Rabu, 16 Maret 2011

BI: Bunga Kredit Tinggi, Bank RI Belum Efisien


Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengakui bisnis bank di Indonesia masih jauh dari efisien. Suku bunga kredit yang tinggi menjadi salah satu tandanya. Jika bank efisien, harusnya bunga kredit rendah.

Hal ini disampaikan oleh Gubernur BI Darmin Nasution saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (16/3/2011).

"Memang ada inefisiensi dalam perbankan, itu benar. Dan kita punya concern bunga kredit turun. Karena itu kita siapkan langkah-langkah," tutur Darmin.

Dikatakan Darmin, saat ini perbedaan bunga kredit dan bunga simpanan bank cukup tinggi yang mencerminkan besarnya beban operasional perbankan saat ini.

BI mengakui, perbankan di Indonesia bisa dibilang yang paling boros dibandingkan negara lain di kawasan ASEAN. BI mencatat BOPO perbankan alias rasio biaya operasional dibagi pendapatan operasional mencapai 88,6%. Tingginya BOPO tersebut salah satunya dikarenakan faktorbiaya gaji yang tinggi.

Darmin menyampaikan, salah satu langkah yang diambil untuk menekan bunga kredit adalah kewajiban bank mengumumkan suku bunga dasar kredit (prime lending rate) kepada nasabah.

"Kebijakan ini saya kita dalam 3 sampai 6 bulan akan terlihat dampaknya," imbuh Darmin.

BI juga akan mengambil langkah memanggil bank-bank besar untuk mendorong penurunan bunga kreditnya. "Kita akan panggil jika bunga terlalu mahal. Kita lihat mana yang kurang masuk akal," kata Darmin.

Dalam kesempatan tersebut, Darmin juga mengomentari soal tudingan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) soal adanya praktik kartel perbankan. Menurut Darmin, praktik kartel perbankan tidak pernah ada.

"Saya sebetulnya melihat tidak ada kartel. Karena masing-masing cukup beragam tingkat bunganya, tidak sama satu sama lain. Tidak ada pembagian pasar dan sebagainya," kata Darmin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar