Jumat, 11 Maret 2011

Underwriter GIAA berniat jual saham

Date : Mar 11 2011, 09:23
Title : News Story
Header : Underwriter GIAA berniat jual saham


Story
=======================================================================================

JAKARTA. Para penjamin emisi penawaran saham perdana alias initial public
offering (IPO) PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) bersiap melepas saham maskapai
penerbangan tersebut. Danareksa Sekuritas menyatakan berniat menjual saham GIAA
ke investor asing. Dua underwiter yang lain, PT Mandiri Sekuritas dan PT Bahana
Securities juga pernah menyatakan niat melepas GIAA.
Ketiga penjamin emisi itu mengambil 47% dari total saham GIAA yang
ditawarkan di IPO. Jika dihitung, tiap penjamin emisi memegang 991,7 juta
saham, atau setara dengan 4% dari ekuitas GIAA.
Direktur Investment Banking Danareksa Sekuritas Reza Zahar mengaku mereka
tidak mau rugi karena harus menahan saham GIAA hingga beberapa tahun ke depan.
"Tapi kami menunggu harga bagus. Kami akan menjual ke pemain asing yang biasa
bermain di saham-saham sektor penerbangan," ujar Reza, Selasa (8/3).
Harga yang jadi incaran Danareksa adalah Rp 750 per saham. Tapi, Reza
enggan merinci waktu pelepasan saham GIAA ke pihak asing. Harga saham GIAA
sendiri terus terjun bebas hingga tinggal Rp 500 per saham pada penutupan
kemarin.
Kendati tak membantah kabar bahwa Bahana ingin melepas saham GIAA eks-IPO,
Eko Yuliantoro Direktur Utama Bahana Securities enggan bercerita banyak. "Itu
bisa termasuk kategori mempengaruhi pembentukan harga dan melanggar ketentuan
Bapepam-LK," elak dia.
Mandiri Sekuritas juga tak membantah niat melepas saham GIAA. "Sampai
sekarang masih dalam pendalaman materi dan wacana," tutur Harry Supoyo,
Direktur Utama Mandiri Sekuritas. Namun seperti Bahana, Mandiri tak menyebutkan
detil rencana itu. "Belum bisa saya konfirmasi bagaimana strateginya karena
masih pembicaraan," papar Harry.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengaku belum mengetahui rencana para
penjamin emisi IPO Garuda itu. "Saya berharap underwriter punya kiat sendiri
dalam memanfaatkan kondisi pasar modal," kata Mustafa.
Bisa jadi ketiga penjamin emisi itu butuh waktu untuk merealisasikan
rencananya. Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas Franco Sutedjowidjojo
menilai, saham GIAA masih butuh waktu untuk bisa terbang lagi.
Sentimen buruk terakhir yang menimpa GIAA adalah kenaikan harga minyak
mentah. Seperti saham maskapai penerbangan lain, harga GIAA langsung terkoreksi
begitu harga minyak mentah membumbung. Maklumlah, "Sekitar 30% biaya
penerbangan adalah pembelian bahan bakar," kata dia.
Menurut Franco, harga IPO GIAA sudah telanjur kemahalan. Ini berarti GIAA
butuh sentimen yang superpositif untuk bisa terbang tinggi.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito memperkirakan,
saham GIAA baru akan membaik enam bulan setelah IPO, atau sekitar Agustus 2011.
"Untuk mencapai titik imbang diperlukan waktu minimal enam bulan ke depan,"
katanya.
[ Didik Purwanto, Adisti Dini I ]

KONTAN Fri, 11 Mar 2011 ( 09:17:11 WIB )


=======================================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar