Jumat, 11 Maret 2011

Tsunami Landa Jepang, Yen Merosot Nikkei Makin Terpuruk


Tokyo - Mata uang Jepang, yen langsung merosot atas dolar AS setelah gempa berskala 8,8 skala richter melanda negara tersebut dan menimbulkan tsunami. Indeks Nikkei-225 juga semakin terpuruk di akhir perdagangan.

Pada perdagangan Jumat (11/3/2011) sore, yen merosot ke 83,30 dolar sesaat setelah terjadinya gempa, dibandingkan posisi sebelumnya di 82,91 dolar. Mata uang tunggal euro juga menguat atas yen ke posisi 114,46 yen, dibandingkan sebelumnya di 114,31 yen.

Indeks saham di Jepang juga semakin terpuruk sesaat setelah terjadinya gempa. Bursa Jepang sebelumnya juga sudah merosot karena sentimen memanasnya situasi di Timur Tengah, defisit perdagangan di China dan data perekonomian global yang kurang baik.

Indeks Nikkei ditutup merosot 179,95 poin (1,7%) ke level 10.254,43, yang merupakan titik terendahnya dalam 5 pekan terakhir.

"Terlalu cepat untuk menghitung kerugian karena kita masih melihat setelah terjadinya bencana. Kita melihat koreksi yang tajam pada yen dan Bank Sentral Jepang mungkin akan mempertahankan kebijakannya pada pertemuan pekan depan," ujar Vincent Tsui, ekonom dari Standard Chartered Bank seperti dikutip dari Reuters.

"Pada saat ini ketika harga minyak dunia melonjak telah memukul pemulihan ekonomi global dimana Jepang sangat bergantung, maka perkembangan ini akan mempengaruhi mereka untuk mempertahankan kebijakannya," tambahnya.

Sementara mata uang tunggal euro berhasil rebound atas dolar AS, setelah sempat merosot akibat penurunan peringkat Spanyol. Euro rebound ke 1,3819 dolar, dibandingkan sebelumnya di 1,3794 dolar AS.

Investor pada Kamis kemarin berburu mata uang yang aman seperti dolar AS, setelah lembaga pemeringkat Moody's menurunkan peringkat Spanyol. Dolar AS juga menguat karena meningkatnya kerusuhan di Libya dan defisit perdagangan yang terjadi di China.

"Berita penurunan peringkat Spanyol telah memicu investor untuk mengesampingkan risiko pada saat ini. Sehubungan dengan ketidakpastian yang terjadi di Timur Tengah, investor bergerak untuk menghindari kemungkinan risiko pada akhir pekan," ujar Tomohiro Ishikawa, pialang dari Chuo Mitsui Trust and Banking seperti dikutip dari AFP.
(qom/dnl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar