Rabu, 04 April 2012

Sinyal stimulus memudar, Wall Street pun lunglai

Sinyal stimulus memudar, Wall Street pun lunglai
NEW YORK. Sentimen di pasar saham AS melemah seiring pudarnya harapan atas stimulus moneter lanjutan. Tak heran, bursa Wall Street pun mulai tergerus. Apalagi, data ekonomi yang dirilis semalam pun tak sesuai harapan.

Indeks S&P 500 terpangkas 0,4% ke posisi 1.413,38 pada penutupan pukul 4 sore di New York. Indeks acuan saham AS ini tumbang setelah melejit ke level tertinggi sejak 2008, kemarin. Senada, indeks Dow Jones pun terkoreksi 0,5% ke 13.199,55, pasca menyentuh level tertinggi sejak Desember 2007 pada hari sebelumnya.

Di awal perdagangan, pasar saham mulai tertekan lantaran rilis data produksi pabrik di AS lebih rendah dari prediksi. Departemen Perdagangan melaporkan, produksi pabrik pada Februari naik 1,3%. Angka tersebut meleset dari prediksi analis yang mencapai 1,5%.

Bursa saham pun semakin terkoreksi, lantaran pasar mengacu pada hasil pertemuan The Fed yang terakhir pada Maret lalu. Pertemuan tersebut menyiratkan berkurangnya urgensi untuk menambah stimulus moneter. The Fed mengindikasi, penambahan stimulus akan dilakukan jika pertumbuhan ekonomi AS tertatih-tatih, atau inflasi naik pada level yang lebih rendah dari target 2%.

Sementara itu, pada bulan lalu, bank sentral AS juga sudah menegaskan rencananya untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol hingga 2014 mendatang.

James Dunigan dari PNC Wealth Management menyebut, semua orang menginginkan adanya sedikit tambahan stimulus. "Ini menegaskan kembali penilaian ketua The Fed yang melihat pertumbuhan ekonomi masih moderat, dan mereka siap untuk bertindak. Tetapi pada saat ini, tidak ada kebutuhan yang mendesak untuk menggelontorkan stimulus tambahan," ujarnya.

Sebelumnya, S&P 500 naik ke level tertinggi sejak Mei 2008, setelah data menunjukkan pertumbuhan manufaktur AS lebih kuat dari prediksi analis. David Pearl, wakil kepala investasi dari Epoch Investment Partners menilai, pasar terlalu optimis terhadap keuntungan perusahaan dan pertumbuhan PDB untuk sisa tahun ini. "Kita berada dalam pemulihan, tetapi pasar telah cukup banyak mendiskonto kondisi tersebut," sebutnya di New York.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar