset berisiko). Pasalnya, Perdana Menteri Yunani George Papandreou sudah memberikan komentar atas hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa pekan lalu.

Menurut Papandreou, hasil KTT itu sudah memberikan nafas bagi Yunani sehingga rupiah masih berpeluang menguat. "Penguatan terjauhnya, rupiah akan coba menguji level 8.730 dan potensi pelemahannya dalam kisaran 8.830 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Hanya saja, lanjut Christian, pada pekan ini, pasar juga sudah kembali beralih pada data-data ekonomi. Pada awal pekan, pasar fokus pada data-data China yang kemungkinan dirilis positif pada Selasa (1/11) terutma indeks manufaktur negeri Tirai Bambu itu.

Lalu, lanjutnya, pada pertengahan pekan, isunya akan bergeser pada pemangkasan defisit fiskal AS. Menurut Christian, pada pertengahan pekan rupiah memiliki risiko pelemahan karna tergantung pada situasi di AS dan Eropa.

Jadi, selain fokus pasar berikutnya pada laporan ekonomi Jerman, juga prospek reduksi defisit fiskal AS yang nantinya bisa membahayangi peringkat kredit negara adidaya itu. Menurutnya, rating kredit AAA AS kemungkinan nantinya akan dipangkas oleh Moody's Investor Service.

Pemangkasan itu, ditegaskan Christian, bisa menjadi kenyataan jika tidak ada progres dari Kongres AS dalam menjalankan program reduksi defisitnya sesuai proposal Partai Demokrat senilai US$3 triliun.

Pada saat yang sama, lanjutnya, pasar juga harus memperhatikan sektor perbankan Eropa yang sudah terkena dampak haircut Yunani (pemangkasan nilai obligasi) sebesar 50%. Bank-bank di Eropa terancam krisis likuiditas.

Apalagi, hal itu menjadi ancaman serius bagi pasar aset Indonesia. Sebab, sekitar 70% hot money yang mengalir ke Indonesia berasal dari perbankan Eropa di pasar aset baik obligasi maupaun saham. Karena itu, jika perbankan Eropa membutuhkan permodalan tambahan akibat haircut, akan memicu repatriasi (penarikan dana dari Indonesia ke negara asal Eropa) untuk sesaat dan jadi capital outflow bagi Indonesia. "Jadi, jika terjadi perubahan arus modal, akan jadi tekanan bagi rupiah," imbuh Christian.

Asal tahu saja, kurs rupiah dalam harga kontrak emas di London, Jumat (28/10) ditutup menguat 41 poin (0,46%) ke level 8.790/8.800 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar