Sabtu, 30 Juli 2011

AS Default, IHSG Jalan Terus?

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Capitol Hill dan Washington DC diprediksi tidak mencapai kata sepakat soal pagu utang hingga 2 Agustus 2011. Default AS pun jadi ancaman bagi pasar finansial. Cukup tahankah IHSG?

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ^JKSE) pada perdagangan Jumat (29/7) ditutup melemah 15,03 poin (0,36%) ke level 4.130,80, dengan intraday terendah di 4.102,82 dan tertinggi di 4.160,49. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang turun 3,22 poin (0,44%) ke level 729, 83.

Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, berbagai analis sudah memperkirakan, AS tidak akan mencapai kesepakatan mengenai kenaikan batas atas utang AS yang deadline hingga 2 Agustus 2011. Kesepakatan itu menurutnya baru akan dicapai setelah 2 Agustus. Sebab, bargaining anggota Kongres AS sangat kuat.

Setelah itu, lanjutnya, peringkat utang AS bakal di-downgrade dan pada akhirnya negara adidaya itu potensial gagal bayar (default). “Ekonomi AS pun akan goyang dan baru dua pekan kemudian ada deal antara pemerintah Obama dengan Kongres,” katanya kepada INILAH.COM.

Kondisi itu, lanjutnya, bisa memicu kerontokan bursa Dow Jones 400-500 poin dalam satu hari. Jika itu yang terjadi, bisa saja support kuat IHSG di level 3.940-3.950 bakal dites dan mungkin saja jebol. “Bila support IHSG tersebut jebol, terbuka kemungkinan IHSG akan kembali mencoba level 3.700-3.800,” ungkap Irwan.

Hanya saja, lanjut Irwan, koreksi IHSG tidak berarti kemungkinan AS gagal menaikkan debt ceiling yang bisa memicu Dow Jones rontok 500 poin sama dengan IHSG akan rontok 500 poin. “Ini dua kondisi yang berbeda. Saya hanya mengatakan bahwa support kuat IHSG ada di 3.940-3.950 yang bila dipecahkan ada kemungkinan IHSG mencoba lagi daerah 3.700-an,” paparnya.

Mengenai angapan bahwa saat bursa AS terpukul investor kemudian justru beralih ke Indonesia, Ariston melihat ada benarnya. Buktinya, rupiah terus menguat ke bawah 8.500 dan kenaikan IHSG juga jauh lebih pesat dibandingkan bursa Asia lainnya dari level 3.700 pada pekan ketiga Juni ke level 4.177 pada Rabu (27/7).

Apalagi, lanjutnya, saham-saham yang selama ini menjadi penggerak indeks juga melaporkan kinerja keuangan yang meningkat. Apalagi, dengan valuasi yang meski tidak undervalue tapi masih di bawah valuasi wajarnya. “Karena itu, kenaikan indeks ditopang oleh underlying-nya yakni positifnya kinerja emiten,” ujarnya.

Karena itu, Irwan menilai, kenaikan tajam IHSG ke level tertingginya 4.177,74 tidak bubble. Menurutnya, bubble akan terjadi jika Price to Earnings Ratio (PER)-nya sudah mencapai 30-40 kali. Untuk saat ini, PER indeks domestik masih di bawah 20 kali antara 17-18 kali.

Apalagi, PER IHSG akan lebih rendah lagi jika menggunakan PER yang baru setelah semua laporan keuangan emiten kuartal II/2011 dirilis yang rata-rata mencatatkan peningkatan Earnings Per Share (EPS). Ini membuktikan, perekonomian Indonesia sangat maju. “Karena itu, kalaupun AS gagal bayar, masyarakat tak perlu panik selama krisis tersebut tidak memicu krisis di Indonesia,” tandas Irwan.

Dalam situasi ini, Irwan merekomendasikan positif saham-saham yang tidak berorientasi ekspor. PT Indofood Sukses Makmur (INDF) yang sudah tembus alltime high-nya di level 6.500 dan rumornya laba emiten ini naik 100% walaupun baru akan diumumkan akhir Agustus 2011.

PT Adaro Energy (ADRO) juga sudah mulai bergerak dan menyentuh level Rp2.700 sesuai target sehingga masih ada tenaga ke level Rp2.800-2.900 pada pekan pertama Agustus 2011. PT Bank Bukopin (BPKP) karena laba yang meningkat 50% dibandingkan tahun lalu dengan target Rp1.300 untuk 12 bulan ke depan.

Menurutnya, aksi beli di saham ini pun sangat kuat di level Rp750-760. “Saya rasa, investor institusi kuat masuk di saham ini. Karena itu, setiap profit taking, jadi momentum tepat untuk masuk kembali,” tanas Irwan.

PT Mayora Indah (MYOR) juga menarik tapi volume transaksinya terbatas sehingga peluangnya tipis. PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS) juga mulai dimainkan pasar saat ini karena faktor puasa dan lebaran.

Begitu juga PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) yang sudah mulai diakumulasi investor sehingga support bertahan di level Rp5.250 dengan resistance Rp5.550. Meskipun JPFA saat ini cooling down setelah terjadi kenaikan cukup banyak. Tapi, pada bulan puasa, saham ini selalu jadi incaran.

Saham-saham Crude Palm Oil (CPO) pun perlu diperhatikan. PT Astra Agro Lestari (AALI) yang mencatatkan kinerja positif. Begitu juga dengan PT Tunas Baru Lampung (TBLA) yang juga sudah diekspektasikan positif. “Karena saham-saham tersebut sudah menguat banyak, saya rekomendasikan buy on weakness,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar