Jumat, 18 Maret 2011

Volume Tipis karena Krisis Nuklir, Wall Street Rebound


Jakarta - Bursa Wall Street rebound setelah selama 3 hari berturut-turut mengalami pelemahan. Namun penguatan itu diprediksi hanya sementara mengingat krisis nuklir di Jepang belum selesai.

"Karena berita utamanya datang dari Jepang, ada sedikit kegugupan dari para pialang untuk melikuidasi posisi jangka panjangnya pada perdagangan berjangka pagi ini," ujar Steve Leuer, pialang berjangka dari X-FA Trading seperti dikutip dari Reuters, Jumat (18/3/2011).

Pada perdagangan Kamis (17/3/2011), indeks Dow Jones industrial average menguat 161,21 poin (1,39%) ke level 11.774,51. Indeks Standard & Poor's 500 juga menguat 16,81 poin (1,34%) ke level 1.273,69 dan Nasdaq menguat 19,23 poin (0,73%) ke level 2.636,05.

Rebound terjadi dalam volume perdagangan yang sangat tipis, dengan transaksi di New York Stock Exchange hanya sebesar 7,95 miliar lembar saham, di bawah rata-rata tahun lalu yang mencapai 8,47 miliar. Nilai tersebut juga jauh di bawah volume transaksi ketika bursa Wall Street jatuh Rabu lalu, yang mencapai 11,1 miliar.

Jika pasar kembali fokus pada fundamental, banyak berita bagus yang bisa menolong seperti laporan dari FedEx Corp. Perusahaan kargo terbesar dunia itu memperkirakan kenaikan pendapatan karena kuatnya permintaan, sehingga sahamnya naik hingga 3,1%. Indeks Dow Jones Transport tercatat ikut menguat 1,4%.

Sementara harga minyak mentah dunia yang beberapa waktu lalu turun merespons bencana di gempa, kemarin kembali naik dipicu krisis di Libya.

Harga minyak light sweet pengiriman April tercatat melonjak 3,44 dolar menjadi US$ 101,42 per barel. Minyak Brent juga melonjak 4,28 dolar menjadi US$ 11,90 per barel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar