Kamis, 24 Maret 2011

Harga Emas Masih Bisa Tembus Rekor US$ 1.550 di 2011


Jakarta - Tak dipungkiri harga emas terus merangkak naik akibat krisis politik yang terjadi di Timur Tengah, khususnya Libya. Dimana saat ini telah mencapai level US$ 1.437,58 per troy ounce. Tren ini dipercaya terus terjadi hingga akhir 2011 dan mencapai posisi US$ 1.550 per troy ounce.

Menurut Chief Trainer PT Asia Trade Point Futures (ATPF) pasar komoditis global masih dalam posisi buy. Hal ini disebabkan kekhawatiran krisis Timur Tengah dapat mengganggu stabilitas ekonomi dunia.

"Akan terjadi kenaikan harga emas sekitar 10,7% dari akhir tahun lalu di US$ 1.400-an per troy ounce menjadi US$ 1.550 per troy ounce," jelasnya di Graha Niaga, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23/3/2011) malam.

Kevin menambahkan, fluktuasi harga emas di bursa berjangka selama beberapa bulan ke depan tetap terjadi meski posisi peningkatan akan tergambar dari grafik dalam 9 bulan ke depan. Ini tergambar pada posisi perdagangan emas di 7 Maret, mencapai US$ 1.455,05 per troy ounce dan kini kembali menurun ke level US$ 1.437,58 per troy ounce.

Posisi tawar dollar AS yang masih lemah akibat pemulihan negara Amerika Serikat yang berjalan lamban, menambah dukungan masyarakat untuk menginvestasikan logam mulia ini ke depan. "Prospek emas semakin menjanjikan," ucap Kevin.

Proyeksi kenaikan harga emas di tahun ini memang tak sefantastis 2010. Ia menyebutkan, tahun ini investor mulai berinvestasi dollar AS, seiring membaiknya ekonomi dunia. Hal ini menjadikan, pembagian portofolio investasi terjadi secara merata.

"Kenaikan dollar AS dan emas akan berjalan linier saat US juga telah membaik. Kala itu memang berbanding terbalik, saat orang terus membeli emas daan dollar AS terus menurun," paparnya. Potensi penurunan harga emas cukup dalam tetap terjadi di tahun 2013-2014, seiring dengan overheating yang terjadi di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar