Sabtu, 30 Juli 2011

GZCO terbantu kenaikan harga jual

GZCO terbantu kenaikan harga jual
JAKARTA. Kebun PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) tumbuh subur. Area perkebunan yang dikelola emiten dengan kode saham GZCO itu bertambah sekitar 7.000 hektare (ha) untuk lahan tertanam.

Lahan yang menghasilkan juga bertumbuh berkisar 3.000 ha hingga 4.000 ha per tahun. Lokasi kebun kelapa sawit GZCO tersebar di Sumatra Selatan (Sumsel), Sumatra Barat (Sumbar), Kalimantan Tengah (Kalteng) serta Kalimantan Barat (Kalbar).

GZCO membuka kebun pertamanya di Sumsel. Di provinsi itu pula, GZCO kini memiliki lahan perkebunan terluas. Sedang lahan terbaru GZCO berada di Sumbar. Kebun itu diakuisisi awal 2010 dan baru akan ditanami pada 2013.

Luas lahan GZCO kini 123.894 ha. Kebun seluas 35.000 ha sudah ditanami. Sekitar 51% dari lahan yang ditanami sudah menghasilkan. Pohon kelapa sawit memasuki masa produktif sejak berusia 4 tahun hingga 25 tahun.

Manajemen GZCO berencana melakukan penanaman baru di lahan seluas 6.500 ha, yang berada di Sumsel dan Kalbar. "Penanaman lahan di Kalteng untuk sementara dihentikan karena terganjal izin," ujar Direktur Bisnis dan Niaga GZCO, Kreisna Dewantara Gozali, Kamis (28/7).

Menjelang puasa

Selain memperluas lahan kebun, GZCO juga berambisi meningkatkan kapasitas produksi minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO).

Sejak akhir tahun lalu, GZCO membangun pabrik pengolahan CPO plus pelabuhan di Sumatra Selatan. "Diharapkan sudah bisa beroperasi semester dua tahun depan," kata Kreisna.

Kapasitas produksi pabrik dibatasi 45 ton per jam di tahap awal. Secara bertahap, kapasitas produksi akan ditingkatkan hingga mencapai 90 ton per jam dalam lima tahun mendatang.

GZCO kini memiliki dua pabrik. Satu di Sumsel dengan kapasitas 90 ton per jam, lainnya berada di Kalteng berkapasitas 45 ton per jam.

Untuk membiayai agenda ekspansinya, GZCO menganggarkan Rp 350 miliar untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) di 2011. Sekitar Rp 135 miliar dialokasikan untuk pembangunan pabrik. Anggaran yang sudah terpakai Rp 85 miliar.

Sekitar 65% capex GZCO dipenuhi dengan pinjaman, sisanya menggunakan kas internal. Meski belum meneken kesepakatan, Kreisna mengisyaratkan GZCO akan menggandeng kerjasama dengan Bank Mandiri yang selama ini menyalurkan pinjaman untuk penanaman baru.

GZCO menargetkan penjualan tahun ini Rp 637 miliar dan laba bersih Rp 213 miliar. Itu berarti, GZCO mengejar pertumbuhan tahunan sebesar 40,1% untuk penjualan dan 32,5% bagi laba bersih. Target produksi tandan buah segar (TBS) dipatok 213.000 ton sedangkan CPO, 71.000 ton.

Selama paruh pertama, GZCO membukukan penjualan Rp 214 miliar. Sedang produksi TBS dan CPO masing-masing 70.000 ton dan 23.000 ton. Angka tersebut mewakili sepertiga dari target tahunan.

Penyebab utama pertumbuhan kinerja GZCO adalah kenaikan harga jual alias average selling price (ASP), bukan peningkatan volume produksi. ASP CPO milik GZCO selama semester I Rp 7.854 per kg. "Jika cuaca mendukung, volume produksi bisa naik," harap dia.

Permintaan CPO juga lazim naik menjelang dan selama bulan Puasa serta Lebaran. "Sekarang harga jual sudah naik menjadi Rp 8.500 per kg," tutur Kreisna. Jika di tahun-tahun sebelumnya harga naik 3%-5% menjelang Lebaran, tahun ini Kreisna optimis kenaikan harga bisa sampai 10%.

GZCO menjual seluruh produksinya ke pasar domestik. Perusahaan belum melakukan ekspor dengan alasan produksi masih terbatas. "Lagipula harga lokal juga sudah bagus," tambah Kreisna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar