Jumat, 11 Maret 2011

BI Waspadai Serbuan 'Uang Panas'

Nusa Dua - Pasca krisis global di 2007/2008, perekonomian di negara maju berjalan lambat. Sementara ekonomi negara-negara berkembang melaju cepat, dan ini membuat aliran modal asing menyerbu.

Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang kewenangan di sektor moneter, terus mewaspadai banjirnya dana asing, apalagi yang sifatnya 'uang panas' atau hot money, yang bisa dengan cepat mengguncang perekonomian.

"Arus modal masuk secara besar-besaran dalam bentuk portofolio investasi bisa sangat sensitif jika terjadi perubahan, karena bisa menyebabkan pembalikan modal," jelas Gubernur BI Darmin Nasution dalam seminar bertajuk 'Coping With Asia's Large Capital Inflows In a Multi Speed Global Economy' yang diadakan bersama IMF dan BKPM di Nusa Dua, Bali, Jumat (11/3/2011).

Darmin mengatakan, setiap negara harusnya berusaha mengembangkan sektor infrastruktur, sumber daya manusia, dan teknologi sehingga bisa menarik dana asing masuk secar riil dan tak hanya di sektor keuangan saja.

"Kalau tertinggal, maka negara tersebut bisa lebih rentan terhadap risiko yang menyertai besarnya 'uang panas' yang mengalir," jelas Darmin.

Dalam seminar ini, BI menggandeng IMF untuk mencari sebuah strategi tepat mengelola banjirnya dana asing ke dalam negeri.

"Lonjakan arus modal masuk menjadi tantangan untuk bagaimana mengelola risiko yang melekat terhadap dana tersebut. Sementara pada saat yang sama, kita harus bisa memanfaatkan peluang yang ada," tukas Darmin.

Seperti diketahui, tahun ini kemungkinan dana asing sebesar US$ 15 miliar bakal membanjiri Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar