Sabtu, 20 Agustus 2011

BNBR berniat merilis obligasi Rp 1 triliun

BNBR berniat merilis obligasi Rp 1 triliun
JAKARTA. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) menyiapkan aksi gali lubang tutup lubang. Induk usaha Grup Bakrie ini berencana menerbitkan surat utang senilai Rp 1 triliun.

"Kami sedang mengajukan pemeringkatan surat utang tersebut ke Pefindo (PT Pemeringkat Efek Indonesia)," ungkap Direktur Keuangan BNBR Eddy Soeparno di Jakarta, Jumat (19/8).

BNBR akan merilis obligasi berdenominasi rupiah. Surat utang tersebut kemungkinan baru akan terbit pada akhir tahun ini. "Kami akan menggunakan laporan keuangan September 2011," imbuh Eddy.

Dus, perusahaan investasi ini mengharapkan penerbitan obligasi bisa terwujud pada November mendatang. Pengelola BNBR menginginkan surat utang tersebut berjangka waktu tiga tahun.

Sementara dana hasil penerbitan obligasi ini dialokasikan untuk memangkas sejumlah utang. Salah satunya adalah utang berupa medium secured notes (MSN), dengan mempercepat pembayarannya. "MSN yang akan dipercepat pelunasannya senilai Rp 3,3 triliun. Dari jumlah itu, kami sudah membayar Rp 1,2 triliun pada semester pertama tahun ini," ujar Eddy.

Setelah membayar sebagian MSN senilai Rp 1,2 triliun tersebut, BNBR pun mendapatkan keringanan bunga senilai Rp 320 miliar. Untuk melunasi sisa utang senilai Rp 2,1 triliun, BNBR juga akan membayarnya dengan menjual aset-aset dalam bentuk saham maupun aset riil.
Kinerja positif

Saat membayar MSN di semester pertama lalu, BNBR sejatinya telah menjual aset berupa saham-saham anak usaha. Percepatan pembayaran utang tersebut diperkirakan selesai pada kuartal ketiga tahun ini.

Utang BNBR masih bertumpuk. Per 30 Juni 2011, emiten ini mencatatkan rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) sebesar 1,35 kali.

Pada tahun depan, misalnya, BNBR masih memiliki utang jatuh tempo senilai US$ 600 juta. Ini adalah utang dari Credit Suisse yang digunakan untuk membiayai akuisisi saham Vallar Plc., perusahaan investasi asal Inggris. "Dana hasil obligasi ini memang nantinya akan disisihkan untuk membayar pinjaman itu, tapi hanya sebagian," ujar Eddy.

Kinerja keuangan BNBR sepanjang paruh pertama tahun ini masih positif. BNBR mengantongi laba bersih senilai Rp 45,49 miliar. Di periode yang sama tahun lalu, BNBR menderita kerugian bersih Rp 171,51 miliar.

Sedangkan pendapatan di semester pertama tahun ini tumbuh 7,46% menjadi Rp 6,48 triliun.

Eddy bilang, kontribusi terbesar berasal dari anak usaha di bidang perdagangan, yakni Bakrie Energy International Pte. Ltd., sebesar Rp 3,7 triliun atau setara 57% dari total pendapatan BNBR.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar