Rabu, 21 Maret 2012

Minyak loyo tersengat isu cadangan Arab

Minyak loyo tersengat isu cadangan Arab
JAKARTA. Harga minyak kembali turun, setelah sempat mendidih hingga tingkat tertingginya dalam tiga minggu. Cadangan minyak di Amerika Serikat (AS) meningkat dan spekulasi Arab Saudi menggenjot output produksi merupakan pereda harga minyak.

Harga minyak WTI di New York Mercantile Exchange AS kemarin (20/3) sampai pukul 17.50 WIB turun 0,87% menjadi US$ 107,14 per barel dari hari sebelumnya. Padahal pada (24/2) harga minyak sempat menyentuh level tertinggi sejak September 2011 di level US$ 109,77.
Minyak Brent anjlok 1,24% menjadi US$ 124,25 per barel dari level tertingginya yang terjadi pekan lalu (16/3), yang senilai US$ 125,81 per barel.

Survei Bloomberg menunjukkan cadangan minyak di Amerika Serikat minggu lalu melesat ke level tertinggi dalam enam bulan. Proyeksi enam analis responden Bloomberg, menunjukkan, persediaan minyak mentah AS kemungkinan naik 2,1 juta barel pada minggu lalu. Jika prediksi tersebut tepat. Hal tersebut bisa menjadi kenaikan cadangan dalam 5 minggu terakhir. Meski begitu, rilis data resmi pemerintah AS baru dikeluarkan hari ini.

Faktor lain berasal dari pemerintah Arab Saudi yang menyatakan akan bekerjasama dengan para produsen dan konsumen minyak mentah untuk membuat harga kembali normal. Harga minyak memang melonjak tahun ini karena kekhawatiran terganggunya ekspor minyak dari Timur Tengah, akibat perseteruan Barat dan Iran.

"Cadangan minyak Amerika dan peningkatan output Arab Saudi menjadi peredam kekhawatiran masalah suplai dari Iran," ujar David Lennox, Analis Fat Prophets. Ia menduga, tanpa isu Iran, harga minyak mentah New York harusnya bisa di bawah US$ 100 per barel.

Dampak sementara
Iwan Cahyo, Analis Nine Star Futures, pesimistis usaha Arab Saudi bisa berdampak pada harga minyak. "Menurut saya itu tidak terlalu signifikan," ujar dia.

Ia beralasan, minyak sudah menjadi komoditas politik hingga jika produksi ditingkatkan, peredaran tetap dikontrol. Intinya, selama konflik di Timur Tengah terus berlanjut, Iwan menduga, harga minyak masih akan dipermainkan, Amerika, Eropa ataupun Timur Tengah.

Secara historis, Iwan bilang bulan Maret dan April biasanya harga minyak cenderung konsolidasi. "Saya prediksi harga masih tidak jauh dari kisaran US$ 100-US$ 115," prediksi Iwan.

Pengamat komoditas, Wahyu Tribowo Laksono, melihat wacana Arab Saudi dampaknya hanya sementara dan tidak terlalu besar dibandingkan isu fundamental yang lebih penting, seperti kondisi ekonomi Amerika.

"Arab Saudi memang salah satu negara yang rela membuka cadangan minyaknya dibandingkan negara-negara penghasil minyak lainnya di Timur Tengah," ujar Wahyu. Proyeksi dia, harga minyak berkisar US$ 103,50 hingga US$ 110,50 per barel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar