Senin, 12 Maret 2012

Sentimen Nonfarm Payroll AS Siap Angkat Rupiah

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (12/3/2012) diprediksi menguat. Positifnya rilis data tenaga kerja AS menjadi katalisnya.

Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi penguatan rupiah awal pekan ini salah satunya karena fokus pasar yang tertuju pada data tenaga kerja AS nonfarm payroll AS (pekerjaan di luar sektor pertanian) yang angkanya dirilis positif akhir pekan lalu. Kondisi ini, menurut Christian, berpotensi menopang penguatan aset-aset berisiko lebih lanjut termasuk rupiah.

Sebelumnya, lanjut Christian, nonfarm payroll AS sudah diekspektasikan mengalami kenaikan menjadi 245 ribu setelah naik 243 ribu. "Jadi, untuk jangka pendek, masih ada topangan untuk penguatan rupiah. Rupiah akan menguat menguji level 9.100 per dolar AS dan level pelemahannya sudah terbatas pada 9.145 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.

Dalam tiga bulan berturut-turut, lanjut Christian, angka non-farm payroll di atas 200 ribu. Artinya, data tersebut menunjukkan momentum yang solid di pasar tenaga kerja AS. "Kondisi ini, otomatis bisa menambah optimisme di pasar," ungkap dia.

Apalagi, lanjutnya, kondisi di Eropa juga sudah mulai stabil. Jika risk appetite (hasrat pasar pada aset-aseat berisiko membaik) membaik, rupiah juga seharusnya menguat.

Namun demikian, kata dia, di pasar regional Asia sebenarnya masih ada risiko. "Sebab, pekan ini pasar juga akan mencermati konferensi tahunan Perdana Menteri China Wen Jiabao yang kemungkinan akan memangkas target pertumbuhan GDP China ke level terendah dalam 8 tahun terakhir setelah dipangkas ke 7,5%," imbuhnya.

Christian memperkirakan, kemungkinan pertumbuhan ekonomi China dipangkas lagi jadi 7% meskipun masih dalam range 7-9%. "Sentimen dari pemangkasan ini, memang target China untuk jangka menengah," ucapnya.

Karena itu, untuk jangka pendek, rupiah cenderung menguat. Sebab, pada pekan ini juga akan dirilis data ekonomi China di mana neraca perdagangannya sudah diperkirakan rebound dari sebelumnya 27,30 miliar yuan.

Antara lain, ekspor China diperkiakan naik dari -0,5% menjadi 32% meskipun angka impornya pun naik, tapi neracanya secara umum menunjukkan angka yang positif. "Sebab, beberap pabrik di China sudah beroperasi dalam kapasitas penuh setelah libur Imlek," imbuhnya.

Sementara itu, secara teknikal dia melihat memang secara kesluruhan mata uang dolar AS terhadap rupiah masih bergerak konsolidasi dalam kisaran yang lebar 9.220-9.000. "Karena itu, peluang transaksi jangka pendek lebih baik beli rupiah mendekati level 9.000 atau jual mendekatai 9.200. Sebab, dalam laju yang konsolidasi, belum ada tren yang jernih," imbuh Christian.

Asal tahu saja, kurs rupiah pada kontrak harga emas di London, Jumat (9/3) ditutup melemah tipis 1 poin (0,01%) ke level 9.131/9.141 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar